Setelah kemarahan Aqil kemaren di kantin, Raisya mengakui tidak begitu banyak yang berani melakukan hal yang semena-mena lagi kepadanya. Termasuk memperlakukannya dengan tidak baik. Bagi mereka yang tidak menyukainya karena posisinya yang sebagai istri Aqil hanya bisa menatap sinis.
"Nggak usah sesenang itu." Raisya mengembus napas menyadari Laura menghampirinya. Malas melandeni dan merasa sangat unfaedah jika berbicara dengan cewek itu, Raisya membawa langkahnya pergi. Belum satu langkah Laura menahannya.
"Lo pikir lo bisa bahagia?"
Raisya memutar bola mata malas. Laura memang tidak ada kapok-kapoknya membuatnya dihujat.
"Lo mending urusin hidup lo aja deh, nggak usah urusin hidup gue. Kurang kerjaan banget lo."
"Kenapa? Lo takut sama gue?"
"Takut?" Raisya terkekeh kecil. "Ngapain juga gue takut sama lo, sekalipun lo senior gue nggak takut," balas Raisya menatap Laura dengan tatapan tajam. Ia maju mendekat pada Laura.
"Lo tahu, Lau, orang yang ngurusin hidup orang itu lebih terlihat menyedihkan dari orang yang dihujat," sambung Raisya yang kemudian memilih pergi meninggalkan Laura yang kini menggeram kesal.
***
Menyerah tidak ada dalam kamus Raisya sekalipun Khansa masih tidak memberinya kesempatan untuk menjelaskan. Setiap melihat Khansa, Raisya pasti sekali mencari peluang untuk berbicara
"Khan."
Helaan napas terdengar lolos dari Raisya. Sudah dua kali ia menghampiri Khansa, tapi temannya itu malah pergi menjauh.
"Biar gue bantu jelasin." Raisya menoleh ke samping kanannya yang sudah berdiri Bima yang juga menatap Khansa yang sudah pergi. Bima kini juga beralih menatapnya.
"Khansa segitu bencinya ya ke gue?"
"Dia nggak mungkin benci lo, Sya."
"Tapi kenapa Khansa nggak ngizinin gue jelasin sedikit aja?"
"Mungkin karena cintanya ke Kak Aqil." Raisya terdiam menghela napas.
"Tapi lo tenang, Khansa nggak mungkin marah lama-lama samo lo."
"Lo yakin?"
Bima mengangguk mantap. "Iya."
Bima menatap jauh ke belakang Raisya berdiri. "Kayaknya gue harus cabut, kalau nggak mau dapat tatapan mematikan dari suami lo," ucap Bima terkekeh.
Perhatian Raisya ikut teralih ke belakang, Aqil berjalan menghampirinya dan menatap tajam pada Bima.
"Suami lo pencemburu ya, Sya. Jangan disia-siain, tanda sayang sama lo."
Wajah Raisya memerah mendengar ucapan Bima yang mengatakan Aqil cemburu. Bima sudah pergi setelah sebelumnya menghampiri Aqil sebentar.
"Tenang Bang, gue nggak nikung dan jadi pebinor rumah tangga kok. Raisya udah gue anggap sahabat sendiri," ucap Bima pada Aqil yang berwajah datar. Kemudian pamit pergi setelah menepuk bahu Aqil. "Jaga dia Bang."
Aqil melangkahkan kakinya mendekat pada Raisya.
"Raisya tadi bicarain Khansa aja sama Bima aja kok Aqil," ucap Raisya menjelaskan. Aqil mengangguk.
"Kak Aqil cemburu?"
"Wajar kan aku cemburu?"
"Kalau marah?"
"Aku nggak marah, hanya cemburu."
"Bener?" Aqil mengangguk.
"Tapi kok datar gitu wajahnya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
SYAQIL (Kuliah Tapi Nikah) || TERBIT✓
Novela JuvenilTerbit di Cloudbookspublishing Sudah tersedia di Gramedia dan Toko Buku Online Raisya Alika Putri, gadis yang tidak pernah menginginkan nikah muda namun terpaksa melakukannya demi cita-cita. Dia harus menerima persyaratan nikah muda demi bisa kulia...