Part 29

138K 17.3K 583
                                    

Aqil sudah berdiri lima belas menit di parkiran, ia baru saja pulang dari kafe miliknya dan sesuai janjinya akan menjemput Raisya tepat jam empat sore.

Raisya yang masih belum mendatanginya membuat Aqil kini menggerakkan tangannya membuka aplikasi WhatsApp.

Raisya
[Udah selesai kuliahnya, Sya?]
[Aku diparkiran]

Aqil menatap pesannya yang hanya centang satu. Wa Raisya tidak aktif. Apa mungkin Raisya belum menghidupkan paketnya? Berpikir Raisya mungkin ada urusan lain sebentar, Aqil kembali menunggu sambil memainkan ponsel. Namun semakin lama ia malah semakin gusar dan tidak tenang.

Aqil menyimpan ponselnya dan turun dari motor. Ia memilih menyusul Raisya saja karena tidak tenang menunggu terlalu lama.

Kelas yang telah diisi oleh kelas lain membuat Aqil menghela napas. Ia tidak menemuka Raisya di sana, seharusnya Raisya juga sudah keluar 20 menit yang lalu.

"Cari siapa Bang?"

Aqil menatap Arif yang menghampirinya- junior satu organisasinya yang sejurusan dengan Raisya.

"Lo tadi sekelas sama Raisya?"

"Iya, tapi gue lihat Raisya udah pulang, kelihatannya juga buru-buru."

"Pulang?" Arif mengangguk. Aqil mengerenyitkan dahinya.

Kenapa Raisya buru-buru pulang padahal ia sudah mengatakan akan menjemput dan menunggu di parkiran.

"Emang lo nggak dikabarin Bang?"

"Gue udah bilang mau jemput."

"Jadi nggak ketemu?"

Aqil menggeleng. "Udah telfon Bang? Atau cek ke rumah, kali aja udah di rumah."

Aqil terdiam sebentar, ia memang belum menghubungi Raisya.

"Ya udah gue telfon dulu. Thanks."

Arif mengangguk. Aqil sudah kembali ke motornya, berjalan cepat ke parkiran sambil mencoba menelfon Raisya dengan nomor biasa. Namun panggilannya tidak terhubung.

Aqil kembali menelfon, namun tidak aktif. Langkahnya semakin lebar menuju parkiran.

Sampai di rumah Aqil melihat rumah yang tidak memiliki tanda-tanda kehidupan di dalamnya. Mencek sampai ke penjuru rumah ia bahkan tidak menemukan Raisya.

"Apa benar Raisya tadi akan pulang ke rumah?"

Aqil kembali mengambil ponselnya dari saku jaket, memanggil untuk ke tiga kalinya namun tetap saja masih tidak aktif.

"Kamu di mana sih, Sya?" Aqil menghela napas sambil mengusap wajahnya.

***

Raisya membuka matanya perlahan seiring rasa pusing yang ia rasakan, pandangannya tertuju pada sekelilingnya yang begitu asing. Memperjelas pandangannya Raisya mengetahui ia kini disebuah rumah kosong.

Pikiran yang tadi masih belum pulih seutuhnya sudah kembali connect. Ingatan Raisya kembali tertarik akan kejadian tadi, ketika ia dikejar dan dibekap paksa di tepi jalan.

Raisya meringis menyadari tangan dan kakinya yang diikat erat bersama kursi. Mulutnya kini juga terasa tertahan karena ditutup dengan lakban.

"Siapapun tolong ..."

Raisya berusaha bersuara walau kesusahan. Matanya menyisir menatap sekitar yang begitu dipenuhi barang usang, sebuah gudang atau rumah kosong.

"Kak Aqil," liirih Raisya, matanya memanas menyesali lupa mengabari Aqil dan malah berhujung diculik seperti ini. Seharusnya Raisya tidak terlalu semangat hingga melupakan Aqil yang menjemputnya di parkiran.

SYAQIL (Kuliah Tapi Nikah) || TERBIT✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang