"Mana mungkin aku jalan sama cewek lain, sementara ada bidadari cantik di sini." "
Aqil Habibi Furqan
Bel rumah yang berbunyi membuat Raisya berjalan semangat menuju pintu. Bubur ayam yang dinantinya pun datang.
Aqil geleng-geleng kepala melihat Raisya yang antusias. Raisya kini sudah balik membawa dua kotak bubur ayam dan meletakkannya dimeja makan.
"Gimana? Udah mendingan?"
"Hm." Raisya mengangguk semangat. Mengambil sendok dan kini sibuk membuka kotak bubur ayam dengan mata berbinar. Jika diingat sudah lama ia tidak makan bubur ayam.
Aqil meletakan punggung tangannya di kening Raisya, ingin memeriksa sendiri "Masih panas."
"Dikit Kak Aqil," koreksi Raisya. Ia sudah merasa fresh pagi ini. Tidak seperti malam kemarin yang badannya panas.
Aqil melihat Raisya yang semangat ingin makan.
"Biasanya demam karena hujan-hujanan gini berapa lama?""Dua hari."
"Kalau hujan jangan terobos, tunggu reda ya. Jangan juga guyurin diri di bawah hujan," ujar Aqil mengingatkan. Raisya mengangguk tersenyum, mengangkat jempolnya ke udara.
"Siap bos. Ini punya Kak Aqil."
Aqil menerima. Setelah baca doa bersama ia mulai menikmati makan pagi bersama Raisya
***
Aqil takjub dengan Raisya. Walaupun sakit masih bisa berdebat dengan semangat. Bahkan suara yang paling keras dan nyaring pun milik Raisya yang mendominasi.
"Kita tidur di kamar ini aja."
Setelah makan keduanya sama-sama terpikir untuk memilih salah satu kamar yang mereka tempati. Karena sebelumnya berpisah kini Aqil maupun Raisya harus memutuskan memilih kamar diantara dua.
"Nggak Kak Aqil, kamar Raisya."
"Di sini aja, Sya."
"Kamar Raisya Kak Aqil," keukeh Raisya.
"Di sini nyaman."
"Di sana juga nyaman. Kamar Raisya di depan, dekat jendela, terang tahu."
"Di sana juga ada jendela."
"Ih beda dong." Raisya memberangut kesal.
"Sama, Sya."
"Beda Kak Aqil."
"Gantian, sehari di sana sehari di sini deh," ucap akhir memilih jalan keluar. Raisya menggeleng tidak setuju.
"Nggak mau. Mending dimanfaatkan kamar satu lagi."
"Kamar aku ya?"
"Kamar Raisya Kak Aqil." Raisya makin kesal.
Aqil memejamkan matanya sebentar. Berdebat kamar dari tadi dengan Raisya tidak selesai-selesai. Jika tidak mengalah Aqil pastikan akan sampai besok pagi.
"Ya udah."
Raisya bersorak senang. Membuat Aqil terkekeh.
***"Kak Aqil?"
Aqil mengangkat kepalanya. Ia menoleh pada Raisya yang sedari tadi sibuk mengiris bawang. Sore ini Raisya masak walau Aqil sudah melarang karena masih sakit. Tapi Raisya tetap keukeh, ia malah mengatakan begini,
"Kan Raisya mau jadi istri yang baik untuk Kak Aqil."
Aqil hanya tersenyum mendengarnya. Kini ia juga tengah di dapur membantu Raisya.
"Ajarin Raisya masak enak dong Kak Aqil. Raisya mau jago masak."
"Imbalannya apa?"
"Kok pakai imbalan?"
"Iya kalau nggak, nggak bisa," ucap Aqil santai. Raisya memberangut. Namun tetap memutar otaknya. Detik kemudian ia menemukan ide yang cemerlang.
"Kak Aqil ngajak Raisya malam minggu ke pasar malam," seru Raisya. Membuat Aqil menautkan alisnya. Kapan imbalan sudah terbalik seperti ini?
"Ada kayak gitu?"
"Ada, terbaru versi Raisya." Raisya tersenyum bangga.
"Kamu masih sakit."
"Udah sehat."
"Harus benar sehat dulu, nanti sakit lagi."
"Raisya udah sehat Kak Aqil. Ini aja udah mendingan."
Aqil melirik Raisya sebentar. "Hm, kalau nggak salah juga ada kegiatan malam minggu, JALAN SAMA SESEORANG."
"Seseorang? Malam Minggu?" Raisya membulatkan mata, terkejut. "Kak Aqil jalan sama cewek?" tanya Raisya bertubi-tubi, ada perasaan berdenyut ketika mendengarnya.
"Iya "
Mimik wajah Raisya berubah seketika . Ia mengalihkan perhatiannya dari menatap Aqil. Jawaban Aqil membuat moodnya langsung buruk.
"Ya udah sana jalan sama CEWEK!"
"Cemburu?"
"Nggak!" Raisya membawa papan iris ke tempat lain, membelakangi Aqil dengan wajah begitu kesal.
"Ya udah."
Raisya menghentakkan kakinya kesal mendengar jawaban simpel Aqil. Padahal ia ada, istri sah lagi. Kenapa harus sama cewek lain?
"Cewek aja diajak jalan, Raisya yang istri nggak pernah diajak jalan," omel Raisya dengan suara nyaris pelan.
"Marah?"
"Pikir sendiri," jawab Raisya jutek. Aqil yang melihatnya berusaha menahan tawa.
"Cemburu tanda cinta," celetuk Aqil.
"Apa sih! Kak Aqil sana deh. Raisya mau masak sendiri," usir Raisya jadi bete. Ia melanjutkan aktivitasnya tanpa melirik Aqil sedikitpun. Pipinya sejak tadi mengembung yang membuat Aqil gemas.
Raisya jika ngambek dan kesal memang sangat lucu. Itulah alasan Aqil selalu membuat Raisya harus kesal kepadanya.
Cup
Raisya tergeming begitu Aqil tiba-tiba mencium pipinya.
"Wajah kamu itu lucu. Jangan senyum, ngambek dan kesal sama cowok lain ya." Aqil mengacak gemas rambut Raisya. "Mana mungkin aku jalan sama cewek lain, sementara ada bidadari cantik di sini."
Raisya boleh pingsan saja saat ini? Jantungnya melemah mendengar perkataan Aqil. Kenapa Aqil sweet sekali?
"Minggu malam kita jalan." Aqil tersenyum menawan. Membuat Raisya makin meleleh. Sepertinya ia harus siap-siap ke poli jantung setelah ini.
Bunda ... Raisya khawatir Raisya bisa cair lama-lama kalau begini terus.
"Kak Aqil Raisya izin pingsan dulu ya?"
Aqil tertawa mendengarnya. "Pingsan nggak ada yang disebutin, Sya."
"Kali ini bisa."
"Itu mau ke mana?"
"Ke poli jantung,"
"Ngapain?"
"Ngontrol jantung yang sedang konser." Aqil tertawa dengan jawaban Raisya.
***
Waktu pagi disambut matahari
Waktu siang disambut sang doi
Gimana partnya sampai di sini?
Apa baper setengah mati?😌
Udahlah nggak bakat pantun
Anggap aja bagus ya🤣
Spam Next mau?
Kata untuk keduanya?
Syukron jazaakamullah Khayran buat sabar nungguin Syaqil update 🌷
.
.
Vote
.
.
KomentarLope ❤️
KAMU SEDANG MEMBACA
SYAQIL (Kuliah Tapi Nikah) || TERBIT✓
Ficção AdolescenteTerbit di Cloudbookspublishing Sudah tersedia di Gramedia dan Toko Buku Online Raisya Alika Putri, gadis yang tidak pernah menginginkan nikah muda namun terpaksa melakukannya demi cita-cita. Dia harus menerima persyaratan nikah muda demi bisa kulia...