"Kak Aqil Laura benar masuk penjara?"
Aqil mengangguk. "Baru malam tadi."
Raisya terdiam. "Boleh ke tempat Laura nggak Kak, Aqil?"
Aqil menatap sepenuhnya Raisya, menaikkan satu alisnya. "Mau apa?"
"Mau ke sana aja."
Aqil terdiam sebentar, hingga kemudian mengangguk. "Ya udah siap-siap ya."
Raisya tersenyum, masuk ke kamar dan segera menukarkan pakaian.
"Kamu nggak apa-apa?"
"Nggak apa-apa."
"Kenapa mau ke tempat Laura?"
"Raisya mau lihat Laura."
Aqil mengangguk, menurunkan kaca helm full facenya dan mulai melajukan motornya membelah jalan raya. "Pegangan, Sya."
***
Raisya duduk menunggu di ruang tunggu. Matanya menatap sekeliling, sekali ini Raisya baru ke penjara dan hal itu membuatnya sedikit keringat dingin. Bayangkan saka tinggal dibalik sel dengan makanan yang tidak enak dan tanpa ada kenyamanan. Benar-benar hal yang terasa menyedihkan.
Pandangan Raisya kini jatuh pada Laura yang diantar polisi dengan yang diborgol. Baju Laura juga sudah menggunakan baju tahanan.
"Syukur lo selamat," seru Laura cuek, ia duduk dengan malas di depan Raisya dan Aqil.
"Kalau lo nggak nolongin gue, gue tipis untuk bisa selamat."
Aqil mengerutkan dahi menatap Raisya.
"Gue akan minta lo dibebasin," ujar Raisya, sontak mengundang Laura menatap ke arahnya dengan mulut terbuka.
"Seriously?"
Raisya mengangguk. Laura rasanya tidak percaya, namun beberapa detik kemudian Laura terdiam dengan wajah jutek.
"Ngapain lo mau bebasin gue? Bukannya harusnya lo senang gue dipenjara karena udah nyulik lo?" sinis Laura.
Raisya hanya tersenyum kecil. "Memaafkan itu lebih baik, dendam dan benci juga nggak ada gunanya. Lagian gue harus berterimakasih sama lo karena nggak biarin gue pergi gitu aja."
Aqil menatap Raisya takjub, hatinya menghangat dengan ucapan yang keluar dari bibir Raisya. Aqil tidak pernah terpikir istrinya begitu mudahnya memaafkan.
"Kenapa lo baik padahal gue udah jahat sama lo?" Air mata keluar begitu saja dari sudut mata Laura, "seharusnya lo ketawa sekarang, gue dipenjara."
"Ada yang ngajarin gue buat selalu meneladani Rasulullah."
Aqil tersenyum, haru dengan ucapan Raisya yang memahami penjelasannya kemaren malam. Aqil menggenggam hangat tangan Raisya dengan garis senyum yang tercetak di wajah tampannya.
"Maaf." Kata itu meluncur begitu saja dari bibir Laura. Rasa bersalah langsung masuk ke hatinya. Ternyata masih ada orang sebaik ini yang padahal telah ia lukai dan sakiti.
Raisya mengangguk. "Gue juga minta maaf."
Membalas kebaikan dengan kebaikan, membalas kejahatan dengan kebaikan. Itulah akhlak Rasulullah Saw yang sangat mulia. Kepada musuh sekalipun Rasullullah Saw begitu baik.
Raisya sudah kembali keluar dari kantor polisi dan meminta Laura dibebaskan. Kini langkahnya berjalan di samping Aqil.
"Kak Aqil jangan lihatin Raisya terus."
KAMU SEDANG MEMBACA
SYAQIL (Kuliah Tapi Nikah) || TERBIT✓
Fiksi RemajaTerbit di Cloudbookspublishing Sudah tersedia di Gramedia dan Toko Buku Online Raisya Alika Putri, gadis yang tidak pernah menginginkan nikah muda namun terpaksa melakukannya demi cita-cita. Dia harus menerima persyaratan nikah muda demi bisa kulia...