Part 14

139K 18.9K 443
                                    

"Selesai." Senyum Raisya mengembang melihat kuenya selesai. Raisya telah menghias kue sedemikian rupa hingga menjadikannya bahkan tidak rela untuk dimakan.

"Enak?" Pertanyaan yang terdengar ledekan itu membuat Raisya berdecak. Ia mendelik kesal pada Aqil yang berjalan mendekat.

"Ledekin terus! Nggak pernah muji."

Raisya memindahkan kue ke meja makan. Ia melepas celemek dan menggantungkannya di dapur.

"Pergi jam berapa?" Raisya menatap Aqil yang sudah rapi.

"Sebentar lagi."

Perhatian Raisya teralih menatap jam dinding. Mana mungkin bisa sebentar lagi ia saja belum mand?

"Sekitar berapa menit lagi?"

"Sepuluh menit."

Raisya menatap Aqil protes. Sepuluh menit? Bahkan mandi saja Raisya sampai membutuhkan waktu dua puluh menit.

"Sebentar banget. Tambah dua puluh menit," ucap Raisya menawar.

"Nggak bisa, mandi lima menit. " Aqil tidak setuju.

"Lima belas menit kalau gitu?"

"Sepuluh menit!" tambah Aqil hanya lima menit.

"Lima belas menit Kak Aqil."

"Nggak, udah pas."

Raisya mengghentakkan kakinya kesal. "Pokoknya lima belas menit, titik. " ucap Raisya sekenanya, kemudian berjalan ke kamar. Meninggalkan Aqil yang hanya bisa melongo.

Kali ini Raisya mandi dalam waktu sekitar lima belas menit.  Setelah menggunakan gamis berwarna coklat susu dengan khimar senada. Raisya tidak lupa memakai hand body, menggunakan bedak serta memakai pelembab bibir. Setelahnya ia berlalu keluar menemui Aqil yang sudah lumutan duduk menunggu.

"Tiga puluh lima menit," sarkas Aqil melihat jam tangan. Membuat Raisya mengalihkan tatapannya juga ke jam dinding. Ia menatap kesal Aqil.

"Dua puluh lima menit! Nggak usah ditambah-tambah!"

"Hidup itu disiplin," kata Aqil dingin, kemudian bangkit dari duduknya.

"Kuenya belum dimasukin ke kotak." Raisya hendak ke meja makan namun Aqil langsung mengangkat kresek yang berisi kotak kue di atas meja.

"Udah gue masukin. Lo lama."

Raisya mengembung pipi kesal.

***

Keduanya sampai di rumah tepat jam sebelas siang. Setelah turun dari motor, Raisya membiarkan Aqil memarkir motor di garasi sambil menunggu.

"Jaga sikap di depan Abi dan Umi." Raisya menoleh menatap Aqil yang sudah di dekatnya. "Selayaknya jadi istri yang baik, nurut dan lembut."

Mendengar itu membuat emosi Raisya meluap. Ia sudah berkacak pinggang Aqil kesal. "Kak Aqil pikir Raisya nggak baik selama ini?"

Aqil menggeleng santai. "Bicara ke suami kurang sopan."

Raisya melotot walau dalam hati membenarkan. Kepalanya mendadak panas. "Sembarangan! Kak Aqil tuh yang nggak sopan manggil Raisya!"

SYAQIL (Kuliah Tapi Nikah) || TERBIT✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang