Part 6

164K 20K 495
                                    

Buat yang baca wajib follow dulu instagram :

@storyhusni_
@aqillhabibi
@raisyaalikaputri

Follow Tiktok :
@storyhusni_

Kalau ada yang nemuin typo, bantu revisi di kolom komentar ya teman-teman 🙌

Budayakan vote dan komentar dulu sebelum lanjut. Klik bintang di pojok kiri bawah untuk Vote. Tquuu

Happy Reading 💙
.
.
.
.

"Tidak nyaman bertanda apa?"

Raisya Alika Putri

     Kali ini Raisya bangga kepada dirinya sendiri, ia sudah bangun jam empat subuh dengan menyetel alarm sepuluh kali. Sebenarnya jika bukan karena kuliah pagi dan ucapan janda mana mungkin Raisya terniat bangun sepagi ini.

     Raisya menatap Aqil didepannya. Jika dipikir sejak tiga minggu lalu, Raisya sudah sah menjadi seorang istri, di umur yang bahkan baru masuk sembilan belas tahun. Niat ingin jadi mahasiswa juga menjadi seorang istri, jika bukan karena impian ia tidak akan menikah. Raisya bukan seperti temannya yang gila ingin menikah muda, karena baginya ia ingin fokus dulu dalam pendidikan.

     "Ngapain liat kayak gitu?"

     "Suka-suka Raisya, mata punya Raisya ngapain Kak Aqil yang sewot." Raisya mengalihkan perhatiannya pada nasi. Memang dasarnya ia yang aneh sendiri, dia yang malah jadi sewot.

     "Biasa aja jawabnya, nggak usah ketus," tegur Aqil.

     "Terserah Raisya."

     Aqil menggelengkan kepalanya. Lalu menghabiskan minuman dan meletakannya kembali di meja, matanya kini menatap tajam Raisya.

     "Apa?" tanya Raisya galak. Sama sekali tidak terganggu dengan sorot tajam Aqil yang seakan ingin menerkamnya juga detik ini.

     Aqil menatap dingin Raisya sebelum akhirnya beranjak dari kursi. "Perlu cari istri yang solehah," cetus Aqil.

     Mata Raisya membulat. "KAK AQIL ... IHH ...." teriaknya bangkit dari duduk. Aqil hanya mengabaikan tetap berjalan ke luar.

***

     "Raisya."

     Panggilan melengking itu membuat langkah Raisya terhenti. Senyum Raisya mengembang mendapati Khansa yang melambaikan tangan dan berlari ke arahnya.

     "Nggak nyangka banget gue tujuh mata kuliah kita sekelas." Baru sampai Khansa malah langsung bicara, bukannya mengatur deru napas terlebih dahulu.

     "Ambil napas dalam dulu, biar nggak ngos-ngosan," saran Raisya. Khansa nyengir dan menurut.

     "Kelas kita di mana?"

     "Nggak tahu gue, karena itu gue pergi pagi, cari kelas dulu. Gedung FEB banyak banget," keluh Raisya.

     "Ya udah yuk!"

     Khansa mengangguk. Raisya dan Khansa berjalan menuju gedung FEB. Ada enam gedung yang menjulang tinggi yang menjadi tempat belajar mereka yang pastinya berganti terus.

     "Kayaknya ini deh," tunjuk Khansa. "Gue lihat si Bim Bom ke sana."

     "Siapa Bim Bom?"

     "Teman SMA gue dulu."

SYAQIL (Kuliah Tapi Nikah) || TERBIT✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang