BBvsJG 35

7.5K 256 10
                                    

"Sekarang jelasin semuanya sama aku." Cecar Leon ketika kami sudah sampai di taman belakang sekolah.

"Kamu mau mulai dari mana?" Tanyaku yang bingung harus memulainya darimana.

"Dari perkataan cowo itu tadi pagi. Yang dia bilang kalo kalian punya hubungan lebih dari kita."

Aku mengambil napas dalam-dalam.

"Oke, jadi gini.. papa aku sama papanya dia itu temen deket sekaligus rekan kerja. Papa sering ceritain aku ke papanya Dodo, terus kata papa beliau suka sama aku. Aku juga ga tau kalau papa sering ceritain aku. Dan Dodo itu anak baru di kelas aku. Baru beberapa hari kok dia pindah. Nah terus, waktu beberapa hari yang lalu Dodo dateng ke rumah buat kasih berkas ke papa dari papanya dia, aku ga pernah kasih tau dimana rumah aku bahkan aku aja setiap ketemu sama dia bawaannya tuh pengen banget emosi, marah ke dia. Terus.." kalimatku terpotong oleh Leon.

"Intinya?" Perkataan Leon terdengar seperti orang yang tak sabar.

"Intinya, papanya Dodo pengen aku dijodohin sama dia. Dan Dodo setuju. Kalo papa, dia bilang mending biar mereka deket secara alami aja kalo emang mereka bisa deket." Jelasku mengakhiri.

"Terus, kamu mau?" Tanyanya.

"Ya galah! Sama cowo tengil gitu ogah banget gue. Nyebelin lagi!" Tolakku mentah-mentah.

Leon menatap mataku intens, seperti mencari kejujuran disana.

"Kamu lupa dulu kamu ga suka dan benci sama aku juga? Segala sumpah serapah kamu lontarin, segala hal jelek di aku kamu keluarin. Tapi, kamu juga jatuh cinta kan sama aku."

Skakmat!!

"Jangan nilai orang dari depannya. Mungkin dia emang nyebelin dan sebagainya, tapi kita ga tau dalemnya dia gimana. Yang mungkin bisa buat kamu jatuh hati ke dia." Lanjut Leon.

"Berarti maksud kamu, kamu mau aku jatuh hati ke dia?" Tanyaku pada Leon.

"Jelas nggak. Aku ga mau kamu jadi milik orang lain! Tapi maksud aku, kamu jangan ngebenci orang cuma dari sifat jeleknya atau dari depannya. Karena sekalinya kamu tau sisi baik dia, kamu yang bakalan jatuh hati." Balas Leon.

"Aku ga suka sama dia Le." Tegasku sekali lagi.

"Millo, di dunia ini ga ada yang ga bisa berubah. Hari ini kamu bilang ga suka, tapi entah besok atau lusa bisa aja kamu suka dia. Waktu itu ibarat tangan kanannya Tuhan, dia bisa ngubah sesuatu dalam sekejap."

Aku tersenyum.

"Kok tumben bijak banget haha. Iya iyaaa sayangggg, aku ga gitu lagi." Ujarku sambil tersenyum.

"Tapi kok kamu tadi ngomongnya dingin gitu sih? Kaya marah?" Tanyaku.

"Kapan?" Balasnya heran.

"Tadi pagi. Pas Dodo bilang gitu, kamu langsung cuek banget."

"Ya, soalnya aku ga suka dia ngomong gitu. Kaya nantangin banget. Jujur, Aku jadi ga suka dia deket-deket kamu, dan kamu juga kenapa ga bilang dari awal sih?" Jelas Leon.

"Ya bukannya ga mau bilang, soalnya akunya kan juga ga mau di jodoh-jodohin gitu. Jadi aku pikir ya ga udah ngomong ga penting juga." Sahutku agak menyesal.

"Mau penting atau nggak, kalo kamu ada masalah atau mau sekedar cerita, aku siap dengerin itu. Jangan ga bilang lagi ya.. entah itu hal besar atau kecil kamu cerita ke aku."

"Iya Le, makasih udah ga marah-marah sama aku. Aku kira, aku bakalan di marah-marahin sama kamu. Abisnya muka kamu gitu banget, serem!"

"Hhaha, kamu takut??" Tanya Leon.

"Yaiyalah! Kan kamu ga pernah pasang tampang gitu ke aku." Kataku cemberut.

"Maaf deh maaf.. aku mana bisa marah sama kamu, orang kamu buat aku bahagia terus. Eaakk" gombalnya sambil tertawa.

"Oekkk!!! Muntah gue." Balasku dengan ekspresi geli. Leon tertawa.

Akhirnya kami kembali ke kantin untuk memesan makanan, karena Leon belum sempat makan sejak bel berbunyi.

Dan tak ada lagi kesalahpahaman antara aku dan Leon.

*******

"Anak-anak, bapak mau buat kelompok untuk tugas Sosiologi di bab ini. Kalian harus wawancara beberapa orang untuk membahas tentang dampak modernisasi yang berkaitan dengan perubahan sosial. Dan kelompok akan bapak pilih. Kita akan membuat 5 kelompok. Satu kelompok terdiri dari 6 orang." Jelas Pak Ade ketika beliau sudah menjelaskan pelajaran tadi.

Anak-anak berseru malas, termasuk aku.

"Yah bapak, jangan bapak yang pilih. Kita-kita aja yaa.." seru Aneta teman sekelasku.

"Iya pak, nanti kita ga bisa kerja sama kalo temennya males atau gimana gitu." Sahut Gebby.

"Gapapa pak, bapak aja yang milih. Saya sama yang pinter juga ikhlas kokk pak." Kali ini seruan Dicky yang disetujui anak-anak cowo lainnya.

Aku menyetujui pihak wanita. Karena aku ingin sekelompok dengan teman dekatku.

"Ga bisa, bapak yang pilih." Tegas Pak Ade.

Kami mengeluh lesu.

"Bapak akan tulis pembagian kelompok di papan tulis ya." Lanjutnya sambil menulis nama-nama kami.

Aku melihat dengan jeli dengan siapa aku berkelompok. Di kelompok 1 dan 2 namaku belum ada, tapi sudah ada nama Dea dan Robert. Dan ketika kelompok 3 sudah di tulis nama-namanya ternyata ada namaku dan Louis. Yes!

"Lu, kita satu kelompokkkk!!" Seruku senang.

"Iya Mil, bagus deh." Balas Lulu tetap tenang sambil tersenyum.

"Ih kalian kok enak sih satu kelompok? Aku beda, sedih banget." Ujar Dea sedih.

"Hahah, kasian banget sih camu. Sabar ya nakk.." sahutku prihatin. Dea masih tidak terima membuat kami tertawa.

Aku tidak lagi memperdulikan siapa kelompokku yang lain karena ada Louis aja sudah cukup. Tapi, ketika aku sedang bercanda gurau dengan Dea dan Louis, Alfredo datang tiba-tiba.

"Guys, jadi kita nanti mau wawancaranya dimana?" Tanyanya tiba-tiba yang membuat kami semua terdiam.

"Maksudnya?" Tanyaku akhirnya.

"Ya ini kan tugas kelompok, emang gue salah nanya mau cari narasumber dimana?" Jawabnya.

"Emangnya lo satu kelompok sama kita?" Tanyaku lagi dengan heran.

"Liat aja sendiri di papan tulis." Katanya malas.

Aku mengerenyit heran, tapi aku lngsung melihat ke depan. Dan.. ada nama Alfredo dalam kelompokku di urutan terakhir.

'Sial! Jadi gue satu kelompok sama dia?!' Batinku kelas.

"Lo.."

"Iya, kita satu kelompok." Katanya dambil tersenyum manis. Aku tertunduk malas.

"Cobaan apa lagi ya Lord..!!" Teriakku frustasi.

TBC

—————

Jangan lupa untuk vote dan komen yaa..
Biar aku semangat buat ceritanya lagi hehe

Thank you ❤️

Ig : yolaa_08

BAD BOY VS JUTEK GIRL [COMPLETED] (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang