Kyuubi 2-End

438 67 9
                                    


Pojokan author :
Demi apa mau up susah banget disini -_ (abaikan saja.)
.
.
.

“Kyuubi?” tanya Rin melihat wajah Hinata yang terlihat penasaran. “Ah, dia pasangan yaoi Naru-sensei” tambahnya sembari menguleni adonan roti dihadapannya. Hinata sendiri sedang memasak sesuatu yang tak terdefinisikan diatas wajan.

Karin yang berada dibelakang mereka menahan tawanya mati-matian. Si Rin ini kalau ngibul kebangetan. Mana mungkin Hinata-sensei perca-

“Ya-yaoi” tanya Hinata lewat celah kesadarannya, spatula ditangannya terjatuh dengan dramatis, sekarang wajahnya melongo tak percaya. Asal kalian tahu saja, yaoi itu pasangan sesama jenis untuk kaum humu atau kalau kalian suka singkat jadi BL (boys love).

“Huum, satu sekolah mengetahuinya” jawab anak lainnya.

‘Astaga mereka sekongkol ingin mengerjai Hinata-sensei.’ Batin Karin, kalau Naruto-sensei tahu? Tamat sudah riwayat mereka!

Dunia kiamat! Naruto, demi apa dia tidak menyukai lawan jenis, ah itu bisa jadi alasan kenapa Naruto tidak mau sekamar dengan Hinata. Bayangan-bayangan Naruto sedang bermesraan dengan seorang pria membuat Hinata pening. Jadi lingerie itu, untuk uke? Dan siapa yang jadi uke? Apa itu uke? Siapa yang mengajarkan Hinata yang polos ini pelajaran fujoshi?! Apa apaan ini!

“Sensei! Gosong! Gosong!” teriak Rin segera mematikan kompor, asap hitam mengepul dari atas wajan, untung saja ini ruang praktek, bagaimana kalau bukan, pekerjaan mereka bisa-bisa hancur karena alat pemadam otomatis.

“Omeletku” ucap Hinata sedih.

“Hah?!” ucap para siswi terkejut. Tentu saja pasalnya itu tidak mirip dan tidak sama dengan cara memasak omelet yang baik dan benar. Sudah mereka simpulkan diawal bukan? Apa yang ada di wajan Hinata-sensei.

“Bagaimana ini? Aku malah tidak tega mengatakannya” bisik Karin pada murid disebelahnya, “Itu sama sekali tidak mirip.”

Hinata mengambil dan memegang spatulanya erat, wajahnya pucat bukan karena masakannya gosong tapi bayangan tentang Naruto yaoi terlalu berlebihan mengerayangi otaknya, ada ah, ih dan uh seperti itu.

“Sensei?” tanya Rin khawatir.

“Tidak mungkin!” ucap Hinata berlari kembali ke ruanganya.

“Ah sensei!” teriak Karin khawatir kemudian melihat teman-temannya “Eto ‘tidak mungkin’ untuk masakannya yang gosong atau dia masih kepikiran Naruto Yaoi?”

“Oi! Oi! Apa kalian tidak keterlaluan mengoda Hinata-sensei?” tanya Sasori yang mendengar percakapan mereka.

Rin hampir tak bisa menyembunyikan kikikannya sendiri. “Hinata sensei sangat polos, kami akan segera memberi tahunya nanti,” ucap Rin. “Ah aku sebenarnya tak tega melakukannya, tapi dengan begitu kita semua tahu Hinata-sensei benar-benar mencintai Naru-sensei”

“Kau yakin?” tanya Sasori.

“Eh?” Rin terdiam mendengar pertanyaan Sasori, tangannya bergerak menggaruk kepalanya yang tidak gatal. “AH! Sasori kau merusak imajinasiku!!” bentak Rin diakhiri dengusan kesal yang ditujukan pada Sasori.

Sasori mengabaikan Rin yang sedang mencak-mencak kesal, Langkahnya segera berlanjut. Tujuannya pasti dan hanya ruang kesehatan, kali ini jidatnya yang teratuk pintu. Dilihatnya Naruto sedang berteriak kencang pada seorang siswi yang melanggar aturan sekolah, bukannya takut, siswi itu malah menatap Naruto takjub.

“Pelanggaran nomor sekian, kau sudah kuperingatkan kemarin bukan? Rokmu terlalu pendek! PENDEK!”

“Kya sensei lihat? Sensei lihat pahaku yang mulus dan indah” teriaknya gaje. “Sensei ecchi”

Couple Crack!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang