Festival Bencana - Bagian 1

286 44 8
                                    

Bel berbunyi dengan nyaring dan bergema ke seluruh penjuru sekolah. Suasana yang awalnya tenang berubah menjadi riuh rendah. "Baiklah pelajaran hari ini cukup sampai disini, kalian pasti sudah menantikannya bukan?" tanya Anko-sensei dengan bibir tersenyum lebar, binar kesenangan anak sekolah bisa menular juga.

"Hai sensei!" jawab mereka dengan semangat.

"Jangan lupa ujian minggu depan, setelah itu-"

"FESTIVAL SEKOLAH!!!" teriak mereka semangat.

"Baiklah, sampai jumpa di festival."

Rin segera melirik ke arah Karin yang duduk disampingnya, "Menyenangkan ya?" tanyanya pada Karin.

"Apa?" Karin malah bingung. Ni anak ko bisa seneng kaya gini, festival sekolah itu merepotkan. Sebelum ujian ada persiapan. Lalu saat ujian kalau terlalu semangat bisa – bisa nilai anjlok semua. Apanya yang menyenangkan coba?

"Karin?!" teriak Rin, apa dia tak bisa melihat rencana yang tertulis didahinya. Rencana besar!

"Hai, semuanya tenang!" Teriak ketua kelas sudah berdiri didepan papan tulis, "jadi seperti biasa, kita akan diskusikan apa yang akan kita buat difestival nanti? Baiklah kita akan memulai votingnya."

Suasana kembali riuh dengan usulan-usulan yang datang dari anggota kelas. Hinata memeluk bukunya erat sembari berjalan kembali ke ruangannya. Masa indah anak SMA, batin Hinata ikut bergejolak. Biasanya kalau ada festival sekolah maka ada banyak pernyataan cinta.

Wajah Hinata langsung memerah, kyaa! Teriakan batinnya bergitu bersemangat, sampai-sampai dia berjalan sembari melompat lompat. Tunggu, dia bukan lagi gadis SMA! Tunggu kenapa bahasannya tentang cinta, uy author?!

"Hinata, kau yang terbaik!" ucap Naruto dalam imajinasi Hinata, ah tidak mungkin. Hinata langsung heboh sendiri.

Setelah mengetahui dia mencintai suaminya sendiri, langkah selanjutnya apa? Menurut Gaara dia harus say I love you pada Naruto. Bagi Hinata segini sudah puas, tapi kalau begini terus, tidak mungkinkan? Kalau anak SMA, pasti harus ada, pernyataan. Ya pernyataan.

"Aku suka padamu~" gumam Hinata. Iih ko malu-maluin, Hinata belum pernah menyatakan cinta sih. Jadinya super malu.

"Eh?" Gai sensei yang datang dari lorong samping langsung melihat kearah Hinata kebingungan. "Kau bilang sesuatu Hinata-sensei?" tanya Gai sembari menggaruk kepalanya yang tak gatal. Dia mendengar kata suka kan? "Ah aku sangat malu sekali. Tapi kau sudah menikah dengan Naruto sensei. Tidak bisa, kalau dilanjutkan akan jadi hubungan yang tidak sehat. Bala bala bala llalallalal(racauan gay sensei)"

Heh? Astaga keceplosan plus salah sasaran. "Gai-sensei? Gai?" uh mana sulit disela lagi, mulutnya sudah seperti rangkaian lokomotif kereta yang tak habis-habis. Tinggalkan saja dia Hinata, tentu saja. Menghadapinya cuman bikin sakit kepala.

"Hinata-sensei mau kemana? Bagaimana dengan jawabanku?" teriak Gai sensei melihat Hinata meninggalkannya.

Hinata berbalik sembari menyilangkan tangannya didada dan menggumam "Mati saja sana"

"Dia pasti malu. Harus segera aku jawab dan tentu saja jawabannya adalah tidak." Ucap Gai sembari menangis, "Aku lebih menjunjung persahabatan kami daripada cinta sesaat ini. Maaf Hinata sensei Huaaa!"

"Siapa?" tanya beberapa murid yang mendengar suara tangisan Gai sensei.

"Engga" ucap Hinata segera menutup pintu ruang UKS, takutnya monster hijau itu mengikutinya sampai UKS. Namun adegan diatas ranjangnya membuat Hinata lebih ketakutan. "A-apa yang kalian lakukan diruang UKSku?!" jerit Hinata. "Masa depan kalian masih panjang, dunia tak semanis ehem-ehem belaka! Kalian perlu uang, uang didapat dari bekerja, bekerja butuh pengalaman, biaya hidup mahal. Kalian uhuk ohok!!"Ceramah Hinata sampai nafasnya terputus-putus dan batuk-batuk, pita suaranya sampai terasa terbakar. Ujian apa ini Kamisama?!

Couple Crack!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang