Sakura dan Sasuke

241 41 15
                                    


"Nenek, kami datang" teriak Naruto sembari menahan koper dengan kakinya dan tangan yang membawa berbagai macam keranjang buah buahan. Sementara Hinata membawa karangan bunga.

Jiraiya mengonggong kencang, suara kakinya terdengar menggores-gores pintu. "Jiraiya, duduk!" perintah Naruto.

Suara garukan dipintu segera berhenti berganti langkah kaki dan kenop pintu yang berputar. "Ada apa ini pagi-pagi?" tanya Sakura yang baru saja bangun dan membuka pintu.

"Kau sedang apa disini, Sakura?" tanya Naruto kaget, ini pertama kalinya anak ini menginap di rumah nenek. Kalau disuruh menginap pasti banyak sekali alasannya. Inilah itulah, takutlah, yang semacam itu.

Sakura tidak menjawab pertanyaan pamannya dan malah menggeser tubuhnya, memperlihatkan Jiraiya yang sedang duduk manis, mencari momen untuk menerkam dan berguling bersama majikannya. GUK! Panggil Jiraiya.

"Nanti ya, Jiraiya" ucap Hinata ingin mengelus anjing itu tapi tangannya kerepotan.

Oh ya alasan mereka kemari dengan koper, buah, dan bunga itu karena katanya nenek Tsunade sakit, tapi nenek-nenek itu kelihatan segar bugar dan baru selesai yoga pagi. "Nenek, bukannya nenek sedang sakit? Kenapa malah olahraga?" cemas Hinata segera meletakkan buketnya dan mendekati Tsunade.

"Kemarin aku merasa sakit dan sepertinya karena kalian akan menginap malam ini, aku jadi terlalu bersemangat" jawab Tsunade kemudian menatap Naruto yang tidak berani berkomentar mengenai nenek tukang tipu dan ratunya kalah judi.

"Aku belikan buah kesukaan nenek" ucap Naruto, "Kenapa Sakura ada disini? Bukannya dia sangat mencintai kasurnya dirumah?" tanya Naruto setelah melihat Sakura masuk ke kamar mandi dan menyalakan keran air.

"Itulah" jawab Tsunade serius, jarang sekali neneknya berwajah seperti itu kecuali memang benar-benar serius. "Alasan nenek mengundang kalian menginap, karena Sakura tidak mau bercerita pada nenek. Kemarin dia datang dengan tas besar dan bilang akan menginap beberapa hari disini. Nenek juga menelpon orangtua Sakura dan mereka bilang tidak tahu kenapa anaknya seperti itu"

"Jadi nenek tidak sakit?" tanya Hinata merasa tertipu.

"Oh sayangku..." ucap Tsunade sembari mendekati Hinata dan mengenggam tangannya. "Sakitnya nenek disini, karena Sakura" tambahnya sembari mengarahkan tangannya ke dada.

"Sudah kuduga" gumam Naruto.

BUAK! Satu tinju sukses menghantam ulu hati Naruto dalam sekian detik. Ini mah Naruto yang bakalan sakit.

"Bisa kau rapikan kamarmu, cucuku tercinta?" pinta Tsunade sembari memberi Naruto tatapan tajam.

"Baik" jawab Naruto sigap segera pergi dengan koper yang tadi dibawanya.

"Mari sayang, bantu nenek di dapur" ajak Tsunade sembari menarik tangan Hinata. "Malam ini kita makan ramen resep warisan keluarga, ini kesukaan Naruto loh"

Hinata langsung teringat, "Nenek" teriak Hinata hampir membuat Tsunade jantungan. Untung saja jantungnya sehat walafiat. "Dengar, nenek.. Naruto-kun itu benci Paprika"

"Ya, nenek tahu"

"Lalu perutnya akan sakit dan mulas setelahnya"

"Tentu saja, dia memang seperti ayahnya"

"Lalu... lalu.. kenapa nenek bilang Naruto suka paprika padaku?" dan lebih parahnya masakan Hinata yang tidak berakhir gosong hanya paprika. Kalau seperti ini Naruto bakalan mati muda! Ternyata ada hal yang lebih mengerikan dari bercerai.

"Karena itu menyenangkan" Jawab Tsunade sembari tertawa heboh, astaga setelah beberapa bulan, ternyata menantunya baru sadar hari ini. betapa bisa Tsunade bayangkan siksaan Naruto selama hidup bersama Hinata. Oh ya dan dia tidak tahu siksaan apa yang bisa Hinata perbuat dengan masakan gosongnya.

Couple Crack!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang