Masa lalu bag 1

270 41 8
                                    

“Ino bangun sudah siang!” teriak Ibu Ino, tapi anak satu-satunya itu tidak kunjung keluar kamar meski teriakannya sudah mengalahkan suara ribut tetangganya “YAMANAKA INO!”

Ino berusaha membuka matanya, dan menahan mulutnya agar tidak menguap terus menerus. “Ma, kau tahukan aku baru selesai shift malam?” duduk manis di meja makan, kewajiban aneh, dimana mama Ino harus melihat anaknya sarapan dan setelah itu mau menghilang sampai malam pun dia tidak akan khawatir.
“Sarapan”
“MA..”

Ino melirik ponsel ibunya yang tergeletak begitu saja diatas meja makan, tunggu. Buru-buru tangannya menyambar ponsel itu, siapa ini? pria tampan berambut kuning, bermata biru, dan berkulit eksotis dengan otot tangan sempurna. “Kau selingkuh ma?!” ucap Ino tidak percaya.

“HAH? Apa yang kau bilang, anak durhaka?!” balas ibu Ino, sementara ayah Ino buru-buru pergi ke dapur mendengar kata selingkuh, “Mama, apa ayah saja tidak cukup?”

“Ini, Gigolo- berondong jagung ini siapa?!” Ino segera menunjuk layar ponsel ibunya yang dihiasi wallpaper laki-laki.

“Dia~” ucap Ayah Ino sembari kembali ke ruang keluarga. Gara-gara dia, di usia segini ayah Ino disuruh berusaha lagi. padahal satu saja cukup. “Aku terlalu tua untuk ini” gerutunya.

“Ayah? Kau tidak marah? Ayah!” teriak  Ino melihat ayahnya pergi. “Siapa dia ma? Aku tidak melihatnya dimajalah manapun, jadi dia pasti bukan model”

“Dia guru olahraga, teman sekelasmu waktu SD”

Kali ini Ino yang kaget, siapa anak yang tumbuh jadi maskulin kek gini? Ino memijat kepalanya. Semua temannya terhubung sampai lulus SMP, dan semuanya biasa saja.

“Dan harusnya menjadi menantuku”

“EHHH?!” apa? Kapan mama memperlihatkan foto ini padanya? “Uso, kapan mama memperlihatkan fotonya padaku?” kalau seganteng ini, Ino mana mungkin melewatkannnya, kan?

Mama Ino mengeluh, “Kau ingat waktu mama meletakan formulir acara lamaran? Sama seperti hari ini, kau baru bangun. Kau membaca namanya dan bertanya siapa? Mama jawab, dia teman sekelasmu waktu SD, neneknya cemas karena dia tidak kunjung menikah dan mencarikannya pasangan dan mama juga begitu.” Ucapnya sembari menyeka air mata yang tiba-tiba saja keluar, anak gadisnya belum menikah juga.

“Si Uzumaki Naruto!” Teriak Ino. Si wajah cantik, lemah dan yang suka dibully cowok itu.

“Iya dia”

Ino mencocokan ingatan dan foto dalam ponsel dihadapannya. “BEDA! Mana mungkin ini orang yang sama!” sangkal Ino, tidak mungkin. “Tapi waktu itu mama, formulirnya gak ada fotonya”

“Kau langsung melempar formulir itu ke tempat sampah dan bilang, Naruto huh? Aku gak mau, nanti aku kalah saing cantik sama suami sendiri”

“Itukan gara-gara mama gak ngasih fotonya.” Elak Ino. Iya, mama pasti mau dapat menantu kek dia. Harusnya dia membujuk Ino untuk sekali bertemu dengan si Naruto ini.

“Mama juga ketemu dia setelah mengembalikan formulir ini dan meminta maaf, mama langsung jatuh cinta padanya. Anak itu tumbuh menjadi benar-benar pria”

“Mama~” Ino merasa menyesal untuk pertama kalinya dalam hidupnya setelah dia dilangkahi Hinata yang menikah mendahuluinya.

“Mama juga bertanya, kenapa formulirnya tidak disertai foto, kalau pake foto pasti banyak yang langsung setuju menikah tanpa pertemuan dahulu. Kamu tahu jawabannya? Tsunade-san bilang, meski cucunya tumbuh menjadi idaman wanita, Tsunade ingin melihat apakah ada yang mau menerima cucunya hanya lewat formulir saja, karena ketampanannya hanya sebagai bonus siapa yang berani”

Couple Crack!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang