4. Perdebatan

3.4K 138 1
                                    

"Huuaa...!!"

"Woi anjir apaan ini gila jijik gue woi" Teriakan Wilia menggelegar diruang tengah milik Asila yang luas. Wilia terus berteriak sembari lompat-lompatan di atas sofa ruang tengah hingga bergeser, persis seperti monyet yang sedang ingin mendapatkan jatah makan siang.

"Apaan sih berisik ah ganggu gue aja" Ujar Putri dari arah tangga dengan tangan yang sibuk sedang mengikat rambutnya yang berantakan.

"Ini apaan gila jijik banget sumpah gue!" Teriak Wilia kembali tanpa menghentikan lompatannya di atas sofa dengan jari telunjuk nya yang terus menunjuk ke atas nakas dekat sofa.

Putri yang penasaran menghampiri arah tunjuk Wilia dan, "Apaan S...Huaaa... anjirr apaan itu" Dan seketika rumah milik Asila menjadi hutan yang hanya diisi oleh dua manusia yang sedang tersesat dan berteriak keras meminta pertolongan. Akhirnya Putri mengikuti Wilia yang melompat-lompat tanpa lelah di atas sofa milik Asila yang sepertinya akan hancur karena terus di injak-injak oleh dua manusia, Putri dan Wilia.

"Berisik nyet!" Ucap Jeslin yang datang mendadak dari arah dapur dan melempar bantal yang entah dari mana ia dapatkan kearah wajah Putri.

"Jes... Jes sini geh sumpah jijik banget gue liat nya" Ujar Putri yang tak mengahiraukan bantal yang di lemparkan oleh Jeslin.

"Apaan s... Anjirr!" Sama seperti Putri Jeslin pun tersentak kaget namun penyampaian kagetnya tidak seperti Putri yang langsung berteriak histeris. Jeslin melihat ada potong jari-jari yang berlumuran darah beralaskan kain hitam di atas meja nakas dekat sofa.

"Woi Sila sini kaga lo! Woi tanggung jawab jantung gue mau copot nih woi"

"Tau woi Sila ketiga sini kaga lo!! Tanggu jawab sama jantung gue lo!!

"Lo pikir Asila Pancasila Apa, Sila ketiga!"

"Eh iya Iyah. Woi Asila Asregaf sini lo woi!"

Kira-kira seperti itu lah ucapan Wilia dan Putri atau mungkin lebih tepatnya teriakan karena mereka berdua berbicara menggunakan oktaf suara diatas rata-rata. Jeslin hanya menatap jengah terhadap mereka beruda dan menutup telinganya kuat-kuat agar tak mendengar teriakan mereka yang mampu membuat gendang telinga bergetar.

"Apaan sih lo pada! Sejak kapan rumah gue jadi hutan dadakan! Maen teriak-teriak aja!!" Sahut Asila yang baru saja keluar dari kamar mandi sembari mengusap rambutnya menggunakan handuk.

"Liat noh! Kelakuan Lo!" Ucap jeslin menunjuk potongan jari tersebut di atas nakas menggunakan dagunya dan tangannya ia lipatkan di depan dada sembari bersandar di tembok pilar rumah Asila.

"Ehh iya gue lupa" Jawab Asila yang hanya cengengesan menunjukkan deretan gigi nya kemudian Asila berjalan menghampiri nakas dan mengambil apa yang ada di atas nakas itu.

"Bunuh siapa lagi Lo?" Tanya Jeslin kemudian ia meneguk bir kaleng yang ada di tangannya.

"Kaga tau gue nemuin dia di taman tadi, terus gue ajak dia ke gudang deket taman mauan aja lagi. Yah gue cuman nyalurin hobby gue doang terus ini gue bawa pulang deh" Jawab Asila santai tanpa beban dan menunjukan kembali potongan jari tersebut lalu memasukkan potongan jari tersebut yang sudah di balut kain hitam kedalam saku nya.

"Anjay Lo Sil" Pekik Putri dengan menunjukkan mimik wajahnya seolah berkata wow dan berhenti melompat kemudian duduk di atas sofa dengan dagu yang ia taruh di atas telapak tangannya,

"Bunuh orang Lo bilang hobby. Ga salah gue milih temen" Lanjut Putri mengacungkan jempol kepada Asila yang sedang sibuk menyisir rambut panjang nya.

"Cewek or Cowok?" Tanya Jeslin.

"Cowok"

"Eh eh ajarin gue dong buat kayak gitu" Ucap Wilia dengan mata berbinar-binar namun sangan kontras dengan nafasnya yang terlihat terengah-engah.

Fantastic Four GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang