05

2.2K 231 78
                                    


💐💐💐



Pagi ini Hina merasa malas, malas untuk melakukan aktivitas rutinnya. Dia menggulingkan badannya berkali-kali, menatap jari manisnya yang kini sudah dihuni oleh cincin emas putih polos yang merupakan cincin pertunangannya. Masih ga mau percaya kalau dia sudah menyandang status sebagai tunangan seorang Na Jaemin. Cowok most wanted idola cewek-cewek dan musuh guru-guru di sekolah.

"Noona! Lo ga sekolah? Udah siang nih" teriak Chenle dari luar pintu kamarnya.

"BODO!" teriak Hina kesal, dia masih ngambek sama mamanya. Dari hari jumat kemarin itu, dia diemin mama sampai pulang ke rumah. Mengunci diri dan mogok makan, walaupun hal itu ga terlaksana karena pas mama ga ada, dia nyuruh Chenle buat beliin dia makan di luar tanpa sepengetahuan mama. Laper sih.

"Udah dong ngambeknya. Gue bukan tukang pos yang bisa nyampein pesan lo sama mama" keluh Chenle sambil muter-muterin handle pintunya yang kekunci.

Hina membuka pintu kamarnya kasar, menatap Chenle yang udah rapi dengan seragam sekolahnya. "Gue bolos" ucap Hina yang langsung kena toyor Chenle.

"Sok-sokan bolos. Biasanya disuruh ijin sakit aja ga mau" cibir Chenle. "Cepetan lo mandi, ato gue tinggal biar lo berangkatnya sama Jaemin hyung aja"

Hina melotot. "Sama siapa?"

"Tunangan lo" kata Chenle dengan senyum usilnya. "So sweet banget deh pagi-pagi udah di jemputin"

"Apa?" pekik Hina ga suka. "Suruh pulang! Gue ga mau sama dia"

"Makanya lo cepetan, keburu gue tinggal"

"Iya!" bentak Hina ga nyante lalu masuk ke dalam kamar mandi. Chenle cuma menggeleng pelan, kasian juga sama noonanya yang mesti dijodohin sama lelaki buaya macem Jaemin. Kesel dia sama cowok itu, pasalnya gebetan Chenle pernah di pacarin sama Jaemin trus diputusin gitu aja. Gampang banget. Chenle yang naksir sama doi dari SMP aja ga pernah di notice. Sedih.



💐



Hina natap Jaemin yang ikut sarapan di meja makan rumahnya. Mendadak dia benci sama cowok itu begitu ngeliat mama manjain dia, ngambilin ini lah itu lah padahal jelas-jelas cowok itu ga mau. Kalo Hina yang minta, mama mana pernah mau langsung ngambilin, yang ada dia kena jewer dulu.

"Pagi," sapa Hina sambil naruh ranselnya di sofa sebelum nyamperin meja makan.

"Pagi sayang, sini sarapan dulu" ujar mama sambil nunjuk kursi di sebelah Jaemin yang emang jadi kursinya.

"Hem," Hina malah melengos ke sebelah Chenle yang merupakan kursinya papa. Berhubung papa udah berangkat kerja kan, ya ga apa lah.

Mama cuma menghela nafas melihat Hina masih ngambek sama dia. Ngambilin Hina roti bakar yang ada di meja pantry dan ikut duduk di sebelah Jaemin.

Jaemin menatap Hina yang pagi ini keliatan cantik di matanya, entah kenapa dia suka melihat tangan kidal Hina yang mengoleskan selai di rotinya sampai roti itu masuk ke mulutnya.

"Awas laler hyung" celetuk Chenle ke Jaemin yang sampai mangap mandangin Hina.

"Oh, iya" Jaemin gelagapan dan lanjut makan sarapannya. Hina cuma ngelirik Jaemin bentar lalu meneguk habis susunya.

"Aku berangkat" ujar Hina ke mama yang heran ngeliat Hina malah narik Chenle.

"Kamu kan udah di jemput sama Jaemin, sayang. Biar Chenle berangkat sendiri" ujar mama.

"Jaemin siapa? Ga kenal!" seru Hina yang udah gendong tasnya dan narik Chenle lagi ke luar rumah.

Mama ngelirik Jaemin ga enak. "Maaf ya Jaemin, Hina masih marah sama mama" kata mama sedih.

(✔️) A Little Thing Called LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang