11

2.1K 242 88
                                    


💐💐💐



Hina mengernyit mendengar suara ribut-ribut dari lantai bawah, kegiatannya yang lagi ngerjain PR jelas terganggu dengan ocehan heboh Renjun sama Chenle.

Dengan langkah pelan Hina mengintip lantai bawah dari atas tangga, dapat di lihatnya mama mondar-mandir sambil bawa handuk sama kotak obat.

"Ada apa ma?" tanya Hina panik, takut kalo salah satu dari sodaranya itu kenapa-napa.

Mama menatap Hina tajam, "Kamu gimana sih? Katanya tadi sama Jaemin, kenapa sekarang Jaemin bisa babak belur?" omel mama membuat Hina bingung.

"Hah? Mama ngomong apa sih?"

"Bawa ke ruang tengah! Mama mau ngambil air" ujar mama sambil menyerahkan kotak obat pada Hina.

"Kenapa sih? Galak banget" dengus Hina yang langsung badmood ngeliat mamanya jadi judes.

Sampai ruang tengah, Hina bersitatap sama Jaemin yang dikerubungi Chenle-Renjun. Mereka heboh nanyain kenapa Jaemin bisa sampe babak belur gitu.

"Kenapa bisa berantem sih Jaem? Tadi lo kan bilangnya mau pulang, ada tamu" ujar Renjun.

Jaemin hanya menggeleng tanpa mengalihkan tatapannya dari Hina.

"Udah jangan di ajak ngobrol terus, mending bersihin lukanya dulu deh" Chenle megang tisu basah di tangannya, siap mau bersihin noda darah dari luka Jaemin.

"Kok malah bengong? Sana obatin Jaeminnya" ujar papa yang baru keluar dari kamar mandi malah ngeliat Hina mematung di dekat meja makan.

"Eh?" Hina seakan tersadar dari acara bengongnya, tepatnya sih tatap-tatapan sama Jaemin. Langsung aja dia nyamperin ketiga cowok itu di sofa ruang tengah.

"Lama amat sih ngambilin obat doang" kata Renjun.

"Yee ini juga mama yang baru ngasi" dengus Hina.

"Yaudah cepetan lo obatin Jaemin hyung" ucap Chenle sambil bangkit dari duduknya di sebelah Jaemin untuk memberikan Hina tempat.

"Lo aja deh!" Hina buru-buru nyerahin kotak obat ke tangan Chenle sebelum adiknya itu dudukin dia di sofa.

"Lah? Lo kan tunangannya Jaemin, Na. Ya jelas lo yang harus ngobatin" kata Renjun. Menarik Hina agar duduk di tempatnya, di sebelah Jaemin yang satunya.

"Harus ya? Kalo kepalanya bocor, trus mesti di jahit. Gue yang harus jahitin, gitu?" omel Hina sambil menepis cekalan Renjun dari tangannya lalu beranjak ke sofa satunya.

"Jangan di paksa. Gue bisa sendiri" kata Jaemin pelan. Mengabaikan tatapan bingung Chenle-Renjun. Mereka heran ngeliat Jaemin yang biasanya menghalalkan segala cara biar bisa deket-deket sama Hina, kini malah melepaskan kesempatan besar.

"Jaem, kayaknya lo emang mesti ke rumah sakit deh" kata Renjun khawatir.

"Kenapa?"

"Kalo ke rumah sakit kan bisa di periksa pake x-ray gitu" ujarnya. "Takutnya lo gegar otak"

Chenle cuma cekikikan ngeliat respon Jaemin yang pengen ngelemparin vas bunga ke Renjun.

"Gila lo! Gue cuma bonyok" dengusnya.

Renjun nyengir.

"Mana hyung, gue bantu!" Chenle mengambil alih salep dari tangan Jaemin yang ga bener ngolesin lukanya.

"Jaemin nginep aja ya, kalo pulang ga ada mami papi jugaan" ujar mama, menghampiri mereka sambil membawa baskom air.

Jaemin tampak ragu sambil melirik papa yang ga jauh dari sana.

(✔️) A Little Thing Called LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang