15

2K 241 64
                                    


💐💐💐



Suasana di dalam gedung makin mencekam, sepi banget sampai-sampai suara sekecil apapun bisa di denger sama Hina. Matanya terpejam rapat, takut banget kalo sampe dia ngeliat makhluk halus lewat. Mulutnya terus aja komat-kamit nyuruh Jaemin cepet dateng.

Ga nyampe 15 menit Hina nelpon Jaemin tadi, cowok itu nyampe di sekolah dan langsung markirin motornya sembarang.

"Ngapain kamu ke sekolah malem-malem?" tanya satpam yang jaga di pos depan, nyamperin Jaemin dengan tampang galaknya.

"Pak, pacar saya masih di dalem" ujar Jaemin buru-buru.

"Siapa?" tanya pak satpam curiga. Takutnya Jaemin bikin onar di sekolah, cowok itu kan terkenal banget keusilannya.

"Hina. Dia ke kunci di gedung ekskul"

"Jangan bohong kamu. Anak-anak club dance udah pulang semua"

"Yee dibilangin. Kalo gitu kita liat sama-sama deh" kata Jaemin kesel, kalo nego sama pak satpam pasti bakalan lama dan Hina makin lama ketahan di dalam sana. Mata Jaemin terpaku pada juntaian kunci-kunci yang tergantung di dekat pintu pos satpam.

"Nggak! Saya ga akan ketipu. Mending sekarang kamu pulang. Saya ga ada waktu ngeladenin anak nakal" ujar pak satpam sambil dorong-dorong Jaemin menjauh.

"Bentar-bentar" Jaemin berkelid, dengan gesit dia ngelewatin pak satpam. Tangannya terjulur mengambil kunci di dalam pos satpam lalu berlari kencang menuju gedung ekskul.

"Heh! Jangan kabur kamu!" seru pak satpam langsung ngejar Jaemin yang larinya gesit banget.

Jaemin ga ngirauin seruan si satpam. Dia cuma fokus mau ngeluarin Hina dari dalam gedung. Dadanya berdebar keras dari tadi, panik denger suara tangisan Hina yang untuk pertama kalinya di dengar Jaemin. Entah kenapa dia ikut merasakan kekalutan Hina dari sambungan telepon.

"HINA LO DI DALEM KAN?" teriak Jaemin saat mendekati gedung ekskul. Menggedor-gedor pintu untuk memastikan tunangannya itu ada di dalam sana.

Hina yang masih berdiri kaku dengan berbagai macam pikiran di kepalanya langsung tersadar dan tangisannya kembali pecah mendengar suara Jaemin.

"Jaemin bukain pintunya! Gue takut" tangis Hina ikut menggedor pintu dari dalam.

Pak satpam yang ngejar Jaemin jadi kaget, ternyata masih ada orang di dalam gedung.

"Pak kuncinya yang mana sih?" tanya Jaemin hampir membentak saking keselnya karena ga ada kunci yang cocok sama lubang kunci di pintu gedung ekskul.

"Mana, mana, saya bukain" pak satpam ngambil alih kunci-kunci dari tangan Jaemin dan langsung menemukan kunci yang pas.

Cklek!

Pintu terbuka dan Hina langsung berjalan cepat menghampiri Jaemin. Memeluk cowok itu erat seakan-akan dia ga mau ditinggal sendiri.

"Hina," panggil Jaemin mendapati Hina menangis dengan badan bergetar.

"Kenapa lama? Gue takut" ujarnya sesenggukan, wajahnya memerah dan penuh air mata. Rambut Hina juga acak-acakan, beberapa helai rambut sampai menempel di wajahnya yang basah.

Jaemin kembali merasakan hatinya berdesir jika berdekatan dengan Hina seperti ini, sensasi aneh itu kembali muncul melihat Hina memeluknya erat. Jaemin jadi merasa di butuhkan disaat-saat seperti ini.

"Maaf gue lama, tapi lo ga apa-apa kan?" tanya Jaemin sambil mengusap pipi Hina yang basah dengan ibu jarinya.

Hina hanya menggeleng lalu membenamkan wajahnya di dada bidang Jaemin. Membiarkan cowok itu memeluknya dan juga mengelus pelan punggungnya.

(✔️) A Little Thing Called LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang