Bab 3

59 3 0
                                    

"Harus Bersikap Biasa Saja"

Sinar merah baru saja terpancar di ufuk timur. Aku beranjak bangun dari kasur ku, bergegas mandi, melahap suapan sarapan, dan Rania sudah berdiri tepat di depan gerbang hitam itu.
Setiba di Kampus..

"Hai, aku Sandio? Ayyara yah?" sambil menyodorkan tangan kanan nya.

Aku terdiam, dan dikejutkan oleh Rania yang menyenggol tanganku dengan sikutnya.

"Oh, emm, haii. Iya"

"Kalo gitu aku duluan yah" Ia langsung berjalan diikuti Rendrata yang tak lain ialah sahabat akrabnya Sandio.

"Iya gapapa ko"

Rania mencubit pipi ku.

"Hem.. Hem.. Ciee ada yang suka niyyehh"

"Apaan sih, biasa aja kalii. Bentar bentar, kok dia tau nama aku?" aku berada diantara heran dan kepo.

"Mana aku tau, yaudah sih gausah baper haha"

"Idiiih"

Baru saja Sandio pergi, eh datanglah si Nandy. Oh iya Nandy adalah cowok yang penampilannya agak tradisional menurutku tapi bisa dibilang dia itu romantis. Sayang, karena itulah aku jadi ilfil sama dia. Bukan aku tak suka yang berbau bau romantis, cuma dia berlebihan banget.

"Pagi Ayyara, kamu udah sarapan pagi belum? Eumh kalau kata orangtua sih kalo pagi gak sarapan itu bisa menyebabkan kekurangan energi saat beraktivitas nantinya Ayy."

Yaelah, gak usah diingetin juga aku tau kok, mana ada orang sarapan pas malem malem sih. Omongan ku dalam hati, mungkin kalo di ucapin bakalan nyelekit sih, tapi kasihan juga si Nandy kalo aku judes judes banget.

" Udah ko" jawab aku ke Nandy.

" Yaa bagus deh kalo gitu"

" Kita duluan yah, Nan." lalu aku tarik tangan Rania dan segera meninggalkan Nandy.

Tak terasa detik demi detik terlewati. Saat hendak pulang, aku gak nyangka ini akan terjadi.

"Ayy, pulang bareng yuk." ajak Sandio.

"Hah? Enggak.. Gak usah aku barengan sama Rania aja"

Aku tolak tawaran Sandio, tapii..

"Udah Rania sama Rendrata aja, lagian mereka kan satu arah, ya kan, Ran? Rania mengerutkan dahinya.

" Please ya San, aku paling gak suka kalo dipaksa"

"Oke kalo kamu gak mau gapapa kok"

Aku dan Rania langsung bergegas pulang. Dan gak mungkin kalo misalnya aku dan Rania gak berbincang bincang selama di perjalanan.

" Ayy, kamu gak nyesel nolak tawarannya Sandio?"

" Apanya yang nyesel?"

" Malah balik nanya ya ni anak"
" Yaa masa baru kenal udah so akrab gitu si, SKSD tau gak"

" Tapi dia itu kayaknya suka tau Ayy sama kamu"

" Yaudah sih biarin ajalah"

" Dasar si judes"

" Biarinlah. Nih ya jadi cewek itu harus judes, jangan mau kalo ada yang mau ngegodain gitu. Harus bisa jaga diri. Paham?"

" Ya tapi jangan pedes pedes banget, nanti pada gak suka loh,"

" Iya juga sih, ya intinya jangan jadi cewek yang murahan, udah itu aja. Titik."

Seperti biasanya, saat menginjakkan keheningan rumah, pikiranku melayang dan sekilas wajah Sandio nampak. Dan yeah aku seperti terjebak di ruang imajinasi dimana setiap temboknya dipenuhi bayangan wajah Sandio. Wah, jangan jangan akuuu.. Nggak nggak nggak, focus Ayyara focus! Udalah biasa aja. Huh. Aku langsung menarik nafas sepanjang panjangnya.
.
.
.
Gimana guys? Seru gak? Jangan lupa vote and comment yaa hehe😀😊 sampai jumpa dicerita selanjutnya yaaa😘🙋

SENJA SENDU KUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang