"Mulai Tak Fokus"
Ku buka jendela pagi itu, sinar matahari mulai mendatangkan kehangatan, menyambut semangatku mengawali hari. Alarm berbunyi nyaring, ia tak tau kalo aku sudah bangun. Sarapan kali ini temani ku mengerjakan skripsi yang hampir selesai. Tak terasa waktu berjalan begitu cepat. Kurang dari 3 bulan lagi aku akan wisuda. Yipppii.
"Ayy, Ayyara. Ada temen nih.." Mama tiba-tiba manggil sambil teriak.
"Siapa ma? Rania?.." jawabku. Karena biasanya cuma Rania yang main ke rumah ku.
"Bukan, kamu liat ke depan aja..!" perintah mama.
"Iya bentar " "kalau bukan Rania siapa ya? Heran, selama ini aku jarang ngajak temen main ke rumah kecuali Rania" aku pun mencoba menghampiri siapa yang datang.
"Hah? Kok Sandio? Darimana coba dia tau rumah aku. Duhh." ucapku pelan dan sesekali mengusap dahi ku.
Sandio, menatap ku gembira. Mengenakan kaos hitam dengan celana jeans dan entah apa yang ia sembunyikan dibalik jaket yang ia genggam. Dan yaa aku terciduk dengan muka bantalku katauan sudah kalo aku belum mandi, alahhh mati aku.
"Hai, Ayy.. Apa kabar?"
"Hai, eu..eu.. Baik kok" ucap ku terbata bata
"Jalan-jalan yuk!!.." ajak Sandio membuat mata ku melotot seketika.
"Hah? Kemana?"
"Kamu maunya kemana? Ke taman depan aja yuk, jalan kaki aja biar sehat. Mumpung masih pagi, yukk"
"Tapi aku kan belum mandi" OMG jujur banget sih aku, sumpah aku gak nyadar ngomong ini. Heuh yaudah lah.
"Gak mandi juga kamu cantik kok, kalo mau mandi juga gapapa, nanti aku tungguin. Inget! Jangan sambil konser " Sandio mengatakan dengan ketawa kecil. Aku membalasnya dengan ketawa geli.
"Apaan sih, ia bentar " kebiasaan ku adalah bersikap jutek cuek bebek. Aneh.
.
.
"Ma, aku jalan-jalan bentar ya ke depan..""Iya ati-ati.."
Yang aku lakukan hanyalah diam, gak bersuara selagi ia yang memulai.
"Oh iya Ayy, tadi aku cuma liat Mama kamu. Eumm, kalo Papa kamu dimana? " tanya Sandio, mengingatkan pada Papa yang jarang aku temui, itu karena Papa sibuk kerja di luar kota.
"Ohh, Papa aku kerja di luar kota."
"Pantesan yaa aku gak liat, kamu udah sarapan?"
"Udah ko tadi.."
"Eh ngomong-ngomong, dari tadi aku terus yang nanya. Kamu gak bakal tanya balik apa? " Lagi lagi ia tertawa kecil.
"Abis mau nanya apa?"
"Nah itu juga pertanyaan, nih aku jawab ya. "Aku gak tau kamu mau nanya apa". Tuh jawabannya"
"Apaan sih garing tau " jawab ku sambil ketawa, melihat usaha dia buat ngelucu.
"Tuh kan, katanya garing. Kok ketawa? Aku tau kok aku itu lucu" tanggapannya dengat kalimat so imut.
"Oh iya, kok kamu bisa tau rumah ku?" baru kali ini aku berani melontarkan pertanyaan yang dari tadi aku pendam.
"Udah, ini rahasia. Gausah kepo ya" jawaban tercentil menurutku.
"Yaudah, aku pulang aja deh!"
"Yaelah, gitu aja ngambek. Nih aku bawain kesukaan kamu, kamu suka lolipop kan?"
"Bentar, kok kamu tau sih?"
"Kepo aja ya, hehe. Kamu itu unik tau"
"Unik unik.. Emang guci?"
"Kamu tuh suka ngelawak yaa, iya maksudnya biasanyakan cewek itu sukanya sama cokelat. Nah ini, sama lolipop kaya bocah aja" ketawanya seolah mengejekku.
"Lah emangnya kenapa? Bocah juga kan suka cokelat. Emangnya lolipop hanya diperuntukkan bagi bocah saja hah?" jelasku.
"Iya. Iya. Cewek emang selalu benar. Iya deh, ibu kita Kartini" lalu berdiri tegap dan mengangkat tangan sambil hormat. Dasar konyol.
"Duh.. Udah siang. Pulang yuk" pintaku.
"Ayukk, takut item yaa" Sandio selalu mencoba ngelawak.
"Sotoyy!! " singkat ku.
.
.
"Tante saya pulang dulu ya, udah siang. Makasih udah izinin saya main sama Ayyara." Cukup berani juga Sandio bicara sesantai itu ke Mama, meskipun keliatan canggung tapi kalimatnya gak menunjukkan ketegangan."Ah nak Sandio ini, gapapa kok. Asal dijagain" Mama ketawa setelah mengatakan kalimat tadi.
"Iya Tante, panggil aja Dio. Soalnya kepanjangan. Ibu saya juga biasa panggil Dio, biar lebih akrab aja hehe"
" Iya nak Dio, hati-hati ya"
" Iya Tante, Assalamu'alaikum" Sandio terlihat sopan dengan disambung mencium tangan Mama.
" Kamu anterin ke depan ya Ayy, Mama mau ke belakang dulu" Kemudian Mama meninggalkan Aku dan Sandio berdua.
" Makasih ya Ayy "
" Iya sama-sama, awas ati-ati di jalan " entah kenapa aku jadi so perhatian pada Sandio.
" Cie, mulai care nieh " Sandio mulai kepedean.
" Dasar PD!!.. "
" See You, Ayy " ia melambaikan tangan lalu bergegas dengan motor hitamnya.
.
.
Aku menyambung pertarungan dengan layar laptop yang aku menyentuhnya pun malas. Tapi, aku harus bisa. Karena target ku, ingin menyelesaikan minggu ini juga.Baru 2 page aku mengetik, arghh aku mulai tak fokus. Ku matikan laptop, membaringkan tubuh dan yup chatting dengan Rania. Huh.. Rasa nya punya sahabat itu apapun ingin di curahkan. Aku pun menceritakan apa saja kejadian ku hari ini dengan Sandio pada Rania.
.
.
.
Oke guys, itu dia cerita bab ini. Maafin ya masih banyak kekurangan. Makasih buat yang udah baca😀 Jangan lupa vote and comment ya😅
See you😘🙋