" Apology "
Ku rebahkan tubuh dikasur setelah jejaknya Rania. Seperti senja-senja sebelumnya yang selalu menemani aku saat melamun menyambut bayangan Sandio yang selalu saja datang. Senja kali ini menyimuti ku dengan rasa bersalah. Aku merasa bersalah karena kejadian tadi di kantin. Aku harus meminta maaf pada Sandio.
Dengan cepat ku coba bangkit dari kuatnya gaya magnet tempat empuk ini. Meraba-raba ke dalam tas untuk mencari handphone.
Sial. Belum juga ku buka aplikasi WhatsApp. Baterai nya menunjukkan tiga persen. Dengan terpaksa ku tunda niat untuk meminta maaf, hm mungkin sampai terisi hingga tiga puluh persenan baru aku ambil lagi.
"Disini ada baju aku kan Ayy?" teriak Rania dari dalam kamar mandi.
"Ada! Kaos yang abu sama celana yang bunga-bunga kalo gak salah" jawab ku.
"Tolong ambilin ya!"
"Iya bentar!"
.
.
Adzan Maghrib berkumandang. Setelah melaksanakan sholat. Aku dan Rania melangkahkan kaki ke ruang makan. Mama dan Bi Tina juga sudah menunggu kami untuk makan bersama."Ayy, Ran, yuk makan!" ajak Mama.
"Iya Ma" jawab ku dan Rania.
"Ma, besok aku sekalian berangkat dari Rania aja ya. Biar gak bolak-balik, hehe" ujarku memecah keheningan makan malam yang hanya di hadiri oleh empat orang tersebut.
"Oh, yaudah boleh.. Ke Rania nya emang mau jam berapa? Jangan malem-malem, bahaya!"
"Abis ini juga mau berangkat Ma. Ya kan Ran!" jawab ku.
"Iya Ma. Abis malem-malem juga kita gak berani jalan nya, hehe" sambung Rania.
"Yaudah, kalo gitu abisin dulu ya makanannya!" aku dan Rania mengangguk pelan.
.
.
Selesai makan. Aku membereskan pakaian untuk besok, beberapa cemilan dan tak lupa laptop untuk nonton film."Ma, aku berangkat dulu ya!" pamitku pada Mama.
"Ma, Ayyara nginep di rumahnya Rania ya Ma" izin Rania.
"Iya,, ati-ati di jalannya ya. Tidurnya jangan kemaleman. Kalian kan suka kesiangan.."
"Hehe iya Ma. Assalamu'alaikum" ucap kami bersamaan.
"Wa'alaikumussalam.."
.
.
Waktu belum terlalu malam, masih pukul delapan belas lewat empat puluh menit. Tapi suasana dingin terasa menusuk dan awan semakin menggelap. Sepertinya akan turun hujan.Rumah Rania tinggal sekitar dua ratus meteran dan sedikit terlihat tembok rumahnya yang berwarna cream. Hanya dua menit saja kami sudah tiba di depan rumah Rania.
"Assalamu'alaikum.."
"Wa'alaikumussalam, Eh..Ayyara mau nginep ya..Ayo masuk!" kedatangan kami di sambut hangat oleh Mama Rania dan senyum Papa nya yang tengah sibuk membaca koran di atas sofa berwarna coklat.
"Iya Ma, Ayyara ikut nginep ya, hehe"
"Ya gapapa dong.. Ayo masuk, dingin di luar mah" ucapnya dengan logat Sunda yang lembut.
"Yuk, Ayy!" ajak Rania.
Akhirnya yang ku nanti-nanti tiba juga. Yaitu berbaring di sebuah benda empuk dengan kekuatan magnetnya yang mengalahkan wanginya bakso Pak Jono dan sedapnya bubur Mang Asep.
"Huahhh, akhirnya enakan juga nih badan!" ucap Rania sembari membaringkan badan nya.
"Hampir aja nih tulang keropos!" aku berusaha melawak meski gak lucu sih. Haha.