Bab 14

17 0 0
                                    

" Takut "

Dua pelayan wanita dengan rambut disanggul plus baju seragam rapi menghampiri meja dimana kami berada. Kami berempat tersenyum senang. Makanan yang di tunggu akhirnya datang juga.

"Makasih mbak" ucap kami bergantian.

Rania memandang Rendrata sinis. Menampakkan api kecemburuan. Ealah alay banget ya hehe.

"Regan!!!! Jangan centil dong! Mbak nya pasti udah punya pacar dia!" kesal Rania memarahi pacarnya itu setelah kepergian pelayan wanita itu.

"Tau nih, udah punya cewek juga matanya lirik kanan kiri terus nih anak!" cerca Sandio memukul bahu sahabatnya itu.

"Enggak kok Racannn! Janji gak gitu lagi! Peace yaaa" Rendrata memasang raut wajah merengek.
Aku merasa geli dengan tingkah Rania dan Rendrata.

"Awas aja kalo gitu lagi!" Rania mengangkat jari telunjuknya, dan memajukan sedikit bibirnya.

"Iya iya suer deh Racan!" Rendrata mengangkat kedua jari telunjuk dan jari manisnya.

"Lo kapan punya cewek Yo?!" ejek Rendrata pada Sandio.

"Brisik lo!" balas Sandio. "Padahal gue udah baca doa, masih aja ada setan berkeliaran disini!"

"Udah mangkanya Regan diem aja ya! Ayo makan!" Rania memperingatkan pacarnya itu.

"Siyyyap Racan!" Rendrata tersenyum lebar.

Aku mengerutkan dahi masih belum mengerti apa yang diomongkan Rania dan Rendrata.

"Eh, Ran! Racan-Regan itu apa sih?" bisik ku mendekati telinga Rania.

"Rania cantik-Rendra ganteng! Keren kan?" jelas Rania

"Keren apanya? Yang ada alay tingkat dewa itu!" aku tertawa geli sekaligus mengejek sahabatku yang tak waras ini.

"Serah ah! Yang penting gue happy!" ujar Rania tak mau kalah.

Semua asik dengan piring dan sendoknya. Menyantap dengan lahap, yang terdengar hanyalah suara kebisingan diluar dan musik didalam restoran ini.

"Eh ngomong-ngomong kalian udah jadian?" tanya Rendrata menunjuk padaku dan Sandio.

Gak ada petir gak ada badai. Si Rendra kesambet apa sih?!

Mataku terbelalak. Bibir rapat. Hampir saja tersedak makanan. Dengan cepat ku ambil gelas berisikan lemontea disisi piring ku.  Lalu menyeruput sedikit demi sedikit.

"Kepo!" jawab Sandio singkat.

"Ya sapa tau kan udah!" sambung Rendrata.

"Nanti kalo kalian udah jadian, kita jalan-jalan bareng kaya gini lagi yaa!" tambah Rania sambil menunjuk aku dan Sandio.

Ya otomatis aku senggol lengan kanannya Rania. Rania merongos kesakitan. Kapan dia waras kembali Ya Tuhan..?

"Udah selesai? Yuk pulang Ayy, darting gue disini terus" ajak Sandio kesal.

"Euh,, euu.. Kenapa gak bareng aja? Bentar lagi juga udah kok!"

"Iya nih Yo, calm aja kali" ujar Rania mengarah pada Sandio.

"Baperan lo Yo!" sambar Rendrata.

"Diem lo setan!" jawab Sandio dengan nada tinggi.

Sekitar tujuh menit kemudian. Kami bergegas keluar dari restoran penaik tekanan darah ini.
Aku kembali duduk tepat dibelakang posisi Sandio.

Pikiranku melayang berkeliaran. Memikirkan apa yang akan aku katakan jika Sandio menanyakan hal yang sama seperti saat berangkat tadi.

"Udah siap?" tanya Sandio memastikan.

SENJA SENDU KUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang