Bab 6

30 2 0
                                    

" Semakin Indah "

Senja menyambut bangun tidur ku. Hari semakin dingin, walau awan belum menunjukkan kegelapan dan sang surya masih menampakkan diri belum sempurna beristirahat. Diluar seperti ada orang selain Mama dan Bi Tina.

"Ayyara mana, Ma?"

Terdengar remang-remang suara yang sudah familiar di telinga ku. Benar saja, dia suara Papa. Oh yah, inilah dia Papa ku, Papa Feri.
Papa memang jarang ada dirumah. Namun begitu, komunikasi ku dengan Papa tak pernah terputus. Setidaknya, paling sedikit 3 kali dalam sehari aku video call dengan Papa. Hehe udah kayak minum obat aja.
Dengan semangat ku buka pintu kamar dan betapa bahagianya hari itu.

"Papa!!!, gimana kabarnya Pa?? Aku kangen banget" dengan girangnya aku melontarkan kalimat tersebut.

"Alhamdulillah, baik kok Ayy. Apalagi Papa, masa gak kangen sama anak kesayangan Papa.. "

"Pa, bulan depan aku wisuda. Papa datengkan?" aku berharap banyak Papa bisa menghadiri hari dimana aku memakain toga dengan topi bertali.

"Wahhh, syukurlah kamu bentar lagi jadi guru. Bulan depan ya? Eum kayaknya.." belum selesai langsung aku potong.

"Papa sibuk lagi yaa?" aku khawatir Papa gak bisa dateng di hari bersejarah dalam hidupku.

"Kan belum selesai, sabar dong.. Iya Papa bisa kok liat kamu pake toga Ayy" aku terkejut dan ku peluk hangatnya sentuhan Papa.

"Makasih ya Pa.. Huh seneng banget deh aku heheh.. "

"Tema bajunya apa nanti Ayy? " tanya Mama.

"Katanya sih Kebaya gitu. Mana aku lupa belum beli lagi, Ma" aku merengek seolah ngasih kode minta dibeliin hehe..

"Temen Mama ada tuh penjait di butik gitu. Coba nanti Mama tanyain deh.."

"Butik yang di Jl. Soekarno itu? Yang biasa Mama beli?" Feeling aku, jangan-jangan Papa mau nganter nih.

"Iya, yg penjaitnya itu temen SMP Mama dulu, Pa." jelas Mama.

"Yaudah besok jam 10an siap siap kita kesana ya, sambil itung-itung jalan-jalan ajaa" Daann yash benar aja, Papa memang the best.

"Okee, makasih yaa Pa, Ma"

"He'eh, yaudah Papa mau istirahat dulu ya Ayy.."

"Siap komandan" tegas ku sambil berdiri tegap.
.
.
Pagi kali ini terasa lebih hangat, apalagi saat Papa mengaji dengan suara merdunya, kehangatan semakin menyentuh dan menembus tembok kedinginan. Dengan semangat ku beranjak ke dapur untuk membantu Mama dan Bi Tina menyiapkan sarapan.

"Non, siapa yang kemaren dateng tuh?. Mas nya yang ganteng itu lohh.."

"Siapa emang yang dateng, Bi?"

"Pura-pura lupa nieh, namanya Sandio, Bi. Dia suka sama Ayyara tuh hehe.." menyebalkan memang pagi pagi sudah dibully apalagi soal cowok.

"Apaan sih, boong nggak. Iihh Mama nih ya.."

"Kan ganteng non, boleh tuh" goda Bi Tina.

"Udah deh Ma, Bi. Jangan ngebully dong masih pagi nih.."

"Siapa yang ngebully ya gak, Bi?"

"Iya betul tuh, Bu"

"Yaudah deh, aku mau manggil Papa dulu.. Disini mah aku jadi panas kuping,huh. Lagian ni Mama sama Bi Tina pagi-pagi udah gosip aja" aku pasrah sekaligus gak pengen memperpanjang pembicaraan mengenai Sandio.

"Yaudah cepetan panggil Papa nya gih.!" perintah Mama.

Baru selangkah aku hendak memanggil Papa, ternyata Papa duluan menghampiri meja makan.

"Siapa Ma temennya Ayyara? Deo?" tanya Papa.

SENJA SENDU KUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang