" Lanjutan.."
"Dio, kok kita gak bareng aja sih pulangnya ama Rania?" tanya ku saat angin sepoy-sepoy siang menuju sore itu kerkibaran sehingga suara ku terdengar berombak.
"Aku mau ngajak makan siang dulu, maukan?" ajak Sandio dengan nada gombal.
"Kayaknya gak mau deh" canda ku. Lalu Sandio terkekeh.
"Kayaknya? Berarti masih ada kemungkinan mau dong?"
"Gak mau titik"
"Berarti koma dong, atau tanda tanya, apa tanda seru?"
"Apaan sih, garing tau!"
"Jadi, mau gak?"
"Yaudah deh, boleh..!" heuh sebenarnya aku lapar juga, semenjak kejadian dengan Nandy di kantin tadi, aku belum nyentuh makanan dan agak perih juga ini perut. Duh, ngapain sih mikirin hal yang tadi lagi. Nguras tenaga aja.
"Oke, makasih ya, Ayy"
"Iya, santai aja, gimana kalo kita makan ayam bakar di tempat kemarin?"
"Baru juga mau ngomong, wahh, jangan-jangan kita.." dengan sigap ku cegah ucapan Sandio.
"Akhirnya, nyampe deh..!"
"Hm, oke yuk!"
.
.
Siang itu ku habiskan waktu dengan Sandio. Saat dirumah dan Sandio pulang, senja jingga menyambutku. Ku lihat awan yang lambat laun berubah menggelap. Disana terlukis wajah tampan Sandio. Aku tersenyum sendiri. Berada di arus lalu lintas lamunan. Tiba-tiba lampu merah menyala. Yaa, Bi Tina menepuk pundakku. Sontak aku membalikkan badan dan menghela napas."Duh, Bibi bikin kaget aja" omelan manjaku pada Bi Tina.
"Abis, non Ayyara senyum-senyum sendiri. Bibi kan jadi takut. Hehee.. Non lagi suka sama cowok ya?" goda Bi Tina. Aku tertawa menahan geli.
"Nggak kok, ih si Bibi mah kepo"
"Kepo is care, Non" aduh si Bibi mulai gombal deh.
"Alaahh, Bibi..Bibi.. Efek kebanyakan nonton sinetron tuh,Bi"
"Ah, yang penting happy teruss" seperti apa yang dia bilang, Bi Tina memang tak pernah memperlihatkan kesedihan ataupun kesusahan yang sedang ia hadapi. Ia menganggap semuanya akan cepat berlalu dan nikmati saja, jangan lupa sambut dengan bahagia.
.
.
Huh, debu melumuri kulit ku setelah seharian naik motornya Sandio. Ku bilas tubuhku. Dan hah segarrr luar biasa."Ayy, ayo makan dulu. Udah siap nih.!" suara setengah teriak Mama dibalik pintu.
Aku merasa berdosa karena kali ini tidak membantu menyiapkan makan malam. Ku paksa badan ku bangkit dari kuatnya gaya magnet sang benda empuk.
"Oh, iya Ma."
"Masakan Mama emang masakan ter the best sedunia. Aroma wanginya tuh bisa kecium dari jarak 1 kilometer." goda ku pada Mama.
Mama tersipu malu. Aku suka melihat pipi chubby nya Mama terangkat. Dan akulah the next generation nya. Haha.
"Gimana kuliah kamu, Ayy?" tanya Papa.
"Besok lusa aku ada sidang. Terus minggu depan aku uas." jelas ku.
"Tetep semangat dan terus berdo'a ya Ayy. Papa yakin kamu bisa kok..!"
"Aamiin, iya makasih, Pa. Do'ain aja hehe"
"Besok Papa berangkat. 3 minggu kedepan juga pulang."
"Wisuda ku gimana, Pa?" ku coba meyakinkan bahwa Papa nggak PHP.
"Papa pulang 2 hari sebelum kamu wisuda. Jadi, Insyaa Allah Papa dateng kok..!"