Bab 5

42 2 0
                                    

"Ya, Aku Jujur."

"Ran?"

"Yaa apa?"

"Tadi Sandio ke rumahku"

"Masa"

"Iya, mana gak bilang-bilang lagi"

"Trus gimana?"

"Yaa gitulah, aku diajak jalan-jalan ke taman tau. Abis itu dia so akrab gitu ke Mama"

"Gila Ayy, pasti dia suka tau"

"Sama siapa?"

"Sama aku, hehe. Ya kamu atuh neng." Rania suka begitu,dia emang keturunan Sunda.

"Gak lah, masa baru kenal udah suka gitu sih"

"Yaa, mungkin aja kan? Eh, btw, dia minta no. hp kamu gak?"

"Untungnya sih enggak"

"Untung apa rugi, heheh. Yaudah nanti aku kasih deh"

"Jangan dong. Awas aja kalo dikasih!"

"Udah gapapa"

"Ih apaan sih"

Aduhhh, lowbat lagi. Mana lagi chatting- an juga sama Rania. Dia emang udah kayak sodara sendiri. Kadang kami nyempetin waktu buat nginep, nonton, dan banyak lagi deh.

Bip.. Bip..
Nada dering whatsapp? Aku langsung mengambil charger -an, dan.. Loh kok nomor baru. Kemudian aku buka, OMG..

"Hai, Ayy. Selamat malem ya. -Dio"

Saking gak koneknya aku kira Dio mana. Dan aku keinget tadi Sandio bilang "panggil aja Dio". Ini pasti kerjaannya Rania. Awas saja kamu, Ran!!.

"Ini Sandio?" dari pada salah mending aku tanya aja deh.

Dengan cepat dia ngebales, kurang dari 10 detik saja.

"Iya, ini Sandio. Lagi apa Ayy?" inilah pertanyaan yang paling bikin aku bingung, gimana jawabnya. So aku bales gini aja.

"Oh, lagi duduk aja"

"Kamu, gak tanya dari siapa aku dapet nomor kamu?"

"Nggak, udah tau kok"

"Siapa?" malah balik nanya.

"Rahasia" jawab ku.

"Kok gitu?"

"Pengennya gini"

"Tidur, udah malem" perintah Sandio. Padahal mataku masih melek. Dan jam baru menunjukkan pukul setengah 9.

"Mau kok. Makanya udah dulu ya"

"Iya, good night"

"oke" singkat ku

"Yaa." sambung Sandio

Ya elah, kalo gini terus kapan udahannya. So, aku gak bales apa-apa.
.
.
Huh, Sepi juga. Aku pun suruh Rania nginep di rumah ku. Orangtua kami untungnya sudah akrab juga. Jadi udah saling percaya gitu deh.
.
.
Tingg.. Tingg..
Yup, pasti Rania udah ada di depan. Hahhh dan benar saja ia sudah berdiri di depan gerbang, menjingjing seplastik cemilan dan tas berisi laptop.

"Cusss.. Silahkan masuk tuan putri" memang seru menggoda Rania, dengan mudah dia mengeluarkan senyum manisnya.

"Baiklah kakanda" balasan Rania tunduk.

"Yaelahhh hahaha, cepetan!"

"Kamar kamu bau ketek!"

"Enak aja! Sekate-kate lu neng" maklum saja, beginilah kami kalo udah ketemu.

SENJA SENDU KUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang