9 :

18.5K 2.2K 164
                                    

****

Berdiri di halaman parkir sepeda, Lubu baru selesai memarkirkan sepeda. Memasang wajah menyesal, untuk kesekian kali dirinya datang terlambat lagi. Lebih tepatnya, hampir terlambat. Tak perlu heran, meski dirinya selalu bangun lebih pagi dari remaja lain pada umumnya, Lubu masih harus bekerja. Belum lagi, jarak antara rumah dengan sekolah sebagai masalah utama yang belum bisa dia atasi.

Aah, aku mulai harus berpikir untuk mencari tempat kerja yang lebih dekat dengan sekolah jadi kemungkinan terlambat ini mengecil.

Lubu memperhatikan sekitarnya sebentar. Merasa aman, ia berencana untuk segera meninggalakan area parkir, namun...,

"Lubu."
Terdengar sebuah nada panggilan manis dari seseorang perempuan.

Lubu mendesah malas saat mendengar panggilan itu. Dirinya sudah sangat mengenal siapa pemilik suara itu. Siapa lagi kalau bukan salah satu dari guru bimbingan konseling yang gemar memarahi para murid yang melanggar aturan sekolah, khususnya si tukang terlambat seperti dirnya.

"Apa?" Lubu berbalik.

Melihat ekspresi tidak bersahabat dari siswa di depannya, guru itu berkata.
"Bisakah kau bersikap lebih baik kepada guru ini?"

Lubu mengangguk malas.
"Ya.., bu guru."

Guru itu tersenyum.
"Sedang apa kau disini, anak bandel?"

Lubu menggembungkan pipinya.
"Saya tidak benar-benar terlambat kali ini. Coba lihat, masih banyak murid lain yang berdiri di luar kelas." Dengan polosnya, Lubu menunjuk ke arah kelas-kelas di ujung sana. "Jam pertama juga belum dimulai."

Guru muda itu tertawa mengejek saat melihat tampang tak bersalah dari murid bandel yang selalu mengulang kesalahan di depannya ini. Itu hanya sebentar sebelum dirinya terbatuk pelan. Ia menyipitkan matanya dan melirik cepat ke arah pinggang siswa tersebut.

Seakan menyadarinya, Lubu langsung melirik kebawah.
"Aah, maaf. Saya lupa merapikan pakaian." Celaka.. ini tak akan sebentar!

Ehem!
"Lubu, berapa kali harus saya katakan bahwa sekolah ini memiliki banyak aturan yang ketat. Saya tahu bahwa kau tak pernah membuat masalah besar di sekolah, tetapi kenapa untuk masalah keterlambatan jam hadir dirimu harus menduduki peringkat pertama sebagai siswa yang suka terlambat dan malah dikategorikan terlalu rajin melakukannya. Kau terus mengulang dan mengulang kebiasaan ini, apa kau tidak bosan? Sebelumnya, aku hanya akan memarahi dirimu di tempat dengan halus, namun karna kali ini pakaian mu juga bermasalah dimana kerapian tidak dijaga. Apalah daya, sekarang berdiri disini dan pasang kupingmu untuk mendengarkan ceramah dari guru paling memahami hati dari para muridnya di seko..." Baru saja guru tersebut ingin menatap salah satu murid bandelnya, namun ia dikagetkan dengan tingkah sang murid yang sudah berjalan jauh dan sama sekali tak memperdulikan apa yang dikatakan guru tersebut sebelumnya.

"Lubu.., kau mau kabur kemana? Lubu! Lubuu!"

"Maaf, bu guru yang cantik. Aku memiliki pekerjaan rumah yang belum dikerjakan!" Balas Lubu yang kabur dengan cepat sambil merapikan pakaiannya.

Ooh.. guru yang cantik?
"Okelah, kali ini kau dimaafkan." Guru yang merasa tersanjung tersebut dengan mudah langsung memaafkan tingkah Lubu. Dirinya kemudian kembali melangkah untuk mengawas lagi. "Eh! Apa?! Pekerjaan rumah ingin kau kerjakan di sekolah?! Kembali kau! Dasar nakal!!!"

Kriiing!!
"Bel jam pelajaran pertama sudah berbunyi, sampai jumpa besok!!" Seru Lubu dikejauhan.

....

Berjalan santai menuju kelas, Lubu sesekali memutar pelan pundak sambil merasakan kondisi tubuhnya sendiri.
"Aku rasa, tubuhku lebih baik dari sebelumnya." Ia berbicara sambil tersenyum sendiri.

Don't Stop Me Now! (BoyxBoy)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang