***
🌾
Suasana sarapan kali ini begitu penuh dengan ketenangan. Di dapur, ada Dirga yang sedang melamun dan memandangi piring makan miliknya. Sedangkan depannya, ada Lubu yang makan dengan tenang tanpa banyak bersuara.
Bagi Lubu yang terbiasa hidup sendiri, mau berbicara ataupun tidak saat berada di meja makan bukanlah sebuah masalah. Dirinya juga bukan seseorang yang mengurusi tentang apa yang dipikiran orang lain. Jadi, ia tak ambil pusing ketika melihat Dirga mengaduk-aduk makanannya.
"..."
"..."
Disela lamunannya, Dirga secara diam-diam melirik ke arah Lubu seperti ingin mengatakan sesuatu, sebelum kemudian mendesah lemah dan kembali melamun.
Hal ini terus terjadi secara berulang hingga Lubu mulai merasa seperti sedang diawasi.Saat mencoba mengintip balik, Lubu akhirnya tahu bahwa Dirga sama sekali tak memakan apa yang sudah orang itu ambil dan memang hanya sekedar mengaduk-aduk sambil tetap melamun.
Dia kenapa? Pikir Lubu nampak bingung.
Lubu yang sadar bahwa makanan yang telah dirinya masak namun tidak membuat orang lain berselera untuk memakannya, merasa sedikit sedih.
"Kau nampak tak nyaman dan tidak menghabiskan makananmu. Apa karna kau tidak suka dengan menunya?" Tanyanya.
Dirga mengangkat sedikit kepalanya untuk melirik dan kemudian bertanya.
"Apa?""Aku hanya mampu memasak seperti ini. Jika kau ingin sesuatu yang lebih enak, aku tak bisa berbuat banyak." Lubu merogoh saku celana pendeknya dan mengeluarkan beberapa lembar uang. "Katakan masakan apa yang ingin kau makan. Asal tidak terlalu mahal, aku akan membelikannya." Lanjutnya.
Dirga yang melihat Lubu sedang menghitung uang dengan cepat sadar dengan maksud perkataan orang tersebut.
"Darimana kau berpikir bahwa aku tak suka dengan makanan ini?" Bantahnya cepat.
Lubu dengan tenang menunjuk piring makan milik Dirga dimana isi di dalamnya masih penuh namun teracak.
"A--aku tak bermaksud begitu!" Dirga mengibas tangan Lubu dan menutupi piringnya. "Kau simpan saja uang recehan itu! Aku hanya sedang berpikir sampai melupakan makanan ini!"
"Oke.., jadi makanan ini benar-benar tidak membuatmu berselera dan mampu dilupakan, ya." Lubu menatap piring sebelum menatap Dirga dengan senyum yang dipaksakan.
Melihat ekspresi kecewa yang tak bisa Lubu tutupi, membuat Dirga sangat tidak nyaman dan merasa bersalah.
"Kau.. kau! Jangan mengurusi isi piringku dan urus piringmu sendiri!" Aah!! Aku bicara apa?!Lubu tersenyum lagi sebelum mengambil suapan terakhir dan beranjak pergi ke arah tempat mencuci piring.
"Tung--tunggu.."
"Kau lanjutkan saja sarapanmu dengan tenang."
Gawat! Sialan ini sedang marah!
Tanpa banyak berbasa-basi lagi, Dirga mulai mengunyah makanannya.
Kenapa aku bisa mengabaikan makanan enak ini?! Selain menjadi manusia sialan, ternyata bocah ini juga pandai memasak!Setelah menghabiskan sarapan dan meminum segelas air, Dirga membawa piring kotor miliknya dan datang menghampiri Lubu.
Ketika Dirga ingin mengambil spon untuk mencuci piringnya, Lubu menahan tangannya dan berkata. "Jangan ikut-ikutan. Kau tamu disini."
Dirga nengerutkan alisnya.
"Hanya karena aku seorang tamu, aku tak boleh mencuci piring makanku sendiri?""Aku tak ingin merusak tangan mulusmu itu." Jawab Lubu setengah mengejek.

KAMU SEDANG MEMBACA
Don't Stop Me Now! (BoyxBoy)
Teen FictionWARNING!! Boys Love story! M.Dirga Marhadi, siapa dia? Anak semata wayang dari keluarga kaya yang cukup terpandang di ibu kota. Memiliki wajah di atas rata-rata, pintar dan selalu dikelilingi banyak wanita. Jangan pernah bicara dan bertanya soal cin...