19 :

9.8K 1.3K 77
                                        

* * *

"Kenapa kau jadi begitu pendiam?" Tanya Lubu yang semakin heran dengan tingkah Alvin.

"..."
Alvin yang menyangga wajahnya melirik sesaat ke arah Lubu sebelum membuang wajah dan kembali melihat keluar jendela.

Ada masalah apa dengan orang ini? Tanya batin Lubu.

Dirinya sadar, prilaku temannya itu mulai berubah semenjak dia melihat kebelakang. Ke arah artis terkenal yang katanya sedang naik dan..

"Eh?! Dia benar-benar teman sekolah menengah pertamamu?!"

Sssssttttt!!!
Alvin berbalik cepat dan melototi Lubu. "Pelankan suaramu!" Katanya marah.

Menutup mulutnya sendiri, Lubu berkedip tanda mengerti. Setelah merasa aman, ia membuka tangannya dan bertanya dengan lebih pelan.
"Jadi.., kau punya teman seorang penyanyi terke.., eh! Bukannya kau bilang orang yang kita lihat di televisi bukan temanmu?!"

"Memang bukan." Kata Alvin.

"Jika penyanyi itu bukan temanmu, lalu murid di belakang sana siapa?"

Alvin sekali lagi melihat kebelakang. Ia bisa melihat pemuda berseragam itu sedang berbicara dengan pelayan toko ini. Tak lama, ia kembali berbalik dan menjawab.

"Dia bukan si-penyanyi itu."

Lubu semakin tak paham dengan perkataan Alvin. "Apa kau tak lihat seberapa miripnya dia dengan pemuda terkenal yang baru kita lihat di televisi beberapa hari lalu?"

"Sudah kubilang bukan!"

Lubu mengerutkan alis. Ia yang tak paham lalu duduk bersandar seakan meminta penjelasan.

Alvin menghela napas malas.
"Orang yang kita lihat di televisi tidak sama dengan dia yang duduk di belakang sana." Kata Alvin.

"Kau ingin mengatakan bahwa orang itu sekedar mirip begitu?" Lubu masih tak percaya. "Aku memang ingat kau berkata bahwa wajah penyanyi itu mirip dengan temanmu dulu disaat, em.., kapan? Oh, ketika sekolah menengah pertama! Tetapi, darimana kau tahu perbedaannya?"

Alvin kembali diam untuk waktu yang lama sebelum menjawab.
"Aku tak mungkin lupa dengan wajah orang yang pernah berkelahi denganku."

"Berkelahi?" Lubu membuka lebar matanya

Alvin memutuskan untuk tak membahas hal tersebut sekarang. Selain karena mie pesanan mereka sudah datang, ini juga bukan merupakan waktu yang tepat untuk berbicara disaat perut mereka sama-sama lapar.

Beruntung, Lubu tidak suka mengurusi masalah orang lain. Jadi, lawan bicaranya tak ingin menjawab. Maka, ia tak akan bertanya lagi.

Setidaknya aku tahu bahwa Alvin sama saja seperti dulu. Suka berkelahi. Pikir Lubu.

"Dasar sesat!"

Alvin baru ingin mengambil gigitan pertama. Namun saat mendengar kata yang keluar dari mulut Lubu, dirinya kembali diam.

Melihat temannya terdiam lagi, Lubu menggunakan ujung sumpitnya dan menusuk dahi orang itu.

"Ini waktunya makan bukan waktu untuk diam!"

"Ouch!" Alvin memegangi area yang sakit lalu melototi Lubu lagi.

"Apa? Ingin berkelahi denganku?" Tanya Lubu datar dengan tatapan mengejeknya.

Mereka berdua diam sesaat sebelum akhirnya sama-sama tertawa. Sambil mengejek satu sama lain, mereka mulai menikmati mie pesanan mereka dan nyaris melupakan apa yang telah mereka bicarakan sebelumnya.

Don't Stop Me Now! (BoyxBoy)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang