22 :

8.8K 1.2K 78
                                    

. . .

Waktu hampir menunjukkan pukul 6 pagi dan Lubu masih berada di alam mimpi.

Disana, dirinya sedang bermimpi merayakan keberhasilan saat mengalahkan kakek dan neneknya dalam adu argumen. Lubu begitu senang dan bangga pada dirinya sendiri hingga ia terus tertawa.

Disela tawanya, Lubu terbayang adegan dimana dirinya masuk ke dalam rumah dan lupa menutup pintu. Ketika Lubu ingin kembali untuk menutupnya, ia dikejutkan oleh sosok terong raksasa yang masuk ke dalam rumah yang kemudian secara tiba-tiba, terong itu ikut tertawa hingga memperlihatkan cairan kental berbau busuk kepada Lubu dan mulai bergerak maju seakan ingin memakan Lubu.

"Uwaaaaaa!!"
Lubu yang melihatnya berteriak panik dan langsung terbangun dari tidurnya.

Duduk di atas ranjang, dengan mata sayu karna mengantuk, Lubu menghembuskan napas.
"Cuma mimpi." Katanya lega.

Hanya saja, perasaan lega itu tak bertahan lama. Ia tersentak saat menyadari bahwa dirinya memang benar-benar lupa menutup pintu dan hampir berteriak lagi ketika melihat sebuah tangan sedang melingkar di pinggangnya.

Buru-buru, ia melihat ke sisi kanannya yang mana ada Dirga yang sedang tertidur menghadap ke arahnya.

"Hah..?" Lubu bengong sebentar. "Sejak kapan?"

Setelah berpikir singkat, Lubu memutuskan untuk mengecek sebentar sebelum memikirkan keberadaan pemuda ini. Ia kemudian dengan hati-hati menyingkirkan tangan Dirga.

Megucek matanya perlahan, Lubu pergi menuju ruang tamu dan melihat keadaan.

"Sudah dikunci." Katanya sambil meraba kunci geser. "Oh, kenapa dia hanya menggunakan satu?" Selanjutnya, Lubu mengintip keluar dari balik gorden untuk melihat pagarnya yang juga sudah ditutup dan digembok dari dalam.

Setelah benar yakin bahwa rumahnya aman-aman saja, Lubu kembali ke kamar untuk membangunkan Dirga. Namun sebelum membangunkan tukang tidur itu, terlebih dulu Lubu memandangi wajah Dirga. Sepertinya dirinya tahu siapa yang sudah menyelesaikan dua kesalahannya semalam.

Naik ke atas ranjang, Lubu menggoyang-goyang tubuh Dirga.
"Oi, bangun." Tak mendapat respon, Lubu mencoba lagi. "Bangun.., halooo," dan lagi.

Butuh sedikit waktu hingga akhirnya Dirga bergumam menanggapi.
"Eeeng........, Lubu?" Ia seperti mengatakan sesuatu, hanya saja tak benar-benar jelas.

"Heh, bangun sekarang. Kita harus bersiap untuk sekolah." Kata Lubu.

"..."
Dirga tak menanggapi dan terlihat tidur seperti sebelumnya.

Lubu menghela napas karna tak tahu apakah pemuda ini sedang tidur atau sudah setengah sadar. Ia sendiri beranggapan bahwa Dirga sudah sedikit sadar. Jadi, dirinya kemudian mengucapkan terima kasih kepadanya.

"Kau.., em. Terima kasih atas perbuatanmu semalam. Ya, meski aku tak mau kau tidur disini tetapi.., terimakasih!" Kata Lubu dengan wajah tak nyaman.

Masih dengan mata terpejam, Dirga menjawab. "Oke.."

"Bagus." Lubu tersenyum singkat. "Kalau begitu, aku bersiap lebih dulu." Mengira bahwa Dirga memang sudah sadar, Lubu lalu berbalik.

Ketika ingin turun dari ranjang, Dirga secara tiba-tiba meraih ujung baju Lubu dan berkata.
"Tunggu..."

"Hah?"

Lubu benar-benar tak tahu bahwa sebenarnya Dirga masih belum sadar dari tidurnya, karna lebih dari setengah jiwanya masih berada di alam mimpi dimana dirinya sedang bermimpi tentang penyelamatan seorang putri yang terkurung di dalam goa selama belasan tahun yang ternyata putri itu adalah seorang laki-laki.

Don't Stop Me Now! (BoyxBoy)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang