24 :

9.3K 1.1K 60
                                    

. . .

Kembali beberapa jam sebelumnya. Dimana Lubu, baru saja dibawa pergi oleh ayahnya yang ternyata adalah kolega yang juga baru ia temui kemarin.

Mengetahui hal tersebut, pikiran Dirga mendadak kacau. Satu sisi, ia sedang resah karna memikirkan perkataan Alvin tentang dirinya yang ternyata sudah hampir melakukan hal mesum ke Lubu. Disisi lain-nya, ia memikirkan fakta orang tua Lubu adalah seseorang yang akan bekerja sama dengan keluarganya dimasa depan. Jika orang tua Lubu sampai salah paham, rencana kerja sama mereka bisa batal dan perusahaan keluarganya akan terkena masalah. Lalu disisi lain-nya lagi, Dirga terus berusaha mengingat kapan, bagaimana serta apa yang menyebabkan ia bisa berbuat hal tercela yang akhirnya malah membuatnya berkata sinis ke Lubu pagi tadi.

'Dasar tak tahu terima kasih'.

"Kenapa aku mengatakan hal jahat begitu?" Tanya Dirga yang menyesali diri sendiri.

Jika ditanya apakah dia merasa melakukan hal tak senonoh tersebut, tentu Dirga akan menjawab 'tidak'. Karna ia memang merasa tak melakukan hal itu. Lalu, jika ditanya apa mungkin Lubu berbohong? Dirga tetap akan menjawab hal yang sama yaitu, tidak mungkin!

Kalau di ingat-ingat, memang pagi tadi Lubu terlihat begitu marah dan seperti ingin mengatakan sesuatu namun, ia selalu menahan diri.

"Harusnya, aku bisa langsung mengerti apa yang terjadi saat melihat wajah memerahnya. Tetapi, aku benar-benar tak ingat apapun. Ini seakan ketika hal itu terjadi, pikiranku sedang tenggelam terlalu dalam di alam mimpi hingga tak sadar situasi."

!
Sepertinya Dirga sedikit mengingat sesuatu yang berawalan kata "Mimpi.."

Saat Dirga sedang berusaha untuk mengingat lagi, ponselnya mendadak bergetar karna mendapat pesan dari ibunya yang memintanya untuk bertemu.

Meremas ponselnya, Dirga bertanya kesal. "Ini.., masalah apa lagi?!"

* * *

Masih di waktu ketika Lubu baru saja pergi bersama ayahnya.

Duduk di kursi belajarnya, Alvin menyandarkan kepala ke tangannya dan mulai menatap langit-langit kelas. Saat ini, pikiran Alvin sedang melayang ke beberapa saat yang lalu. Dimana, Lubu menceritakan pengalaman yang terjadi di pagi hari dan bisa di bilang buruk.

"Menurutmu atas dasar apa dia melakukan tindakan itu?" Tanya Alvin.

"Entah." Lubu mengangkat pundaknya.

"Mungkin dia sedang mencoba merundung dirimu." Duga Alvin. "Bahasa lebih mudahnya adalah pembulian atau, ya, semacam itulah."

Lubu diam cukup lama sebelum bertanya."Atas dasar apa?" Ia memalingkan wajahnya dan menatap Alvin.

Alvin melihat ke arah lain dan berpikir. "Hanya menduga." Jawabnya kemudian. "Hanya sekedar menduga."

Mendengar Lubu yang menceritakan semuanya dengan sangat detail, membuat Alvin membayangkan setiap adegannya dengan sama detailnya. Hingga tanpa ia sadari, pikirannya melayang lebih jauh kebelakang. Tentang sebuah kisah menyebalkan dimasa SMP.

Dimana kala itu, Alvin yang berhasil mendapat beasiswa, bersekolah di tempat nomor satu di kotanya. Sedangkan teman dekatnya Lubu, menempuh pelajaran di sekolah nomor satu di kampung tempat tinggal mereka.

Pada masa itu, Alvin memilih tinggal bersama paman dan bibinya, dengan alasan jarak rumah dengan sekolah yang begitu jauh. Selain itu, alasan lainnya adalah karena Alvin tak ingin membuat ayahnya yang kerja di arah berbeda harus repot-repot mengantarnya. Hal inilah yang membuat dirinya hanya bisa pulang kerumah di akhir pekan.

Don't Stop Me Now! (BoyxBoy)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang