20 :

10.4K 1.3K 94
                                    


. . .

"Ayah?"
Melihat kemunculan orang tuanya secara tiba-tiba, Lubu yang kaget dibuat tegang dengan bulu kuduk yang berdiri di sekujur tubuhnya.

"Paman.." Alvin yang juga tak kalah kagetnya berbalik untuk melihat Lubu. Ia bisa melihat temannya sedang terdiam dan terpaku di tempat.

Perasaan gugup muncul dalam benak Alvin. Dirinya yang mulai tak nyaman mencoba berbisik untuk menegur temannya.
"Lubu.. hei, Lubu!"

Lubu berkedip dua kali, seakan sadar dengan teguran itu.
"A-apa?" Dengan juga berbisik, ia bertanya.

"Kau tak apa?" Alvin balik bertanya.

"Aku?" Lubu membuka lebar matanya seakan menyuruh Alvin untuk tak menanyakan pertanyaan yang sudah jelas jawabannya apa.

"Kebetulan sekali kita bertemu disini, Lubu." Kata ayah. "Heem.., bagaimana jika kita pergi ke toko terdekat dan makan malam bersama. Ada yang ingin ayah bicarakan denganmu." Lanjutnya masih dengan senyum

Kembali menoleh kearah ayahnya, secara tak sadar Lubu-pun memberikan ekspresi aneh yang membuat wajah ayahnya berubah.

Ketika pria dewasa itu ingin mengatakan sesuatu, Lubu menegur teman di sebelahnya dan berkata.
"Alvin, kita harus pergi dari sini."

"Hah?" Guman Alvin bingung. Ia tak sempat bertanya lebih jauh sebab Lubu yang tiba-tiba sudah mengangkat sepedanya dan berbalik arah.

"Ayo!" Katanya.

Lubu dengan tergesa-gesa ingin pergi dari tempat itu. Namun ketika ingin bergerak maju, dirinya harus terhenti karena tinjakan sepeda Alvin ternyata sudah masuk ke dalam ban sepedanya.

"Ke-kenapa ini?" Lubu yang panik mencoba menarik-narik sepedanya. Hal itu tentu mengagetkan Alvin.

"Hei, lepaskan dulu sepeda milikmu!" Katanya ikut panik.

Melihat situasi yang dihadapi anaknya, ayah Lubu lalu bergerak mendatangi.
"Kalian sedang apa?"

Alvin yang melihat kedatangan orang tua Lubu, ikut berusaha memisahkan sepeda mereka dan ketika sepeda itu hampir terpisah, Lubu yang sudah kelewat panik malah melepaskan dan membanting sepedanya ke jalan hingga membuat kedua sepeda itu terjatuh.

"Eh?"

Tanpa banyak basa-basi, Lubu menarik lengan Alvin dan berkata. "Ayo pergi!"

"Ta-tapi.." Alvin menunjuk sepedanya yang ada di atas trotoar jalanan.

"Sudahlah!"

"Lubu, kau mau ke--" Ayah Lubu jelas ingin berlari menyusul anaknya yang pergi itu. Namun belum sempat ia melakukannya, seorang datang dan menghentikan langkahnya.

Melotot marah ke arah pria yang sedang menahan tubuhnya, ia kemudian berkata. "Apa maksudmu?! Kenapa kau menahanku untuk pergi mendatangi anakku?!!" Pria dewasa yang sebelumnya terlihat tenang dengan senyum ramahnya itu kini berubah 180 derajat. Wajahnya itu kini dipenuhi kemarahan.

Pria lainnya yang terkena kemarahan itu langsung menjawab dengan penuh hormat.
"Maaf karena sudah menghentikan anda. Tetapi, kita memiliki hal sangat penting yang harus dilakukan terlebih dahulu."

"Apa maksudmu dengan hal yang lebih penting?! Kau pikir, pertemuanku dengan anakku tidak penting?!!" Masih dengan penuh kemarahan ia bertanya.

Dengan perasaan pahit, pengawal itu menjawab dengan gugup.
"Bukan begitu, tuan. Hanya saja, mereka sudah menunggu kedatanganmu."

"!!" Pria dewasa ini ingin mengatakan sesuatu namun menahan dirinya sendiri.

Setelah mencoba menenangkan kemarahannya selama beberapa saat, ia lalu berbalik arah. "Ayo pergi!" Katanya masih berusaha dengan nada marah.

Don't Stop Me Now! (BoyxBoy)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang