Revisi 1.0
"Abang bahagia?" tanya Hanna. Alvaro tak menjawab. "Abang pasti bahagia," kekeh Hanna menyadari kebodohan dari pertanyaannya.
Hanna dan Alvaro berada di kantor. Saling duduk membelakangi, jarak mereka sekitar 1,5meter.
"Maaf dan terima kasih," ucap Alvaro. Ada kesungguhan dalam suaranya. Hanna mengangguk walau logikanya anggukanya tak terlihat Alvaro. Di depannya ada komputer yang menyala, menampilkan file yang sedang ia kerjakan.
Setetes air mata jatuh di pipi Hanna. Dia membiarkannya. Dia masih mencoba merelakan Alvaro. Dia melepaskan Alvaro tanpa paksaan, tapi hatinya masih belum rela. Just imagine how hard it is to letting go the person you love so deeply.
Tak mudahkan melupakan cintamu?
Zavier keluar dari ruangannya, dia menuju meja Hanna. Alvaro berdiri dan memberi hormat pada Zavier. Meja Hanna memang membelakangi jalan, jadi dia tak melihat adanya Zavier.
Zavier membalas hormat Alvaro. Dia duduk di pinggir meja Hanna, di samping Hanna. "File yang saya minta sudah jadi?" tanyanya dengan suara rendah. Hanna terkejut dan menghapus air matanya cepat.
"Maaf, Bang, belum. Sedikit lagi," jawab Hanna gelagapan. Dia langsung mengerjakan apa yang diminta Zavier dengan sedikit kebingungan karna otaknya yang tiba-tiba kacau. Her brain is not working well because it's too busy to thinking about Alvaro.
Zavier menghela napas, dia nenyentuh pundak Hanna. "Tenang, Hanna. Nggak usah buru-buru, relax, pelan-pelan. Bisa kok," ucap Zavier lembut. Hanna terdiam. Matanya terpana dengan tatapan lembut Zavier.
Alvaro mendengar perkataan Zavier meski tak terlalu jelas. Dia tak membalikkan badannya untuk melihat abang ipar dan mantannya tersebut. Kantor ini sedang sepi, hanya ada mereka, tentu saja Alvaro masih me dengar ucapan Zavier yang sangat lembut itu, meski diucapankan dengan suara yang sangat pelan.
Ini memang jam istirahat, belum ada yang kembali dari makan siang. Sejujurnya, Alvaro ingin kabur dari ruangan ini jadi dia mengirimkan pesan pada istrinya, menanyai kapan istrinya pulang dari kampus, jika waktunya cukup dia akan menjemputnya. Menggunakannya sebagai alasan untuk kabur sekarang.
***
"Kenapa lo?" tanya Irena teman Naufa.
"Suami gue nyebelin," gerutu Naufa. Irena terkekeh. Dia mencuri ponsel Naufa dan membaca pesan Irena.
"Naufa! Please suami lo ini romantis banget gila!" pekik Irena.
"Romantis apaan? Manja iya!" sahut Naufa sewot dan merebut kembali ponselnya.
"Bu lo baru nikah ya jelaslah suami lo manja sama lo. Emang lo mau dia manja sama cewek lain?" Naufa can't help but roll her eyes. She doesn't want it, but won't say it in loud too.
"Coba sini, gue bacain pesannya suami lo," Irena mengambil kembali ponsel Naufa.
KAMU SEDANG MEMBACA
[TAHAP REVISI TIPIS"] Surprise Marriage [RUN IN LOVE II]
RomancePernikahan tak pernah terbayang dalam benak Naufa yang belum berumur genap 21 tahun. Namun, tiba-tiba saja semua itu terjadi. Tepat ketika dia menyanyikan lagu Perfect-Ed Sheeran ketika sang mempelai wanita melangkah mendekat pada mempelai pria yang...