Pria berwajah tampan, tapi dingin ini tengah memainkan pisau di halaman belakang rumahnya. Pisau tangan itu dimainkannya sedemikian rupa, berputar-putar di sela-sela jari tangannya. Beberapa pria berbadan besar berjaga beberapa meter dari tempatnya. Mereka tanpa ekspresi.
Seorang pria paruh baya mendekati si pria tampan berwajah dingin ini, "Tuan, rencana sudah berjalan 95%, hanya tinggal menunggu perintah dan pemicu dari, Tuan," lapornya ketika berada di belakang pria tampan itu.
Senyum cerah iblis pria tampan itu terukir puas dengan kerja bawahannya., "bagus. Ah, bunuh tentara gila uang itu. Hilangkan jejak! Pastikan tidak ada jejak! Dan, biarkan mereka tenang selama beberapa bulan ke depan," tukas pria tampan itu.
"Baik, Tuan." pria paruhbaya itu pergi meninggalkan tuan-nya untuk melakukan perintah.
"Alvaro, berterima kasihlah, aku akan membiarkanmu bahagia selama beberapa bulan bersama Naufa, sebelum kau ku siksa hingga memohon mati," gumamnya puas.
*****
Zavier membuka matanya perlahan. Tubuhnya lemas. Ruang rawat inapnya sepi, hanya ada dirinya. Perlahan, udara mengisi paru-parunya. Zavier bernapas secara teratur menggunakan hidungnya selama beberapa menit. Dia menggerakkan tangan dan kakinya secara perlahan, kemudian mencoba bangun dari pembaringannya. Zavier merasakan ngilu di seluruh tubuhnya, tubuhnya kaku.
Pintu terbuka, membawa sosok Lidya masuk dengan sekantung makanan ringan dari Indonovaa. "Zavier, baring dulu, budhe panggilin dokter sebentar," cegah Lidya. Zavier kembali berbaring secara sempurna.
"Budhe, Zavi nggak sadar berapa lama?" tanyanya.
"Dua hari," jawab Lidya dan menekan tombol di samping ranjang Zavier.
"Zavi kenapa?"
"Kamu keracunan risin. Kamu bahkan hampir meninggal kalau Deka terlambat bawa kamu ke sini! Kenapa kamu bisa keracunan sih, Zavier?!" omel Lidya. Matanya memerah, "jangan bikin budhe khawatir lagi," tukas Lidya dan memeluk Zavier yang tersenyum lembut.
"Sekarang Zavi kan nggak papa. Budhe jangan nangis," tutur Zavier menenangkan Lidya. "Mamah Zavi nggak dikasih tahu kan?" Zavier memastikan. Lidya mengiyakan.
"Naufa? Ken?"
"Mereka baru aja pulang."
Tidak berapa lama seorang dokter paruhbaya, seorang pemuda yang sudah dipastikan sedang KOAS, dan seorang suster masuk memeriksa keadaan Zavier. Untung saja kadar risin yang masuk ke dalam tubuh Zavier bisa dibilang tidak berbahaya jika ditangani secara cepat. Sekarang tinggal menunggu Zavier pulih dalam beberapa hari ke depan.
"Pakdhe kapan ke sini?" tanya Zavier lagi,
"Kenapa?"
"Ada yang mau Zavi omongin."
"Pakdhemu berangkat ke Surabaya."
"Ngapain kok tiba-tiba Pakdhe ke Surabaya?" tanya Zavier heran.
"Ada urusan," jawab Lidya menyembunyikan sesuatu. Zavier tak berkata apa-apa lagi.
***
"Jangan sampai media mengetahui kasus ini. Pulangkan almarhum dengan senyap. Jelaskan semua yang kita tahu tanpa ditambah atau dikurangi sedikit pun ke keluarga almarhum," tutur Wiro pada Deka.
"Siap, Pak."
"Saya akan ke ikut sana," tukas Wiro.
Dua jam yang lalu, seorang prajurit menembak kepalanya sendiri ketika latihan menembak. Tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi sampai prajurit itu bunuh diri. Rekan-rekannya pun dikejutkan dengan tragedi itu. Ini alasan kenapa Wiro ke Surabaya.
KAMU SEDANG MEMBACA
[TAHAP REVISI TIPIS"] Surprise Marriage [RUN IN LOVE II]
RomancePernikahan tak pernah terbayang dalam benak Naufa yang belum berumur genap 21 tahun. Namun, tiba-tiba saja semua itu terjadi. Tepat ketika dia menyanyikan lagu Perfect-Ed Sheeran ketika sang mempelai wanita melangkah mendekat pada mempelai pria yang...