8. Tak Menyerah

8.2K 501 22
                                    

REVISI 1.

Zavier dan Alvin berdiri satu lantai di atas Naufa dan Alvaro. Tak ada yang berbicara, hanya ada suara lift yang terdengar sayup. Cukup lama Zavier diam, begitupun Alvin yang siap memecahkan kaca di depannya dan melompat dari lantai tempatnya berdiri ke tempat Naufa dan Alvaro.

Alvin mengepalkan tangannya kuat ketika melihat Naufa memeluk Alvaro. Harusnya itu dia. Harusnya dia yang dipeluk Naufa bukan pria lain.

"Kau bisa lihat sendiri Naufa begitu mencintainya," pungkas Zavier pada akhirnya.

"Tidak jika dia tahu siapa pria brengsek itu," gumam Alvin.

Zavier mengernyit, "maksudmu?" tanyanya pura-pura tak mengerti.

"Lupakan." Alvin membelakangi kaca. Dia menyisir rambut coklatnya dengan jari. "Bang, aku tak akan menyerah. Aku akan merebut Naufa kembali," Alvin berbicara dengan lantang. Tak ada nada bercanda dalam perkataannya. Zavier menghela napasnya, dia mendekat pada Alvin dan memegang pundak pria tegap itu agar menghadap padanya.

"Dengar, kau pikir Naufa akan kembali padamu? Maksud ku, kalian bahkan tak pernah berpacaran. Pernikahan itu hanya permainan kita saat masih kecil. Naufa bahkan tak mengerti saat memainkan itu," pungkas Zavier. Mata Alvin terlihat bosan mendengar perkataan tentang itu. Dia sudah mendengarnya dari Naufa dan sekarang Zavier. "Alvin, percuma mau kau melakukan apapun percuma! Naufa sangat mencintai pria itu. Lagipula ini salahmu, kau tak pernah menyatakan cintamu padanya selama ini," lanjut Zavier.

"Apa aku harus mengatakan cinta disaat perlakuanku lebih membuktikan kalau aku sangat mencintainya?" tanya Alvin.

"Bodoh! Wanita tetap ingin mendengar pengakuan cintamu walau perlakuanmu padanya sudah mengatakannya. Mereka tetap ingin mendengarnya dari mulut pria," Zavier menyentil dahi Alvin. "Dan perlakuan cintamu pada Naufa hanya terjadi setahun sekali di saat kita semua berkumpul," sambung Zavier.

"Karna aku hanya bertemu dengannya setahun sekali," sahut Alvin bersungut-sungut.

"Kita hidup di jaman digital. Ayahmu punya pesawat pribadi dan kau tak terlalu sibuk, kenapa kau tidak datang lebih sering ke Indonesia?"

"Karna aku ingin dia merindukanku sama seperti aku merindukannya setiap saat."

Zavier tertawa, "sudah terlambat. Berhentilah dan jangan lakukan hal bodoh. Mungkin ayahmu berkuasa di balik pemerintahan ini, tapi ku pastikan ketika kau bertindak bodoh aku akan turun tangan dan mungkin kau akan dideportasi dari sini." Zavier berjalan menjauh, dia menunggu pintu lift terbuka.

"Kenapa? Kenapa kau malah mendukung pria itu bukan aku? Kau sudah mengenalku dari kecil. Kenapa kau membiarkan Naufa bersama pria itu?!"

"Karna dia mencintainya." Zavier masuk ke dalam lift. Matanya menyuruh Alvin juga ikut masuk.

****

Naufa membelai kepala Alvaro yang berbaring di pahanya. Lengan Naufa yang kanan diapit Alvaro di ketiaknya dan dia menggenggam tangan kanan Naufa erat. Beberapa kali, dia membawa tangan itu ke bibirnya. Mengecupnya lama. Alvaro meringkuk di sofa. Kakinya menekuk karna panjangnya sofa ini tak sesuai dengan tingginya.

Volume tv disetel Alvaro pelan. Matanya memang tertuju pada kotak ajaib itu, tapi pikirannya melayang entah ke mana. Naufa diam, tak berucap apa-apa. Mood Alvaro buruk, sangat. Setelah acara makan malam mereka yang tak berjalan mulus, Alvaro lebih banyak diam dan ketika matanya menangkap sosok Alvin, ekspresinya akan sangat marah.

Ingin sekali Naufa bertanya kenapa Alvaro semarah itu dan kenapa Alvin bisa tahu mengenai luka-luka yang ada di tubuh Alvaro, tapi rasanya itu hanya memperburuj keadaan. Apalagi dia sudah berkata tak akan bertanya sampai Alvaro sendiri yang menjelaskan.

[TAHAP REVISI TIPIS"] Surprise Marriage [RUN IN LOVE II]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang