PROLOG

19.6K 865 23
                                    

Revisi 1.0

Naufa menatap pantulan dirinya di cermin. Riasannya belum dihapus, tatanan rambutnya masih sama seperti pada waktu di pesta, pakaiannya pun masih gaun pernikahannya tadi.

Alvaro keluar dari kamar mandi dengan bertelanjang dada. Rambut cepaknya basah. Dia tersenyum melihat Naufa. Langkah kakinya membawanya mendekati gadis cantik itu.

Alvaro berdiri di belakamg Naufa, "Sayang," sapanya memegang pundak Naufa.

Di luar dugaan, Naufa menepis tangannya. Gadis itu bangkit dan menatapnya tajam. Amarahnya membara.

"Enak ya Bang mainin perasaan orang?" cibir Naufa. "Enak ya, mutusin orang, terus tiba-tiba nikahin orangnya tanpa tanya ini-itu dulu. Abang pikir aku apa? Abang pikir hati aku ini apa?" air mata Naufa jatuh, napasnya memburu menahan amarah.

Dari awal dia sudah menahan semuanya. Namun, sekarang ketika hanya ada Alvaro dan dia di kamar ini, semuanya meledak.

"Dek.."

Naufa mendorong dada Alvaro, "Aku emang cinta sama Abang, tapi aku bukan cewek murahan, Bang! Yang Abang bisa mainin seenaknya!" tangan Naufa terangkat siap menampar Alvaro.

1
2
3

Alvaro membuka matanya, Naufa hanya menatapnya dengan air mata yang terus mengalir semakin deras.

"Aku... kecewa sama Abang," tuturnya kemudian pergi ke balkon kamar.

Naufa berdiam diri di situ. Terus menangis. Dia kecewa pada semua semua orang. Orang tuanya, Pakde dan Budhenya, dan suadara-saudaranya.

Pernikahan adalah bagian terpenting hidupnya, yang hanya mau ia lakukan sekali seumur hidup.

Pernikahannya memang indah, sangat. Dekorasi, gaun, dan semuanya persis seperti yang ia inginkan. Persis seperti mimpinya. Bahkan, dia juga merasakan pedang pora yang ia agungkan selama ini. Prosesi yang menurutnya sakral dan tak pernah terbersit di otaknya bahwa dia akan mengalami prosesi itu.

Namun, semua itu menjadi menyakitkan karna dirinya layaknya barang. Pernikahan sepihak yang diputuskan keluarganya dan Alvaro. Tanpa dirinya ketahui. Rasanya seperti terjebak. Dia memang terjebak.

Mungkin mereka berpikir Naufa pasti akan bahagia dengan pernikahan ini, nyatanya tidak. Dia tak ingin menikah sekarang, tidak dengan rasa sakit hatinya yang belum sembuh sepenuhnya dan dengan lelaki yang telah mempermainkannya sedemikian rupa, lelaki yang sama yang menyakiti hatinya. Walau dia sempat terbawa suasana dan menikmati pernikahannya, walau dia harus berakting sebaik mungkin agar tidak mempermalukan keluarganya dan juga Alvaro. She relieved, she is English Lit student and alread took Drama class.

Kekecawaanya bertambah besar ketika orang tuanya pun ikut ambil bagian dalam mempermainkannya.

"Dek, kamu salah.."

Naufa mendorong Alvaro keras ketika lelaki itu hendak memeluknya, "DON'T TOUCH ME!" sentaknya. Tatapannya tajam menusuk.

Naufa pergi keluar kamar. Alvaro mengejarnya, tapi terlambat, pintu lift sudah ditutup. Alvaro kembali ke kamar, memakai pakaian lengkap untuk mengejar istrinya.

***

Naufa menangis di taman. Dia bersembunyi di semak-semak. Duduk jongkok dan memeluk lututnya. Kakinya bahkan tak memakai alas. Dinginnya udara Bandung tak ia rasakan sedikitpun.

Zavier berdiri di hadapannya dengan rokok di bibirnya, "Dek" ujarnya. Naufa mendongak. Tatapannya penuh kekecewaan. Zavier mematikan rokoknya. Tangannya menarik Naufa berdiri dan membawanya kepelukannya.

[TAHAP REVISI TIPIS"] Surprise Marriage [RUN IN LOVE II]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang