PERTAMA, SAYA MOHON MAAF JIKA DALAM DUNIA MILITER PROSES HUKUM DI SINI SALAH, karna saya hanya mengandalkan google dan bertanya pada ibu persit yang saya kenal hehe...
KEDUA, KARNA SAYA NULIS INI TENGAH MALAM SAYA GAK MUNGKIN NANYA SIAPA", gak sopran bruh 😂 dan google tak banyak membantu hehe
KETIGA, BAGI PARA PEMBACA YANG KEBETULAN TAHU MENGENAI HUKUM MILITER SECARA JELAS TOLONG BENARKAN KESALAHAN DALAM TULISAN SAYA ^^
KEEMPAT, TERIMA KASIH DAN MAAF SEBELUMNYA
KELIMA, SELAMAT MEMBACA
TERAKHIR, JANGAN LUPA UNTUK VOTE DAN KOMEN ^^ UNTUK MEMBUAT SAYA SEMANGAT HEHE~~
Let's go!!
●
●
●
●
●
●
●
●
●●
●
●
●Alvaro mendekap Naufa erat di pangkuannya. Tangisnya tak bisa disembunyikan lagi. Zavier meringkus Alvin. Ada Airis yang tadi menembakkan pistolnya ke arah bahu Alvin dan Daniel yang menembak obat bius.
"Ku harap ini tak diproses secara hukum," tutur Airis. Zavier menggeleng. Dia menahan berat badan Alvin yang mulai setengah sadar.
"Alvin sendiri yang masuk ke sini. Mau tak mau kami harus memprosesnya secara hukum," jawab Zavier. "Maafkan saya Paman Airis, tapi Alvin sudah keterlaluan. Dia menembak beberapa anggota saya dan dia bahkan melukai Naufa."
Airis meremas rambut tebalnya. Daniel menahan tubuh Airis ketika dia ingin menghajar Alvin, "tenanglah~ ayo pulang sebelum tentara yang lain melihat kita," Daniel menarik Airis keluar.
"Bang, ak... u gak... papa.... cuman kegores," Naufa meringis. Tangan kanannya menutup bagian lehernya yang terluka.
"Kamu.... ka.... kamu... berdarah dek," isak Alvaro.
"Alvaro! Jangan cengeng!" bentak Zavier jengah. Ya walau sebenarnya dia bisa bereaksi lebih cengeng dibanding Alvaro saat ini, tapi dia tahan sebisa mungkin.
Dia masih menjaga imagenya di depan junior dan beberapa anggota yang sudah memasuki rumah Naufa.
"Besok pagi setelah apel kumpulkan semua penghuni asrama tanpa terkecuali!" Deka memerintahkan anggotanya. "Zavier obati pelaku terlebih dahulu kemudian bawa ke sel. Setelah obat biusnya habis kita introgasi dia." Zavier mengangguk.
Alvaro menggendong Naufa kembali ke kamar. Dia merebahkan istrinya ke kasur. Secepat kilat dia membuka lemari dan mengambil sebuah kotak P3K.
Alvaro menghapus air matanya. Dia mengambil kasa dan menutup luka Naufa, "Dek, tahan. Kita ke RS!" Naufa terkekeh, dia menuruti perkataan Alvaro dan menekan lembut kasa di atas lukanya. "Kenapa kamu ketawa?" tanya Alvaro gusar.
"Bang, I'm OK. Lukanya emang agak perih dan yeah sakit but, I'm OK. Don't worry and stop act like I got big sore," Naufa membelai rahang tegas Alvaro dengan tangannya yang bersih dari darah. Dia juga menghapus sisa-sisa air mata Alvaro.
"Kita ke RS!" Alvaro menggendong Naufa. Di depan ada Adji dan Kena yang membenahi ruang depannya yang cukup berantakan. "Sudah difoto sebagai bukti?" tanya Alvaro. Mereka berdua mengangguk.
"Siap, sudah bang. Semua keperluan untuk bukti dan lain-lain sudah dilakukan. Mohon izin kami membersihkan ruangan ini bang!" Alvaro mengangguk. Dia meminta tolong pada Adji untuk membukakan pintu mobilnya.
Naufa didudukkan di belakang. "Bang, kalem!" pinta Naufa. Alvaro menatap Naufa dari kaca spion.
"Kalem? Sementara leher kamu berdarah kaya gitu? Cuman suami yang gila bisa kalem lihat istrinya terluka!" sahut Alvaro cukup tinggi.
KAMU SEDANG MEMBACA
[TAHAP REVISI TIPIS"] Surprise Marriage [RUN IN LOVE II]
RomancePernikahan tak pernah terbayang dalam benak Naufa yang belum berumur genap 21 tahun. Namun, tiba-tiba saja semua itu terjadi. Tepat ketika dia menyanyikan lagu Perfect-Ed Sheeran ketika sang mempelai wanita melangkah mendekat pada mempelai pria yang...