13/2. Hamil (Bagian 2)

8.4K 478 20
                                    

17++
Cringe
Yang gak kuat tinggalkan halaman ini.

Terima kasih.

Rumah menjadi sepi, tak ada percakapan antara Naufa dan Alvaro. Bahkan ketika mereka sholat subuh berjamaah. Naufa diam, pun Alvaro. Naufa tak memasak, Alvaro pun diam.

Naufa bersiap untuk pergi ke suatu tempat, bukan untuk kuliah➖karna hari ini tak ada jadwalnya. Alvaro memasang baretnya sendiri, matanya melirik ke arah Naufa yang tengah duduk di ranjang dan memasukan dompetnya ke dalam tas ransel kecilnya. Alvaro menutup pintu dengan keras ketika dia keluar. Naufa terperanjat kaget karna dia tepat di depan pintu itu.

"Ya, halo. Iya, Kang. Ini Nau mau jalan kok, iya. Siap," Naufa menutup telponnya.

"Kang? Siapa? Bagus banget ya, nemuin cowok lain di belakang suaminya. Bagus," sindir Alvaro yang tengah memasang sepatunya di teras.

"Bos aku," jawab Naufa singkat. Dia memasang sepatunya, serta helmnya.

"Bos? Kamu kerja?"

"Ya. Aku gak mau nyusahain, Abang. Uang kuliah dan jajanku, Abang gak usah khawatir," jawab Naufa balas menatap Alvaro yang masih duduk di kursi.

"Oh. Ya sudah, keluar aja sekalian dari rumah ini," sahut Alvaro. Dia memutuskan kontak matanya dengan Naufa.

Hey, dia tidak benar-benar menyuruh Naufa pergi. Dia yakin, gadisnya tak akan pergi. Mau pergi ke mana? Zavier? Tidak mungkin. Dia tak akan berani. Ken? Tidak akan. Orang tuanya? Itu lebih tidak mungkin.

Naufa tertegun, dia memalingkan wajahnya dan mengangguk, "oke." Naufa kembali masuk ke rumah. Masuk ke kamar dan membuka lemari pakaian. Dia mengambil koper yang berukuran cukup besar di atas lemari dengan bantuan kursi. Naufa mulai memasukkan pakaiannya secepat yang ia bisa.

Alvaro memperhatikan dari pintu, dia tak percaya ini. Sial, dia salah mengambil tindakan. Dia lupa Nuafa tengah hamil. Cepat-cepat didekapnya Naufa dari belakang.

"Maaf, jangan pergi," ucapnya tanpa rasa gengsi sedikitpun. Dia tak sanggup kalau Naufa pergi meninggalkannya. Tidak. Tidak boleh, "abang ke bawa emosi, maaf."

Naufa diam selama beberapa detik sebelum berbalik dan balas memeluk Alvaro dengan erat.

"Jangan bentak aku, jangan diemin aku," isak Naufa. Alvaro mengangguk.

"Maafin, Abang. Abang khilaf ke bawa emosi. Maaf juga gak tanggap kalau kamu lagi hamil."

Naufa melepaskan pelukannya dan mengusap air matanya, tangan kirinya meraba perutnya yang datar, "Nau hamil?" tanyanya tak percaya sambil menatap perutnya. Alvaro mengambil test pack yang ia beli semalam.

"Masih pagi, Dek. Coba gih," suruhnya dan memberikan alat tes kehamilan itu. Naufa mengambilnya ragu.

"Kok Naufa bisa hamil, Bang?" tanya Naufa tanpa dosa.

"Ya bisalah. Kita sering ngelakuinnya. Cepet, coba gih sana. Katanya hasilnya akurat banget kalau pagi."

**

Melihat Naufa masuk keluar kamar mandi, Alvaro cepat-cepat berdiri dan menghampiri gadisnya, "Gimana? Kok cepet banget?"

Naufa meringis ragu, "adek dapet, Bang," cicitnya pelan sambil menyerahkan testpack yang bahkan belum dibukanya.

Ekspresi kecewa Alvaro terpampang jelas, "maaf ya, Bang. Lagian, aku juga belum siap, maaf," ujar Naufa mengusap lengan Alvaro.

"Gak papa, Abang aja yang terlalu berharap, hahaha jadi kamu selama ini PMS to, jadi sensitif banget," gurau Alvaro hambar. "Abang harus ke lapangan, udah telat nih. Jangan kerja! Abang masih sanggup biayain kamu, ngerti?" tukas Alvaro lagi, kali ini dengan nadanya yang lembut seperti biasa. Naufa mengangguk.

[TAHAP REVISI TIPIS"] Surprise Marriage [RUN IN LOVE II]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang