10. Ancaman

7.9K 495 11
                                    

Naufa memperhatikan dirinya di cermin. Sering kali dia berpose, memperhatian dirinya sendiri yang tengah memakai PSK.

"Ngapain kamu dek cerminan mulu?" tanya Alvaro yang baru selesai mandi.

"Gak percaya aja aku makai seragam hijau pupus ini, bang. Ku kira aku bakal pakai loreng-loreng kaya abang," sahut Naufa dan berbalik menghadap Alvaro.

Alvaro menggelengkan kepalanya dan terkekeh. Meletakkan handuk di kasur dia memakai kaos hijau tua sebagai dalaman seragam PDLnya.

"Bagus gak bang rambutku di sanggul?" tanya Naufa memperlihatkan rambutnya yang disanggul.

Kali Alvaro melangkah mendekat ke arah istrinya, "lebih bagus kalau kamu pakai hijab, dek."

Naufa menggembungkan pipinya. Alvaro terkekeh, "abang gak maksa kamu buat makai hijab kok. Semuanya terserah hatimu. Kalau bisa pakai hijab ya sayang," Naufa mengangguk.Setelahnya Naufa memakai PSUnya.

***

Naufa mendengarkan himbauan pakdenya dari barisan para ibu persit. Di barisan lain ada Alvaro yang berdiri tegap memimpin pletonnya. Dia benar-benar gagah dengan seragam loreng lengkapnya dan itu membuat Naufa jatuh cinta lagi pada pria itu.

Namun, Naufa terkekeh jika mengingat bagaimana manjanya Alvaro di rumah. Rahang tegas dan pandangan tajamnya seperti topeng kemanjaannya.

Suara tegas Roni membuyarkan lamunan indah Naufa. Dia berdehem pelan. Jika diingat ini pertama kalinya dia memakai seragam hijau pupusnya sejak resmi menyandang status sebagai Nyonya Wiratama.

Pertama kali memakai seragam ini ketika pengajuan yang tak Naufa sadari. Ah dia benar-benar bodoh saat itu sampai tak menyadarinya sama sekali.

Barisan dibubarkan. "Dek, kamu gak papa?" Erlina menghampiri Naufa dengan perut besarnya. Sebentar lagi si kembar akan datang ke dunia ini.

"Gak papa, Kak. Cuman ke gores," jawab Naufa santai.

"De... maaf Mbak Naufa gimana keadaannya?" tanya salah satu istri prajurit yang menjadi anggota pleton Alvaro. Naufa tersenyum canggung ketika orang yang lebih tua memanggilnya dengan sebutan mbak.

"Naufa gak papa kok mbak, cuman ke gores," jawab Naufa.

"Gimana ceritanya sih dek penyusup itu sampai bisa masuk rumahmu?" ibu persit yang lain bertanya.

"Ceritanya lumayan seru mbak, bisa dijadiin film action malah," canda Naufa dengan derai tawanya.

Erlina menyentil dahi Naufa dengan gemas, "anak ini. Ditanyain yang serius jawabannya malah bercanda." Naufa cengengesan.

"Ya, dia ngetok gitu Mbak, terus suaranya kaya Bang Alvaro, ku kira dia ya ku bukain pintu ternyata bukan," jawab Naufa. Ya itu yang terjadi kurang lebihnya. Dia seperti mendengar suara Alvaro yang memanggilnya.

"Lain kali intip dulu dari jendela ya Mbak," saran seseorang. Naufa mengangguk. "Itu Pak Alvaro-nya udah nunggu. Kami kembali ke rumah dulu ya Mbak. Permisi," lanjutnya. Ibu-ibu persit yang berjalan beriringan dengan Naufa berjalan ke arah lain, tinggal Naufa dan Erlina yang berjalan ke arah Alvaro yang berdiri dengan gagahnya. Dia baru saja selesai berbincang dengan beberapa perwira tinggi.

"Dek, siang nanti kita ke kantor polisi. Mereka minta kesaksian," tukas Alvaro. Naufa mengangguk. Alvaro mengangguk dan tersenyum pada Erlina.

"Kakak pulang duluan ya Nau. Assalamualaikum," pamit Erlina. Alvaro dan Naufa menjawab salam Erlina berbarengan.

"Lukanya gak perih lagi?" tanya Alvaro. Naufa menggeleng. Alvaro menautkan tangannya dengan tangan Naufa dan membawa Naufa berjalan mengiringinya. "Abang bakal mati kalau kamu sampai kenapa-kenapa dek," lanjut Alvaro.

[TAHAP REVISI TIPIS"] Surprise Marriage [RUN IN LOVE II]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang