15. Pesan

6.9K 495 21
                                    

Hari berlalu dan bulan berganti. Pernikahan Naufa dan Alvaro menginjak empat bulan. Tak ada masalah berarti bagi keduanya.  Pertengkaran kecil memang sering terjadi, Naufa kadang merajuk, Alvaro kadang meninggikan suaranya, tapi cinta membawa mereka kembali.

Naufa menatap cermin, dia sedikit bingung dengan dirinya sekarang. Napsu makannya meningkat, ada beberapa makanan favoritnya yang tiba-tiba ia benci, dan terkadang dia memiliki keinginan untuk minum susu.

"Kenapa, Dek?" tanya Alvaro yang baru selesai mandi.

"Aku gendutan, ya, Bang?"

Deg! Alvaro membeku. Pertanyaan jebakan.

"E. . .  enggak kok," jawab Alvaro pada akhirnya. Naufa diam tak menyahut. Dia memainkan pipinya yang tambah chubby.

"Ngapain sih dipikirin? Mau Adek tambah gendut kek, enggak kek, Abang sayang banget sama Adek," tukas Alvaro lagi sembari mencium tengkuk Naufa. Naufa merinding dibuatnya.

"Abang! Masih pagi!" tukas Naufa menatap Alvaro kesal dari cermin. Alvaro terkekeh. Dengan sekali gerakan, Naufa sudah berada di gendongan Alvaro.

"Abang pengen," bisik Alvaro.

***

Alvaro berlari ke kamar mandi ketika melihat jam. Dia harus berangkat sekarang. Semuanya Alvaro lakukan dalam delapan menit. Mandi dan berpakaian. Naufa yang ada di ranjang tertawa kecil melihat Alvaro yang sibuk berlari ke sana ke mari.

"Abang berangkat dulu. Assalamualaikum. Makasih, Sayang," tukas Alvaro sebelum mencium bibir dan dahi Naufa.

"Waalaikumsalam."

Tiba-tiba malas menerpanya. Mengambil smarthphone-nya Naufa mulai mengetik pesan untuk Mega.

Nitip absen ya gue. Lagi gak enak badan.

Ok. Pecel ya nnti!

Ok.

Melihat tanggal di smartphone-nya, Naufa menyadari bahwa harusnya minggu-minggu ini jadwal bulanannya, dia sudah telat dua minggu malahan.

"Apa jangan-jangan!" pekik Naufa tak yakin. Cepat-cepat ia menghubungi ibunya.

"Assalamualaikum, Ma."

"...."

"Nau, telat dua mingg,"

"...."

"Ee, ada sih, Ma. Beberapa bulan yang lalu Bang Alvaro beli buat Nau,"

"...."

"Iya. Gak perlu kok Mama ke sini. Nanti aja. Nanti insyaallah Nau sama bang Al yang ke sana,"

"...."

"Iya. Salam buat Abah. Assalamualaikum."

Naufa beranjak dan memakai pakaiannya. Dia mengambil sesuatu di kotak obat sebelum masuk ke kamar mandi.

Ditatapnya terus-menerus benda pipih itu, sampai akhirnya samar-samar terlihat ada garis merah yang lain. Garis merah dua. Positif hamil.

Naufa menggigit bibirnya. Satu sisi dia senang, anak yang dinantikan Alvaro, keluarga besar mereka, dan dirinya kini sudah ada di dalam rahimnya, satu sisi lagi dia bingung. Dia belum. . . belum siap.

[TAHAP REVISI TIPIS"] Surprise Marriage [RUN IN LOVE II]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang