12. 1st War

7.6K 574 47
                                    

Naufa menatap malas dua buah buku sastra inggris lama yang harus dia pahami dalam dua minggu untuk kuis yang diadakan dosennya. Setelahnya dia harus membuat essai mengenai dua buku itu dan mempresentasikannya di hadapan dosen dan teman-teman sekelasnya. Untuk pertama kalinya, Naufa semalas ini membaca. Biasanya semangatnya menggebu. Dua buku dalam dua minggu menjadi hal kecil baginya jika saja kemalasan tidak menyerangnya.

Pintu berderit, Alvaro masuk dengan seragam kebesarannya. Jam 7 malam dan dia baru pulang. Tiga hari lagi penyambutan warga baru kodam ini, Alvaro sedikit sibuk dari biasanya.

"Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam," jawab Naufa malas. Alvaro menggantung baretnya dan mendekati gadisnya yang duduk di kursi dekat jendela kamar.

"Kenapa mukanya ditekuk gitu?" tanya Alvaro lembut.

"Gak papa," jawab Naufa singkat. "Makanan udah adek siapin di meja makan, tapi kayanya udah dingin. Abang bisa panasin sendiri kan? Adek mau tidur," Naufa berbicara sembari berjalan ke tempat tidur. Dia merebahkan dirinya dan memeluk guling.

"Adek marah sama abang?" tanya Alvaro.

"Enggak!"

"Terus kenapa kok kaya gini?"

"Gak papa ih! Dibilangin dari tadi gak papa. Bisa diem gak? Gak usah tanya-tanya! Bawel!" bentak Naufa. Alvaro terkejut bukan main. Ini kali pertamanya dia dibentak Naufa.

"DEK!" Alvaro balik membentak Naufa. "Abang gak suka kalau kamu ninggin suara kamu dari Abang!"

Naufa terdiam dan menatap Alvaro dengan matanya yang hampir menangis. Dia menunduk.

Alvaro memijat dahinya dan mengusap wajahnya kasar. Dia mengambil handuk yang tersampir di kursi tempat Naufa sebelumnya duduk dan keluar kamar.

Di kamar mandi, Alvaro menatap dirinya di cermin. "Bego! Kenapa lo balik bentak dia sih?!" cacinya pada diri sendiri.

Alvaro mulai mengguyur kepalanya dengan air, berusaha meredam emosinya yang tiba-tiba naik. Badannya yang lelah membuat emosinya naik karna bentakan Naufa tadi.

Selesai mandi, Alvaro duduk di meja makan dengan bertelajang dada, hanya ada handuk yang terlilit di pinggangnya. Napsu makannya hilang padahal semua makanan yang dimasak Naufa makanan favoritnya. Samar-samar asap masih melayang di atas makanan yang terhidang. Alvaro membereskan meja makan dan masuk ke kamar.

Punggung Naufa membelakanginya. Alvaro berjalan ke sisi lain ranjang, tepat di samping lemari. Alvaro menyingkitkan rambut yang menutupi wajah Naufa dan menyentuh pipi Naufa yang basah karna air mata. Ini pertama kalinya Naufa menangis lagi. Naufa tertidur setelah menangis.

Alvaro mengambil celana pendek dan memakainya. Setelahnya dia berbaring di samping Naufa. Menyingkirkan guling, dia membawa Naufa ke dalam pelukannya.

Gerakkan dari Alvaro membuat Naufa yang belum tidur terlalu lelap terbangun. Pipi Naufa tertempel di dada bidang Alvaro. Dinginnya kulit Alvaro sehabis mandi mampu mengembalikan 100% kesadarannya.

Naufa diam dan tak membuka matanya. Pun Alvaro yang juga diam dan memejamkan matanya. Keduanya diam sampai terlelap.

****

Jam 1:20 dini hari, Alvaro terbangun. Posisi tidur mereka masih sama. Pelan-pelan Alvaro melepaskan pelukannya pada Naufa, tak ingin gadisnya terbangun. Dia mengecup bibir Naufa sebelum berdiri dan mengambil pakaian olah raganya di dalam lemari.

Alvaro memakainya cepat dan keluar pelan-pelan dari kamar. Di luar rumah, sudah ada rekan-rekannya yang menunggu.

Kena duduk di atap teras dengan santai. Sedangkan yang lain tiduran di teras.

[TAHAP REVISI TIPIS"] Surprise Marriage [RUN IN LOVE II]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang