Perjalanan yang memakan waktu hingga dua puluh menit itu berlalu dengan keheningan antara Jeonghan dan Nari. Mereka larut dalam pikiran masing-masing. Selain karena canggung mengingat percakapan tentang perjodohan kemarin malam, Nari dan Jeonghan juga sibuk memikirkan sesosok yang akan mereka kunjungi kini.
Jeonghan mematikan mesin mobilnya yang sudah terparkir rapi. Baik Nari maupun Jeonghan tidak ada yang berani membuka pintu terlebih dahulu. Mereka hanya diam. Jemari Nari merapikan pita ikatan pada buket bunga yang dibawanya.
Jeonghan menghela napas panjang. Ia melayangkan tatapannya pada Nari.
"Kau saja dulu yang masuk, banyak hal yang harus aku bicarakan berdua dengannya."
Nari membalas tatapan Jeonghan yang tidak dapat ia artikan. Baru kali itu ia melihat sorot mata penuh putus asa di dalamnya. Nari mengangguk kecil. Ia melepas seatbelt-nya dan membuka pintu, bersiap untuk keluar.
"Kau tunggu saja di sini. Aku tidak akan lama," kata Nari. Gadis itu meninggalkan Jeonghan seorang diri yang kini sedang menundukkan kepalanya di atas stir mobil.
---
Nari memasuki ruangan dengan lemari kaca menutupi dinding-dindingnya. Ia berjalan lurus menuju kotak dimana didalamnya terdapat vas berisi abu mendiang sahabatnya. Nari memandangi foto yang dipajang disana. Foto yang sama dengan yang selalu duduk di atas meja kecil samping tempat tidurnya.
Nari menempelkan buket bunga kecilnya di pintu kaca kotak penyimpanan. Di sisi lainnya terdapat buket kecil yang juga terpasang. Sepertinya keluarga Myunghee sudah berkunjung tadi pagi.
"Annyeong, Myunghee," sapa Nari dengan suara kecil nyaris tak terdengar. Senyuman kecil tersungging di bibirnya.
"Bagaimana kabarmu disana? Maafkan aku jarang sekali berkunjung kemari untuk menemuimu," Nari mengusap kedua lengannya yang terbalut blazer. Entah mengapa tiba-tiba ia merasa ada udara dingin yang bertiup. "Tiga tahun lamanya kita tidak bertemu. Banyak hal yang terjadi, bahkan Seoul sudah sedikit berubah dari sebelum aku pergi melanjutkan studi di Amerika," Nari terkekeh kecil saat mengatakannya.
Nari memandangi pas foto kelulusan SMA Myunghee yang terpajang. Bagai terhipnotis, Nari membalas senyum hangat sahabatnya yang amat ia rindukan. Setetes air mata mengalir di pipi. Nari buru-buru mengusapnya.
"Maafkan aku, aku masih saja cengeng seperti dulu," kata Nari sambil terkekeh pelan. Ia menarik napas panjang sebelum melanjutkan. "Kau dulu selalu mengatakan bahwa semuanya akan baik-baik saja ketika aku menangis. Tapi nyatanya tidak. Aku sekarang sedang tidak baik-baik saja."
"Aku sangat merindukanmu. Sangat sangat sangat merindukanmu," kata Nari tergagap. Ia berusaha menahan tangisnya. "Kau percaya padaku kalau aku tidak akan berkhianat padamu, kan? Kita selalu bersama, itu katamu dulu. Dimana pun kini kau berada, aku selalu mengharapkan kebahagiaan untukmu. Kau berhak bahagia."
"Myunghee-ya," panggil Nari lagi setelah terdiam beberapa lama. "Aku kesini tidak sendiri. Aku membawa orang yang selalu kau kagumi. Aku yakin, dari atas sana kau pasti tahu bagaimana kabarnya kini. Karirnya sukses, sebagian besar itu karena bantuanmu. Aku ingat bagaimana dulu kau mati-matian menyemangatinya yang lelah karena selalu saja berlatih hampir 18 jam sehari."
Nari tersenyum kecil. Pikirannya terlempar ke beberapa tahun lalu. "Walaupun umurnya sudah bertambah, dia tetaplah seorang Jeonghan yang kita kenal. Dia masih saja kekanak-kanakan. Sejauh ini hanya kau yang tahan menghadapi sikap jeleknya jika sedang bad mood. Ah, mengesalkan. Mengapa aku jadi menangis lagi saat membicarakannya," Nari terkekeh kecil. Ia kembali mengusap air matanya yang kembali jatuh.
Nari menarik napas panjang. "Myunghee-ya... Jeonghan sepertinya masih belum bisa melepaskanmu. Di luar dia memang terlihat baik-baik saja, tapi aku yakin hatinya masih rapuh. Ia terlihat sangat menyedihkan jika harus kembali mengingat masa-masa itu," Nari terdiam sejenak. "Bahkan saat ia melihatku, sepertinya ia kembali teringat dengan dirimu. Kalau begitu, kehadiranku di hidupnya hanya akan membuat dirinya makin terbebani. Bagaimana aku bisa menepati janjiku padamu kalau begitu?" Nari tersenyum miris.
KAMU SEDANG MEMBACA
[SVT FF Series] You're My Last Destination
Romansa[COMPLETE][SVT FF Series] --- Yoon Jeonghan, seorang idol berumur 25 tahun yang mulai dipaksa menikah oleh sang ibu. Ia menolak lantaran karir adalah hal utama yang harus ia pikirkan saat ini. Bukan tanpa alasan kedua orangtuanya meminta hal itu, te...