Part 34

832 70 0
                                    

Sudah tiga puluh menit lewat sejak Yoona disekap. Nari mengamati sekitar secara awas. Sejauh ini tidak ada tambahan sandera lagi. Kedua penjahat itu masih menjaga tawanan mereka. Tangisan anak berumur 3 tahun itu masih saja terdengar, namun kini sudah tidak sekeras tadi. Sepertinya anak itu sudah kelelahan. Nari sampai sedih melihatnya, ia tiba-tiba teringat dengan Donghae.

Belum ada bantuan yang datang. Dipikiran Nari hanya satu. Sepertinya di dalam kantor mall pun ada sekelompok orang yang mencegah agar tidak ada polisi yang datang kesana. Nari terdiam. Otaknya berpikir keras. Ia mencari cara agar dapat bebas diam-diam mencari bantuan dari luar mall.

Fokus Nari terpecah ketika mendengar suara wanita menjerit. Ia melihat ibu dari sang anak itu ditendang hingga terguling. Sang ibu berusaha mendekat ke arah anaknya, namun usahanya tidak berhasil.

Nari dengan tergesa menarik wanita paruh baya itu menjauh. Ia mengangkat kedua tangannya ketika pria bertopi mengacungkan senjata tajam ke arahnya."Tenang tenang. Saya tidak akan melawan,"ucap Nari.

"Anakku...," erang ibu itu dengan suara tertahan.

Nari berbisik pelan pada wanita di sebelahnya, pandangannya terkunci ke depan dengan kedua tangan tetap di udara. "Jangan bertindak gegabah. Kita tunggu sampai bantuan datang."

"Minji-ya...," isak ibu itu. "Anakku akan mati lemas kalau terus-terusan dibiarkan seperti itu."

"Ya! Yang disana, jangan berbisik-bisik! Kalau tidak anak ini akan mati!"

Nari berdeham, ia mengumpulkan keberaniannya. Ia bahkan tidak berpikir sejauh itu bahwa anak yang berada di genggaman sang penjahat masih sangat kecil dan lemah. "Ahjussi, kasihan anak itu bisa kehabisan napas. Kau tidak tahu caranya mengurus anak kecil."

"Diam kau!" balas pria bertopi itu. Wanita disebelah Nari makin terisak.

Nari melirik ke arah Yoona dan wanita di samping secara bergantian. "Bagaimana kalau kau lepaskan anak itu? Aku bersedia sebagai gantinya."

Pria bertopi itu tampak terkejut mendengar ucapan Nari. Sepertinya ia belum terlalu senior dalam dunia kejahatan seperti ini. Dengan ragu-ragu ia melihat ke arah Nari dan anak kecil di tangannya.

Ia mendekati pria bertopeng untuk diskusi. Hampir lima menit keduanya berbincang-bincang. Nari menunggu dengan was-was. Ia berusaha menenangkan ibu dari anak itu di sebelahnya.

Pria bertopi itu tiba-tiba menghadap ke arah Nari. Walaupun memakai masker yang menutupi mulutnya, Nari dapat mengetahui bahwa pria itu sedang tersenyum mengejek ke arahnya. Nari merasakan firasat buruk.

"Jangan coba-coba membodohiku! Dibandingkan mengurus anak besar sepertimu akan lebih mudah menyekap anak kecil seperti ini. Kalau anak ini mati, aku bisa mencari sandera lain dari kerumunan ini."

Sial! Ia tidak terbujuk. Nari mengutuki tindakannya sendiri. Dengan maju seperti ini, sudah dapat dipastikan bahwa ia tidak akan lepas dari pengawasan kedua orang itu. Ia tidak bisa  bergerak bebas.

Nari mengedarkan pandangannya ke sekitar. Lima meter dibelakangnya terdapat tombol alarm kebakaran. Dengan mengaktifkan tombol itu, akan membuat penyandera lengah dan ia bisa menyelamatkan anak kecil bernama Minji. Selain itu, ia juga tahu bahwa karena ini mall besar, jika tombol itu aktif maka pemberitahuan akan langsung terhubung ke pemadam kebakaran terdekat.

Bagaimana ia bisa mengaktifkannya dalam jarak sejauh ini? pikir Nari frustasi.

Satu jam sudah berlalu. Seharusnya orang-orang di luar mall mulai curiga. Semoga saja ada yang berusaha menghubungi pihak kepolisian, pikir Nari.

[SVT FF Series] You're My Last DestinationTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang