Part 28

757 68 0
                                    

Jeonghan menggenggam erat tangan Myunghee. Ia seperti tidak ingin melepasnya barang sedikitpun. Gadis itu tertidur lelap. Ia baru saja menjalani kemoterapi yang membuat badannya lelah.

Jeonghan membelai lembut puncak kepala kekasihnya. Rambut hitam gadis itu sudah menipis. Sebulan lalu, ketika terakhir Jeonghan menjenguknya, mahkota Myunghee ini masih lebat. Tubuhnya bahkan tidak sekurus sekarang. Efek pengobatan mampu merubah penampilan Myunghee dalam kurun waktu yang singkat.

Myunghee membuka matanya. Gadis itu tersenyum lemah. "Kaukah itu Jeonghan?"

Jeonghan mengangkat wajahnya. Ia menutupi rasa sedihnya dengan sebuah senyuman. "Iya. Ini aku." Jeonghan mencium tangan Myunghee pelan. "Ada yang kau butuhkan?"

Myunghee mengangguk. "Aku ingin minum."

Jeonghan membantu gadis itu duduk. Setelah memastikan bahwa Myunghee nyaman, Jeonghan berbalik. Ia kemudian menyiapkan minum sesuai permintaan kekasihnya.

Myunghee mengamati tiap pergerakan Jeonghan. Sudah lama ia tidak melihat pria itu. Seventeen baru saja melakukan comeback, tentu saja mereka sibuk dengan kegiatan promosi. Myunghee kembali tersenyum ketika Jeonghan menyodorkan gelas berisi air mineral ke arahnya. Pria itu meletakkan sedotan di bibir Myunghee hingga ia bisa meminumnya dengan lebih mudah.

"Kalau efek samping kemoterapinya sudah lebih baik, dokter memperbolehkanku besok untuk pulang," kata Myunghee setelah selesai minum.

"Benarkah? Baguslah!" komentar Jeonghan. Pria itu lagi-lagi menggenggam erat tangan kekasihnya.

"Hanya itu reaksimu?"

"Eoh?" Jeonghan menautkan kedua alisnya bingung. "Harusnya bagaimana?"

Myunghee membelai rambut Jeonghan yang kini telah dipotong pendek dari waktu ketika Seventeen debut dulu. "Biasanya kau akan banyak mengoceh. Merecokiku untuk tetap berada di rumah, tidak terlalu lelah beraktivitas, dan sebagainya."

Jeonghan menghela napas panjang. "Maafkan aku. Pikiranku sedang terbagi."

"Ada apa?" tanya Myunghee penuh pengertian.

"Sudah sebulan belakangan ini aku susah menghubungi Nari. Aku tidak mendengar kabarnya sama sekali," keluh Jeonghan.

"Dia bilang sebulan yang lalu kalau ujian semester sudah semakin dekat. Mungkin Nari sedang sibuk. Kau tahu sendiri bagaimana dirinya kalau sudah fokus belajar," ucap Myunghee berusaha menenangkan kegundahan Jeonghan.

"Tidak baru kali ini ia ujian," Jeonghan menggelengkan kepalanya. "Jelas-jelas dia berusaha menarik diri dariku. Aku bahkan tidak tahu aku telah melakukan kesalahan apa."

Myunghee menarik tangannya dari kepala Jeonghan. Gadis itu mengamati wajah Jeonghan yang tampak kalut dan cemas. Hatinya menghangat. Ia tidak cemburu pada Nari karena sedari awal ia sudah mengetahui milik siapa perasaan Jeonghan sebenarnya.

"Kalau begitu, susul saja dia ke kampus," kata Myunghee berusaha menggoda Jeonghan.

Jeonghan membelalakkan matanya. "Bisa babak belur kalau aku sana. Selain karena banyak penggemar yang akan tiba-tiba berkerumun, Nari sudah mati-matian melarangku untuk kesana. Aku akan dihajarnya habis-habisan."

Myunghee tertawa. Ia kemudian menghentikan tawanya ketika menyadari Jeonghan kembali murung. Gadis itu menarik napas panjang. Sebelah tangannya menangkup pipi kiri Jeonghan, membuat pria itu mengangkat wajahnya memandang balik ke dalam mata Myunghee.

"Kau masih belum sadar, Jeonghan-ah?"

"Maksudmu?" tanya Jeonghan balik.

"Kau menyukai Nari, bodoh," kata Myunghee. Gadis itu menyentil pelan dahi Jeonghan dengan jari telunjuknya.

"Heh?!" Jeonghan terperanjat. Kedua matanya melebar, mulutnya membuka. "Mana mungkin? Aku dan dia hanya sebatas sahabat dari kecil."

"Terus saja mengelak," cibir Myunghee. "Nari juga menyimpan perasaan yang sama padamu."

"Dari mana kau tahu?" tanya Jeonghan. Ia kemudian tersadar. "Myunghee-ya, kau tidak cemburu kalau kita membicarakan hal ini?"

Myunghee tertawa kecil. Ia mengelus puncak kepala Jeonghan. "Untuk apa aku cemburu? Kalian berdua adalah orang-orang terdekatku. Aku bahagia jika kalian bahagia," katanya diakhiri dengan senyuman manis. "Jadi, kau penasaran kan bagaimana aku bisa tahu bahwa Nari menyimpan rasa padamu?"

Jeonghan hanya terdiam. Ia tidak menolak atau pun menerima. Pria itu membiarkan gadis di hadapannya bercuit dengan riang menceritakan hasil pengamatannya.

---

Nari meletakkan tasnya di kaki tempat tidur. Ia bersandar pada kepala kasur. Tubuhnya terasa sangat lelah. Seharian ini ia berburu Mr. Kim agar mendapatkan bimbingan untuk tugas akhirnya.

Nari menarik ponsel dari saku celana jeans. Gadis itu membaca chat dari Jeonghan sekilas. Ia tidak berniat membalasnya. Matanya menangkap satu pesan masuk dari Myunghee. Nari jadi tersadar, sudah lama ia tidak menjenguk sahabatnya itu. Ia terlalu sibuk dengan urusan kampusnya. Setelah ujian akhir selesai, ia langsung kembali menggarap skripsi.

"Nari-ya, besok aku diperbolehkan pulang. Kalau kau tidak sibuk, main ya ke rumahku."

Nari tersenyum membaca pesan dari Myunghee. Ia melihat jam di atas nakas. Sudah pukul 22.00. Besok pagi saja ia membalas pesan itu. Ia takut justru akan mengganggu istirahat Myunghee.

Nari baru saja akan berlalu ke kamar mandi untuk membersihkan diri, ketika ponselnya kembali berdering. Ia berbalik dan meraih benda berbentuk persegi panjang itu dari atas meja. Satu pesan masuk. Gadis itu membukanya.

"Ya! Kalau kau sudah baca pesanku, balas dong! Kau ini kenapa sih?"

Nari memutar bola matanya tanpa minat membaca pesan masuk dari Jeonghan. Anak itu belum tidur ternyata. Nari kembali meletakkan ponselnya. Ia tidak tertarik untuk membalasnya. Lagipula Jeonghan hanya mengiriminya pesan tidak penting.

Sebenarnya sudah hampir satu bulan, Nari mengabaikan pesan dari sahabatnya itu. Tepatnya sejak kunjungan terakhir Nari ke rumah sakit saat menjenguk Myunghee. Melihat sisi manis Jeonghan sebagai seorang pacar, membuat Nari sadar. Walaupun Myunghee, Jeonghan, dan Nari sudah dekat dari awal sebagai teman bermain, Nari memiliki batasan khusus untuk tidak mengusik hubungan kedua temannya sebagai sepasang kekasih. Ia sengaja menjauh dengan alasan ujian semester pada mereka berdua.

Nari sempat memarahi dirinya sendiri. Kenapa ia baru sadar akan perasaannya pada Jeonghan setelah sekian lama. Gadis itu merasa sakit tiap melihat Jeonghan bersikap manis pada Myunghee. Perlakuan yang tidak pernah pria itu tunjukkan pada Nari. Namun, Nari sadar. Dirinya harus mampu menahan diri kalau tidak ingin persahabatan mereka bertiga rusak. Nari tidak mau menukar kebahagiaannya dapat mengenal Myunghee dan Jeonghan dengan kebahagiaan semu dari mencintai sahabat kecilnya. Lagipula tidak ada yang bisa menjamin apakah pria itu akan membalas perasaannya jika tahu bahwa Nari diam-diam menyukainya. Lebih parahnya lagi, kalau Jeonghan justru menghindari dirinya.

Tujuan Nari menjauh dari mereka berdua, selain untuk memberi ruang, ia juga butuh untuk melupakan perasaannya pada Jeonghan. Maka dari itu Nari berusaha mengalihkan fokusnya dengan belajar keras. Ia bahkan tidak mengambil jeda waktu beristirahat dari selesai ujian kemudian mengurus tugas akhirnya. Niatnya untuk melupakan Jeonghan sebagai seorang pria sangat kuat. Hal itu justru memberinya motivasi untuk bekerja keras menggapai cita-citanya. Saat impiannya dapat tercapai, saat itu juga Nari bisa mulai mencari sosok yang bisa ia andalkan sebagai kekasihnya.

Untuk saat ini, biarlah waktu berlalu. Nari akan menjalani hidupnya dengan bahagia, seperti Myunghee dan Jeonghan yang juga menikmati waktu mereka berdua bersama.

[SVT FF Series] You're My Last DestinationTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang