Part 41

828 72 0
                                    

Nari mengarahkan tembakan peringatan di dekat kaki sang lawan. Namun, entah bagaimana, pria itu sudah berguling ke samping. Nari terkesiap pada kecepatannya. Tubuh lawannya memang kecil, namun hal itu justru membuatnya makin gesit.

"Ah!" Nari meringis kesakitan ketika tanganya yang memegang pistol di tendang. Untung saja, refleksnya bagus. Gadis itu dapat menangkal serangan yang di lancarkan dengan cepat ke arahnya. Sayangnya, pistolnya entah terlempar ke arah mana.

Nari terpojok saat dirinya sibuk mengatasi tendangan-tendangan penuh tenaga sang lawan. Punggungnya merasakan dingin dari besi kotak kargo. Otaknya berputar cepat. Kalau begini terus, dirinya bisa terluka.

Nari menangkap pergelangan kaki lawan. Ia memperhitungan momentum hasil dari tenaga yang dilepaskan oleh pria itu. Dengan kemampuan Jujutsu yang dikuasainya, gadis itu berhasil merubuhkan tubuh sang pria dan menguncinya di tanah dalam sekejap. Nari memukul titik vital sang lawan, membuatnya tak sadarkan diri seketika.

"Ya! Ada mata-mata di sini!"

Teriakan seorang pria mengagetkan Nari. Belum sampai semenit dirinya beristirahat, musuh sudah datang lagi. Kemana sih bala bantuan yang katanya akan datang itu?

Nari berdiri. Matanya mengawasi seorang pria yang tadi memergokinya. Tak lama kemudian muncul dua orang lain dari arah yang sama.

Alamak! Nari tak mengira bahwa dirinya harus menghabisi tiga orang sekaligus. Apalagi pistolnya terlempar entah ke arah mana. Dengan cepat, Nari berpindah ke tempat yang menguntungkan bagi dirinya untuk bertarung. Ia tidak bisa membiarkan musuh melawannya dari balik punggung. Lagipula belum tentu teman-teman penjahat itu tidak akan bertambah.

Nari membuang topi yang menutupi lapang pandangnya. Toh penyamarannya sudah terbuka. Gadis itu terhenyak ketika dua orang diantara mereka menodongkan senjata kearahnya. Nari meneguk ludahnya takut-takut. Mau secepat apapun dirinya, ia tidak bisa menandingi kecepatan peluru.

"Menyerah, kalau kau tidak ingin terluka!" Seorang pria yang membawa senjata laras panjang mengacungkannya ke arah Nari.

Nari mengangguk pelan. Ia tidak punya opsi lain. Kedua tangannya terangkat ke atas.

Pria yang pertama kali menemukannya, yang tidak membawa senjata sama sekali mengamati kedua orang temannya yang sudah berhasil dilumpuhkan Nari. "Ah, dua bocah ini benar-benar tidak bisa diandalkan. Bagaimana bisa mereka kalah oleh seorang gadis?"

Dalam tiga menit itu, Nari berusaha mengamati ketiga orang lawan yang kini ada di depannya. Ia juga butuh waktu untuk mengembalikan tenaganya yang sudah terpakai melawan dua orang sebelumnya. Beruntunglah Nari, sepertinya hanya mereka bertiga, tidak ada anggota komplotan penjahat yang datang lagi.

Nari men-screening profil ketiga lawannya. Pria pertama, tidak terlihat membawa senjata. Tubuhnya sedikit lebih tinggi dari Nari. Pria kedua membawa senjata laras panjang. Sepertinya ia tidak terlalu gesit karena beban tubuhnya yang berlebih. Pria ketiga membawa pistol di tangannya. Proporsi tubuhnya mirip seperti pria Muay Thai yang berhasil ia lumpuhkan tadi.

"Berlutut, kami harus memastikan kau tidak membawa senjata di tubuhmu," perintah pria bertubuh tambun itu.

Nari menurut. Ia meletakkan kedua tangannya di belakang kepala sembari berlutut. Tanpa gentar gadis itu melihat ke arah pria yang berjalan mendekatinya sembari tetap mengacungkan senjata laras panjangnya.

Pria yang tak bersenjata tampak mengamati keadaan rekannya yang sudah tumbang. Pria satunya lagi sedang sibuk berbicara di telepon. Dari percakapan yang terdengar sepertinya ia sedang melapor memanggil temannya yang lain. Ketiga orang itu jelas meremehkan Nari.

[SVT FF Series] You're My Last DestinationTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang