"Cuacanya sejuk ya, sepertinya sebentar lagi akan masuk musim gugur," komentar Nari.
Jeonghan melirik ke arah Nari. Ia kemudian fokus menyetir mobilnya dengan kecepatan sedang. "Sudah dari kemarin cuacanya seperti ini," komentar Jeonghan.
"Benarkah?" suara Nari meninggi karena terkejut. "Ah, sepertinya aku terlalu banyak bekerja di dalam ruangan hingga lupa menikmati udara segar."
"Mau jalan-jalan menyusuri sungai Han?" tawar Jeonghan.
"Boleh?" mata Nari berbinar-binar ketika mengatakannya. "Ah, tapi Donghae sedang tidur. Sepertinya minggu depan aku bisa jalan-jalan sendiri."
"Tidak apa-apa. Udara sejuk di sore hari seperti ini juga bagus untuk bayi kan?" Jeonghan mengarahkan mobilnya menuju sungai Han. "Sebentar saja, tidak akan ada masalah."
Nari melihat pemandangan di luar jendela tanpa banyak bicara. Jari-jemarinya bergerak mengikuti beat lagu yang sedang diputarkan di radio. Gadis itu tampak menikmati suasana jalanan di akhir pekan yang tidak terlalu lengang namun tidak juga terlalu macet ini.
Setiap hari, Nari hanya keluar ketika akan berangkat bekerja. Pemandangan yang ia bisa lihat hanyalah kemacetan yang sudah lumrah terjadi tiap jam berangkat kantor. Ketika pulang, langit sudah menggelap. Saat akhir pekan, gadis itu lebih banyak menghabiskan waktunya di rumah. Untuk membaca atau sekadar beristirahat. Ia akan pergi keluar jika hanya membutuhkan sesuatu. Maka dari itu, Nari baru sadar bahwa dirinya sangat jarang merasakan hangatnya sinar matahari.
Jeonghan memarkirkan mobilnya dengan lihai. Terlihat banyak orang yang menghabiskan waktu dengan berolahraga atau sekadar berjalan-jalan. Mulai dari anak kecil hingga usia tua.
"Kajja!" ucap Jeonghan sambil membuka pintu di samping kemudi.
"Wait," ucapan Nari menghentikan gerakan Jeonghan. "Is it okay?"
Jeonghan mengerutkan dahinya. Ia tidak mengerti arah pembicaraan Nari.
"Maksudku, kau dan aku... terlihat bersama," kata Nari terlihat canggung. "Suasananya lumayan ramai, tidak mungkin tidak ada yang mengenalimu disini."
"Memang kenapa?" Jeonghan justru balik bertanya. "Kau sudah dikenal sebagai tunanganku. Tenang saja. Kau memang terlalu banyak berpikir."
Jeonghan keluar dan menutup pintu mobilnya. Walaupun pria itu memakai topi dan menutupi sebagian wajahnya dengan masker, Nari yakin akan ada orang yang mengenalinya. Nari hanya bisa menghela napas panjang. Sifat keras kepala Jeonghan kalau sudah keluar bisa sangat susah dilawannya.
Nari menutup pintu mobil. Ia melihat Jeonghan sudah mengeluarkan stroller bayi dari bagasi dan sedang berusaha merakitnya. Nari ikut berjongkok. Gadis itu menyelesaikan pekerjaan Jeonghan tanpa membutuhkan waktu lama.
Setelah selesai, mereka berdua kembali berdiri. Jeonghan mengambil botol susu dan beberapa mainan dari tas Donghae di belakang, sedangkan Nari melepaskan bayi yang masih tertidur itu dari seatbelt di kursi belakang. Dengan perlahan, Nari meletakkan Donghae di atas kereta dorong. Tak lupa ia mengeratkan tali pengaman agar Donghae tidak jatuh.
Jeonghan mendorong stroller bayi itu melalui jalur pejalan kaki. Nari berjalan di samping Jeonghan sembari memegang erat-erat tali selempang tas kecilnya. Gadis itu tampak melirik kanan-kirinya dengan tidak tenang.
"Aku mengajakmu kesini untuk bersantai bukan malah khawatir seperti ini," komentar Jeonghan mengetahui ketidaktenangan Nari.
"Eoh?" Nari melihat ke arah sahabatnya. "Eh iya, maaf. Aku tidak bisa menahan diri."
KAMU SEDANG MEMBACA
[SVT FF Series] You're My Last Destination
Romansa[COMPLETE][SVT FF Series] --- Yoon Jeonghan, seorang idol berumur 25 tahun yang mulai dipaksa menikah oleh sang ibu. Ia menolak lantaran karir adalah hal utama yang harus ia pikirkan saat ini. Bukan tanpa alasan kedua orangtuanya meminta hal itu, te...