Jeonghan dan Nari kini duduk berhadapan di ruang tamu rumah Yoona. Sahabat Nari itu memberi ruang pada mereka berdua untuk bicara berdua. Yoona kembali masuk ke kamarnya dengan alasan harus membersihkan diri.
Nari sangat canggung. Sudah dua minggu ini ia berusaha menghindari komunikasi dengan pria di hadapannya. Namun, Jeonghan malah mengunjunginya ke rumah Yoona tengah malam begini. Jujur saja, Nari merasa bahwa ia belum siap untuk kembali bertemu dengan Jeonghan. Ia belum bisa melupakan perasaan yang dimiliknya pada pria itu sepenuhnya. Bertemu seperti ini hanya akan menyusahkannya saja.
"Kudengar kau terluka," kata Jeonghan.
Nari mengangguk kecil. "Di lengan dan kaki. Tapi aku sudah baik-baik saja."
Jeonghan berpindah. Ia duduk di sofa samping kanan Nari yang kosong. Gadis itu berusaha menarik diri, namun tangan Jeonghan sudah menahannya. Dengan cepat pria itu menyibak lengan sweater yang dikenakan Nari. Gadis itu mengernyit ketika lukanya kembali berdenyut menghantarkan rasa perih.
"Mendapat lima jahitan dan kau bilang baik-baik saja?" tanya Jeonghan skeptis. "Jangan pakai lengan panjang. Ini akan membuat lukamu makin tertekan."
Nari menepis tangan Jeonghan dari lengannya. "Aku bisa mengurus diriku sendiri. Jangan ikut campur."
Jeonghan mematung mendengar ucapan Nari. Pria itu menghela napas panjang. "Maafkan aku tidak bisa langsung menemuimu di kantor polisi. Seluruh member melarangku walaupun aku ingin."
"Akan lebih baik kalau kau tidak menemuiku sama sekali, Yoon Jeonghan."
Jeonghan mengernyitkan dahinya. Ia merasa ada yang tidak beres dengan gadis itu. "Nari-ya, apa kau selama ini menjauhiku? Menjadikan pekerjaanmu sebagai alasan untuk tidak menjawab pesan dan telepon dariku?"
Nari berpaling ke arah lain. Ia tidak berani menatap mata berwarna cokelat gelap di balik kacamata itu.
"Jawab pertanyaanku, Pyo Nari," kata Jeonghan tegas.
Tubuh Nari menegang. Kalau sudah begini, Jeonghan benar-benar terlihat menakutkan. Pria itu terdengar emosi. Kejahilan yang biasa ia tunjukkan menghilang tak bersisa entah kemana. Jeonghan menunjukkan posisinya sebagai seorang laki-laki.
Nari bangkit dari duduknya dan berlalu menuju ke kamarnya. Jeonghan menahan tangan gadis itu. Kalau sudah bersikeras seperti ini, sudah dapat dipastikan Jeonghan tidak akan mengalah secara sukarela.
Yoona keluar dari kamarnya. Tanpa sengaja ia melihat pertikaian kedua sejoli itu. Dengan kikuk, ia berdeham kecil membersihkan kerongkongannya.
"Ehm, kalian bisa menyelesaikan perbincangan kalian di kamar Nari. Kau juga bisa menginap disini kalau mau, Jeonghan-ssi," kata Yoona. "Pastikan kau mematikan lampu sebelum tidur. Aku duluan ya, Nari-ya," kali ini Yoona berbicara pada sahabatnya. Ia kemudian menghilang di balik pintu kamarnya.
Nari mendengus kesal. Mengapa Yoona malah mengundang Jeonghan untuk tinggal disini? Nari berhasil melepaskan genggaman tangan Jeonghan dengan sekali sentakan. Ia kemudian berjalan cepat menuju kamarnya. Dibelakang, Jeonghan mengikuti.
"Sekarang bisa kau jelaskan apa salahku, Pyo Nari?" tanya Jeonghan setelah menutup pintu di balik punggungnya.
Nari terduduk di pinggir kasur. Ia menutup wajah dengan kedua belah telapak tangannya. "Bisakah kita tidak membahasnya malam ini? Aku sangat lelah."
Jeonghan berjalan menghampiri gadis itu. Ia duduk di sisi Nari. Dengan lembut ia menarik Nari masuk ke dalam dekapannya.
"Maafkan aku," ucap Jeonghan lirih di sela-sela rambut Nari. "Aku tidak mengerti kondisimu dan memaksamu seperti tadi."
KAMU SEDANG MEMBACA
[SVT FF Series] You're My Last Destination
Roman d'amour[COMPLETE][SVT FF Series] --- Yoon Jeonghan, seorang idol berumur 25 tahun yang mulai dipaksa menikah oleh sang ibu. Ia menolak lantaran karir adalah hal utama yang harus ia pikirkan saat ini. Bukan tanpa alasan kedua orangtuanya meminta hal itu, te...