Part 20

835 73 2
                                    

Jam di atas nakas sudah menunjukkan pukul satu dini hari. Jeonghan sudah berulang kali memaksakan dirinya agar terlelap, namun tiap kali matanya menutup selalu terngiang percakapan dengan Nari tadi saat mengantar gadis itu kembali ke rumahnya. Jeonghan bangkit dari kasurnya dan berjalan menghampiri laptop di meja belajar. Sepertinya ia butuh mengalihkan pikiran agar akalnya kembali jernih.

"Aku punya ide gila. Ayo kita bertunangan. Masing-masing akan mendapat keuntungannya. Kau terbebas dari skandal itu dan aku terbebas dari kejaran si bos mesum."

"Kau gila?!"

"Kenapa? Aku tidak lebih gila dari kau yang punya pikiran untuk bertunangan agar terbebas dari tuduhan bahwa kau adalah seorang gay," balas Nari tajam.

Jeonghan menghela napas panjang. Ia tidak menyangka Nari akan membalas pemikirannya kemarin dengan ide yang tidak kalah menakjubkannya.

"Kau memilihku karena tidak ada wanita lain dalam benakmu yang bisa kau gunakan sebagai tameng kan?"

"Hmm, bukan seperti itu...," kata Jeonghan berusaha berkilah. Ucapan pria itu terhenti. Ia tidak tahu bagaimana harus melanjutkannya karena ucapan Nari memang tepat sasaran.

"Aku memilihmu sebagai tameng karena hanya kau cowok yang aku kenal dekat. Jangan pikirkan perasaanku padamu. Dulu aku memang sempat menyukaimu, tapi aku pastikan bahwa perasaan itu sudah hilang."

Jeonghan menatap gadis di sampingnya dengan tatapan tak percaya. Ia masih terjebak dalam keterkejutannya.

"Bagaimana? Kalau kau mau, kita bisa bilang pada orangtua masing-masing. Besok Papa dan Mama sudah kembali ke rumah. Kita bisa membicarakan tanggal pertunangannya bersama. Jadi, masalah isu skandalmu itu bisa segera diselesaikan."

"Ok... okay," jawab Jeonghan terbata-bata.

Jeonghan masih teringat kapan hubungannya dengan Nari mulai retak. Tiga tahun yang lalu, setelah kecelakaan maut itu terjadi. Jeonghan tidak bisa menerima kepergian Myunghee, kekasih yang sudah ia pacari selama tiga tahun lamanya. Nari juga berada di dalam mobil yang sama dengan Myunghee namun hanya Nari yang selamat. Yang membuat Jeonghan merasa sangat terpukul adalah kepergian Myunghee yang tiba-tiba, bukan karena penyakit yang dideritanya namun oleh sebuah kecelakaan mobil yang tidak diperkirakan sebelumnya.

Menurut keterangan orang tua kekasihnya, malam itu Nari dan Myunghee berencana memberikan kejutan pada Jeonghan karena ketenaran grupnya melejit bagai roket. Nari yang sudah mendapatkan surat izin mengemudi, menjemput Myunghee di rumahnya. Jujur saja, walaupun sudah dua tahun debut bersama Seventeen, Jeonghan tidak pernah memperkenalkan kedua orang sahabatnya itu kepada para member. Akhirnya, Myunghee mengusulkan ide untuk menyambangi dorm Seventeen setelah jadwal manggung mereka selesai.

Belum sampai di tempat tujuan, hal itu terjadi begitu saja. Mobil yang mereka tumpangi naas menabrak tebing di pinggir jalan karena berusaha menghindari truk yang melaju kencang dari arah depan. Myunghee meninggal tepat di TKP. Nari mendapatkan perawatan intensif karena mendapat luka parah akibat benturan keras. Gadis itu sempat tidak sadarkan diri tiga hari lamanya. Begitu bangun, hal pertama yang dicarinya adalah Myunghee. Tangisnya pecah ketika mengetahui bahwa sang sahabat sudah berpulang ke Tuhan.

Jeonghan mengalami fase denial. Ia menyalahkan Nari atas kejadian itu. Jeonghan bahkan tidak mau menjenguk sang sahabat yang terbaring di rumah sakit. Pria itu menjauhkan diri dari segala hal yang mampu mengingatkan dirinya akan Myunghee dengan bekerja keras. Para member Seventeen bahkan heran bagaimana Jeonghan bisa kuat terus berlatih keras dan hanya menghabiskan dua hingga tiga jam untuk tidur tiap harinya.

Nari mencoba mengerti kondisi Jeonghan. Ia bahkan sudah pasrah mengetahui bahwa teman masa kecilnya itu memutus semua akses komunikasi dengannya. Setelah pulih dan selesai menjalani program rehabilitasi, gadis itu kembali melanjutkan kuliahnya yang sempat tertunda. Setahun kemudian ia pergi ke Amerika. Nari berhasil mendapatkan program beasiswa untuk mengambil program master di bidang hukum.

Tiga tahun terlewati begitu saja. Jeonghan sukses mendapatkan apa yang ia inginkan, Nari pun sudah berhasil menjadi seorang jaksa. Ketika mereka berdua kembali bertemu, tentu saja ada kecanggungan yang terjadi di antara keduanya. Terlebih Jeonghan. Ia yang sudah memutus hubungan dengan gadis itu secara sepihak.

Pertemuan kembali dengan Nari, seperti membuka luka lama di dalam diri Jeonghan. Akibatnya pria itu kembali merasa kesal tiap harus bertemu dengan Nari. Herannya, Nari tetap bisa mengerti dirinya. Gadis itu tidak merasa terlihat kesal tiap kali Jeonghan mengatakan hal-hal yang menyakitkan hati.

Jeonghan dan Nari datang mengunjungi sahabat mereka di perayaan tiga tahun meninggalnya Myunghee. Pada hari itu, hati Jeonghan perlahan luluh. Ia tidak bisa terus-terusan membenci Nari. Walaupun tidak bisa seakrab dulu, komunikasi di antara keduanya sudah mulai kembali terjalin. Nari tidak menuntut. Gadis itu benar-benar sabar dalam memahami kondisi Jeonghan yang memang membutuhkan waktu pemulihan lebih lama dari dirinya.

Kemudian skandal buruk datang menimpa Jeonghan. Entah setan mana yang membisiki dirinya untuk menghasut Nari agar menyetujui pertunangan yang diajukan oleh orangtua mereka berdua. Jeonghan berpikir bahwa sejak kepergian Myunghee, ia memang tidak dekat dengan wanita mana pun. Hanya Nari yang pantas ia jadikan kekasih. Ia berpikir rencana ini akan berjalan dengan mudah sesuai perkiraannya. Kedua orangtua yang setuju, Nari yang bisa dibilang bukan orang sipil biasa karena sang Ayah yang merupakan jaksa terpandang di Korea Selatan, ditambah lagi ia tahu bahwa Nari pernah menyimpan perasaan lebih padanya.

Saat mendengar penolakan Nari, Jeonghan tidak pernah bisa tenang. Ia merasa sangat bersalah pada gadis itu. Ia takut bahwa hubungan pertemanan mereka yang baru kembali dibina akan kembali kandas dengan permintaan aneh Jeonghan. Pria itu bahkan pergi ke gedung agensinya untuk berlatih karena tidak bisa tenang di rumah. Ia berusaha menyibukkan dirinya untuk melupakan perasaan bersalahnya.

Malam ini, sebelum mengantar Nari sampai rumahnya, Jeonghan sengaja mengajak Nari untuk berbicara berdua saja. Ia berniat meminta maaf pada Nari karena telah melukai hati gadis itu dengan permintaan egoisnya kemarin. Namun terjadi hal yang sungguh diluar dugaannya. Gadis itu justru membalas perbuatannya dengan hal serupa. Nari mengajaknya untuk bertunangan.

Akhirnya mereka sama-sama menyetujui rencana gila itu dengan beberapa prasyarat. Pertama, keduanya harus benar-benar menjalankan peran sebagai sepasang kekasih di hadapan orang lain. Jangan sampai ada yang curiga bahwa hubungan mereka hanyalah sebuah kamuflase. Kedua, acara pertunangan hanya akan diadakan dalam lingkup keluarga. Ketiga, perjanjian tetap akan berlangsung hingga salah satu dari mereka sudah menemukan tambatan hati yang sesuai.

Jeonghan menyibukkan diri dengan bermain game hingga matanya lelah. Ia melirik jam berwarna cokelat di atas nakasnya. Pukul 05.00. Pria itu meregangkan tubuhnya sembari berjalan menuju ke dipan. Jeonghan melemparkan tubuhnya yang lelah ke atas kasur. Begitu kepalanya menyentuh bantal, Jeonghan tidak mampu lagi menahan kantuk yang sudah menerpanya. Ia menguap lebar. Tangannya meraih bantal guling dan memeluknya. Tak berapa lama kemudian ia sudah jatuh ke alam mimpi.

[SVT FF Series] You're My Last DestinationTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang