Part 29

792 71 0
                                    

Suasana kantor polisi pusat tidak pernah tidak ramai walau malam hari. Entah mengapa akhir-akhir ini banyak sekali terjadi tindak kriminal di kota Seoul. Mulai dari pencurian hingga terberat adalah percobaan pembunuhan.

Diantara keramaian itu, Nari tak ketinggalan. Ia berdiri dengan kedua tangan terlipat di depan dada. Di sisinya berdiri seorang pria jangkung rekan kerjanya yang sedang membaca sebuah laporan. Nari sendiri tampak serius. Dahinya mengkerut tampak berpikir. Kasus yang kali ini sedang diselidikinya mulai menunjukkan titik pencerahan. Namun entah mengapa ia merasa ada sesuatu yang terlewat.

Ponsel Nari bergetar. Gadis itu bahkan tidak sadar saking seriusnya berpikir. Minseok, rekan kerjanya, sampai harus mengingatkan Nari ketika dering ponsel Nari tidak kunjung berhenti.

Nari mengernyitkan dahi. Sebuah caller id yang tidak dikenal melakukan panggilan. Siapa yang meneleponnya tengah malam begini? Karena ia sedang menginap di rumah Yoona, tentu saja orangtuanya tidak mungkin meneleponnya untuk menyuruh pulang.

"Halo," sapa Nari setelah menyingkir menuju tempat yang lebih sepi.

"Eonnie," panggil orang di seberang sana.

"Ini siapa?" tanya Nari lagi. Ia merasa tidak terlalu kenal dengan suara gadis di seberang sana.

"Ah, ini Areum, adik sepupu Jeonghan oppa," ucapnya memperkenalkan diri. "Maaf aku meneleponmu tiba-tiba tengah malam begini."

"Tidak masalah," kata Nari. "Ada apa, Areum?"

"Ehm, itu...," Nari menunggu dengan sabar. Ia mendengar Areum menghela napas panjang dari seberang sana. "Baru saja Wonwoo oppa menghubungiku. Ia memberitahu bahwa Jeonghan oppa demam tinggi, tapi dia menolak untuk pergi ke rumah sakit."

"Dimana Jeonghan sekarang?" tanya Nari panik.

"Mereka baru saja sampai di Korea pukul sepuluh malam tadi dari Jakarta, sekarang mereka sudah ada di dorm," jelas Areum. "Aku memberi tahu Eonnie karena kupikir eonnie pasti akan khawatir."

Dalam hati, Nari menyetujui ucapan gadis itu. Ia bahkan kesal karena Jeonghan tidak memberinya kabar kalau akan kembali ke Korea hari ini. "Terima kasih sudah memberi tahuku, Yoon Areum," kata Nari.

"Kalau begitu... apa aku boleh minta tolong?" lanjut Areum ragu-ragu.

"Ya?"

"Jeonghan oppa sangat keras kepala. Kalau tidak mau ke rumah sakit, maka dia benar-benar tidak akan kesana. Bisakah eonnie mengurusnya sekarang? Aku tidak berada di Seoul karena masih ada syuting. Jaerim dan Tante Yoon pasti akan panik kalau tahu keadaan oppa malam-malam begini," kata Areum.

Nari melirik ke arah Minseok dari kejauhan. Ia kemudian melihat jam di pergelangan tangannya. "Baiklah. Aku akan ke dorm Seventeen saat ini juga. Tolong beritahu Wonwoo-ssi kalau aku akan kesana," kata Nari lagi.

Areum menghembuskan napas lega. "Terima kasih, Nari eonnie. Aku akan sampaikan pada Wonwoo oppa. Mohon bantuannya ya."

Nari membalas sapaan Areum sebelum menutup teleponnya. Gadis itu berjalan menghampiri Minseok yang kini sedang berdiskusi dengan salah seorang polisi. Pria itu menoleh ke arah Nari ketika menyadari kehadirannya.

"Dari mana?" tanyanya tanpa mengintimidasi.

Nari mengangkat ponsel di sebelah tangannya sebagai jawaban. Gadis itu mengambil blazer-nya yang tersampir di salah satu kursi. Ia menyampirkan tasnya di bahu.

"Aku ada perlu, apa aku boleh pergi dulu?"

Minseok melihat jam dinding dan terpekik. "Ah, sudah tengah malam ternyata," pandangannya beralih pada Nari. "Mau kuantar kembali ke tempat Yoona?"

[SVT FF Series] You're My Last DestinationTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang