Part 30

897 72 0
                                    

"Myunghee, jangan pergi," kata Jeonghan pelan. Ia menggigau di dalam tidurnya. "Jangan tinggalkan aku."

Nari mematung. Baru saja sedetik yang lalu hatinya berdebar tak karuan, kini hatinya mencelos. Rasanya jantung Nari sudah copot hingga gadis itu tidak bisa berkutik. Tanpa sadar Nari bahkan sudah menahan napasnya selama lima detik.

"Myunghee?"

Suara berat Wonwoo menarik Nari dari alam bawah sadarnya. Nari lupa bahwa di ruangan itu masih ada orang selain Jeonghan dan dirinya. Nari berbalik badan. Ia mendapati Wonwoo sedang mengamati Jeonghan yang menggigau dengan dahi berkerut.

"Ah, Wonwoo-ya," panggil Nari. "Kau istirahat saja. Aku bisa mengurus Jeonghan seorang diri kok," lanjut gadis itu sembari menampilkan senyuman tipis di wajahnya.

Wonwoo menoleh ke arah Nari. Awalnya ia enggan meninggalkannya. Ia masih penasaran dengan nama yang disebutkan Jeonghan dalam tidurnya. Namun Nari berhasil meyakinkannya. Dengan berat, Wonwoo meninggalkan mereka berdua dengan tanda tanya menggantung di dalam kepala.

Sepeninggal Wonwoo, Nari terduduk di lantai samping dipan Jeonghan. Ia bahkan tidak punya tenaga untuk menarik sebelah tangannya yang masih berada di genggaman pria di hadapannya. Nari terlalu shock. Entah apa yang sedang dirasakannya kini, ia tidak dapat mendeskripsikannya.

Merelakan apa? Jeonghan bahkan masih terbayang-bayang dengan sosok Myunghee dalam mimpinya. Rasanya Nari ingin menangis kencang-kencang. Ia pikir dengan kedekatan mereka kembali selama beberapa bulan ini mampu membuat pria itu benar-benar lupa. Ternyata dugaannya salah.

Sepertinya Nari memang harus melupakan perasaannya. Ia harus kembali pada niat awal. Jeonghan hanyalah sahabatnya. Selamanya, tidak akan ada yang berubah.

"Nari?" suara serak Jeonghan mengagetkan gadis itu. Jeonghan segera melepas tangan Nari yang berada di genggamannya begitu tersadar.

"Eoh? Kau sudah bangun?" Nari mengerjap-erjapkan matanya. Ia tidak boleh membiarkan air matanya jatuh di hadapan Jeonghan.

Jeonghan duduk di atas kasurnya. Ia heran melihat Nari yang duduk melantai di samping dipan. "Apa yang kau lakukan di bawah?"

Nari segera berdiri. Ia tidak menggubris pertanyaan Jeonghan. Nari kemudian mengambil mangkuk bubur yang baru saja dibuatnya. Gadis itu menyerahkannya pada Jeonghan.

"Makanlah, aku membuatnya sesuai dengan permintaanmu," ucap Nari.

"Terima kasih," kata Jeonghan sembari menerimanya. Pria itu menyandarkan tubuhnya yang lelah di kepala kasur. Sebelah tangannya memijat pelipisnya yang masih saja berdenyut.

"Cepat habiskan makananmu," kata Nari. Ia menarik sebuah kursi hingga mendekat ke kasur Jeonghan dan duduk. "Setelahnya kau harus minum obat dan kembali tidur."

Jeonghan menurut. Ia menyuapkan bubur ke dalam mulutnya. "Hmm, ini enak. Kau dapat resep darimana?" tanya Jeonghan. "Bahkan kau bisa menyesuaikan kadar airnya agar tidak terlalu lembek. Wah, Pyo Nari yang tomboy benar-benar sudah berganti menjadi Pyo Nari yang bisa feminime." Walalupun sedang sakit, pria itu masih saja berusaha menggoda Nari.

Nari mendesah keras. Gadis itu bangkit dari duduknya dan berjalan ke arah pintu. "Wonwoo juga membuatkanmu teh lemon. Lebih baik kau minum selagi masih hangat."

"Ya ya ya, kau mau kemana?" tanya Jeonghan panik.

"Pulang," jawab Nari singkat. Tangan gadis itu sudah meraih gagang pintu.

Jeonghan segera bangkit berdiri. Ia mendorong daun pintu hingga menutup kembali dengan sebelah tangannya. Pria jangkung itu kemudian terjatuh ke depan. Kepalanya masih pusing, terutama akibat gerakan berdiri yang tiba-tiba ia lakukan tadi. Jeonghan berusaha menahan beban tubuhnya agar tidak menabrak pintu dengan tangan.

[SVT FF Series] You're My Last DestinationTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang