Part 38

852 73 0
                                    

Jeonghan menunggu Nari di dalam mobil. Ia sengaja memarkirkan mobilnya di tempat yang ia bisa melihat gadis itu ketika keluar kantor.

Sesuai dugaannya, telepon Jeonghan tadi siang tidak diacuhkan sama sekali oleh Nari. Bahkan gadis itu me-reject panggilannya. Selang beberapa detik kemudian, Jeonghan menerima pesan. Nari mengatakan agar Jeonghan tidak mengganggunya yang sedang bekerja. Malu, Jeonghan menawarkan tumpangan untuk gadis itu pulang. Pesannya tidak dibalas, hanya di-read. Jeonghan anggap hal itu sebagai persetujuan.

Maka dari itu, sejak pukul setengah empat sore Jeonghan sudah berada disini. Ia tidak rela jika sampai harus kehilangan jejak gadis itu lagi.

Pukul empat, orang-orang kantor mulai keluar. Jeonghan menampakkan dirinya dengan menunggu di depan mobil. Kepalanya menjulur kesana kemari mencari sosok Nari. Namun nihil, hingga setengah jam kemudian, Jeonghan tidak berhasil menemukan keberadaan gadis itu.

"Yoon Jeonghan!"

Jeonghan berbalik. Ia menemukan Yoona yang berdiri tak jauh dari sana. Gadis itu melambai dengan semangat ke arahnya. Jeonghan tersenyum sembari mengangguk kecil membalas sapaan sahabat sekaligus rekan kerja Nari itu.

"Kau kemari untuk menjemput Nari?" tanya Yoona setelah berdiri di dekat Jeonghan.

Jeonghan mengangguk. "Aku sudah mengirimnya pesan, tapi tidak dibalas olehnya."

Seketika Yoona sadar. Konflik diantara kedua orang itu belum mereda. "Sepertinya ia memilih untuk lembur lagi. Kau tahu kan kejadian penyekapan kemarin di mall? Entah bagaimana, Nari mengendus bahwa peristiwa itu ada hubungannya dengan kasus yang saat ini sedang ditanganinya."

"Jadi, malam ini ia tidak akan pulang?" tanya Jeonghan terkejut.

Yoona mengangkat kedua bahunya. "Nari tipe pekerja keras. Sebenarnya ia justru jarang pulang tepat waktu. Paling cepat pukul delapan malam gadis itu baru bersiap-siap pulang."

"Ah, begitu," Jeonghan mengangguk-angguk mengerti. "Kau sendiri pulang dengan siapa?"

Yoona menunjuk sebuah mobil hitam tak jauh dari sana. Di depannya berdiri seorang pria yang tampak sibuk dengan ponsel di tangannya. "Taemin menjemput. Suamiku itu langsung terbang kembali ke Korea begitu semalam mendengar kabar menyeramkan dariku," jelas Yoona sambil terkekeh kecil.

Jeonghan tersenyum kecil. Dalam hati ia sedikit iri melihat kebahagiaan Yoona dan Taemin. Andaikan saja dirinya bukan idol. Sepertinya ia bisa kencan bebas seperti orang biasa.

"Apa Nari sudah tahu kalau Taemin hari ini pulang?" Tanya Jeonghan.

Yoona mengangguk. "Karena Taemin sudah pulang, ia bisa membiarkan aku pulang sendiri. Nari bahkan berniat menginap di kantor polisi untuk menanyai para tersangka kemarin."

Mata Jeonghan membulat. Benar-benar anak itu. Padahal dirinya belum sembuh benar, namun sudah kembali bekerja gila-gilaan seperti itu.

"Kalau begitu aku pulang dulu ya," pamit Yoona. "Aku takut Taemin terlalu lama menungguku."

Jeonghan mengangguk. Pria itu membalas lambaian tangan Yoona sebelum gadis itu berjalan cepat kearah sang suami. Jeonghan melihat bagaimana bahagianya Taemin ketika melihat Yoona. Jeonghan memalingkan kepala ketika tanpa sengaja melihat Taemin mencium mesra istrinya itu. Wajah Jeonghan memerah. Entah mengapa yang ada di bayangannya kini adalah Nari.

Jeonghan meraih ponsel dari dalam saku jaketnya. Ia menekan tombol berwarna hijau pada kontak Nari. Ia sudah tidak sabar menunggu gadis itu.

"Halo," sapa Jeonghan ketika teleponnya diangkat. "Aku sudah menunggumu dibawah. Ayo pulang."

[SVT FF Series] You're My Last DestinationTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang