"I am just a bullshit! Just a dumb! No one know me! I'm different! I hurt my self! No one care! Who am I? I dont want to be a good person! Let me out!", katanya dalam hati.
Figo sangat terpukul karena orang yang ia berani katakan sebagai saudara telah menyakiti hatinya, ia tak tahu lagi harus berbuat apa tak ada pikiran jernih yang ingin terlintas dibenak Figo saat itu. Hingga akhirnya satu kenangan kecil muncul dan membawa Figo ke tempat itu.
"Aku melihat diriku ketika kulihat dirimu, dan kau melihat pecundang ketika kau melihat diriku. Kau pikir tak lelah menjadi feeling boy?", tanyanya pada dirinya sendiri.
Figo saat itu hanya bisa mengingat keburukan dan kemunafikan dari dunianya, ia rindu akan sosok saudara lamanya yang kini tengah mengabdi untuk negara. Ia hanya berharap seseorang bisa dengan ikhlas mengulurkan tangan untuknya agar keluar dari lika liku perihnya logika.
"Aku hanya ingin mengenalmu, agar aku bisa punya alasan untuk menjadikan diriku berarti karena mampu membuat seseorang langka, special dan luar biasa ketika aku didekatnya...", curhatnya pada angin.
Angin sepoi, rumput rimbun....
"Kau tak perlu berjuang sendiri, ada aku sebagai saudara disini. Kau bisa merangkulku sebentar walau kau selalu berada didalam batas.", jawab Andi Riztan yang tiba tiba datang.
Untuk sejenak Figo terdiam dan menitikkan air mata... Seolah ingin memeluk saudaranya itu.
"Kau tak perlu memberiku pelangi, kau hanya perlu merangkul duri itu sendiri.", kata Figo dengan nada haru lalu beranjak meninggalkan Andi Riztan.
"Kau terlalu pandai membohongi dirimu, dan aku terlalu pandai membacamu... Jangan salah arah!", kata Andi Riztan yang mencenggah Figo pergi.Tapi Figo tak menghiraukan sarkasme Andi Riztan, ia tetap saja acuh dan dikuasai emosi. Figo memanglah anak yang tak ingin diberitahu, kontrol dia? Kau salah. Figo meninggalkan Andi Riztan sendiri dengan angin sepoi yang ia abaikan.
"Bu, Figo masih marah bu! Bagaimana ini bu supaya dia bisa back to normal again?", tanya Andi Riztan Ke Bu Susi melalui telepon.
"Kamu bukan relawan biasa, Riz! Kamu bukan relawan yang baru lahir kemarin. Pikir lebih keras, kerja lebih keras, berbuat lebih! Maka kunci ada ditanganmu.", balas Bu Susi.
"Tapi, bu... Ak...", kata Andi Riztan lalu di potong oleh Bu Susi.
"Saya tidak pernah mengajarkan kamu apalagi nemberi kamu kamus yang didalamnya berisi kata bualan, ingat itu Riz!", tegur Bu Susi.
"Katamu benar, bu! Hasil rekrutmen Bu Susi bukanlah orang-orang yang memiliki pijakan yang lemah. Maaf bu karena merepotkan dan bersikap bodoh! ", kata Andi Riztan.
"Give me Figo back without forget who is he in the past!", harap Bu Susi.
"I di!", jawabnya.Di dalam kamar, Figo hanya bisa berdiam diri terjebak dalam gelap, hanyut dalam luka. Pikirnya akan ada secerca cahaya dimasa itu, namun apa daya setiap ia ingin meraihnya selalu saja dirinya yang lain meniupnya.
"Aku bukan penjahat! Aku ingin kembali! Aku adalah pemimpi! Aku adalah cahaya! Aku adalah relawan! Aku adiknya! Aku tak ingin membencinya! Aku tak ingi....", katanya hingga akhirnya ia menyerah.
"It's time to me kill my self!", keluhnya.
Pesan ia tak hiraukan, telepon tak ia angkat. Hingga akhirnya dirinya yang lain menjadi penguasa, dirinya yang buruk. Sejak malam itu, Figo tak kenal lagi dengan kebaikan, tak kenal lagi dengan mimpi, tak kenal lagi dengan solidaritas, dan tak kenal lagi dengan PMR.Quotes:
"Orang asing adalah penunjuk arti hidup yang sebenarnya, orang terkasih hanyalah bualan."

KAMU SEDANG MEMBACA
saudara tak sedarah
Teen FictionSebuah kisah yang dibumbui dengan imajinasi epic, yang bercerita tentang seorang individu yang sulit menjadi dirinya sendiri. individu ini menjalani takdir yang luar biasa dengan menemui seseorang dalam naskah kehidupannya yang mampu membuat dirinya...