saudara tak sedarah

Siapa seseorang itu yang akan menjadi saudara?

     Sahabat yang biasa terlihat kini tergantikan, susunan bangku yang masih familiar, tatanan aksesoris penyemangat yang tak berguna masih terlihat. Atmosfer yang berbeda dengan kelasnya dulu. Inilah kelas sesaatnya, tempat proses pengospekan. Ajang yang paling ditunggu kaka kelas untuk sok-sokan dengan kesombongan semu yang akan mereka tampilakan.

"Apa ini, perasaan yang pernah ku rasa kini kurasa lagi, apakah seseorang itu akan menjadi saudara tak sedarahku?" bisik Figo dalam hati.
     Namanya Andi Riztan, pemuda Jean Henry Dunant dengan semangat yang tinggi, aspirasi yang membludak, kesolidaritasan dalam artian makna sejati dan tatapan tajam, kau tak akan sanggup menatapnya lebih dari 10 detik.

     Satu persatu dari kami di persilahkan unjuk diri dengan memperkenalkan nama, cita-cita dan organisasi yang akan digeluti lebih dalam. Calon-calon mulai maju, ada yang masih canggung, malu... Dan ada juga siswa yang akan menjadi sahabatnya memiliki kepercayaan diri yang luar biasa. Tibahlah gilirannya,

"Hai, nama saya Muhammad Figo Dirgantara, bercita cita menjadi polisi...".

sejenak ia terdiam karena tawa dari calon sahabatnya! Dalam hati dia berceloteh marah, namun apa daya, ia selalu merasa bahwa memang pantas untuk ditertawai.

"Hei, apa ini? Diam-diam, apa yang salah? Semua orang berhak bersuara dan memiliki imajinasi yang luar biasa!", tegur kaka pendamping. "Baik, saya lanjutkan. Cita cita saya polisi, dan organisasi yang akan saya geluti adalah PMR, alasannya karena dari organisasi ini saya bisa menjadi diri saya sendiri dalam artian positif, dan saya susah menjadi diri sendiri. Sekian, terima kash", lanjutnya.

Terlihat ada senyum yang terlukis diwajah tegas Andi Riztan, ia hanya bisa membalas dengan tatapan dan ekspresi bodoh yang ia miliki, wajarlah dia masih tak tahu makna sejati dari dunia ini.

Quotes:
"Tak ada yang tahu alur hidup, jalani... Maka kau akan temui dia."