Uluran Saudara.

56 3 0
                                    

     Figo yang telah berani angkat bicara dipanggil ke ruang Kepsek untuk mempertanggung jawabkan perbuatannya itu. Figo kini benar-benar menjelma menjadi pembicara handal yang didasari oleh fakta milenial. Sebagai temannya, saat itu Dendi tidak berani untuk memunculkan batang hidungnya sedikitpun ke Figo, ia tak ingin masalah Figo menjadi masalahnya juga...

"Go, elo dalam masalah! Mana Dendi?", usik Dimas.

Figo hanya melihat tajam ke Dimas.

"Lihat, Go! Apa dia ada disaat lo susah? Seneng doang kan dia mau datang!", sambung Rizal.
"Mau dia ada kek! Gak ada kek! Terserah njirrr! Gue gak peduli... Lo pikir gue takut ama tuhh kepsek! Lo juga kali yang ngerasa kayak gue, setidaknya... Saat kita masih sahabatan!", balas Figo sambil memainkan alisnya.

Mendengar ucapan Figo yang tidak beretika dan tidak menghargai arti persahabatan, Dimas dan Rizal meninggalkan Figo yang akan menuju  ruang Kepsek.
Setibanya ia di depan kantor, lengannya dicegat dan ditarik menjauhi kantor... Ternyata dia adalah Andi Riztan.

"Apapun yang terjadi di dalam tetaplah kuat! Karena kau memiliki masa depan yang kuat juga, tidak lemah!", nasehat Andi Riztan.

Melihat kedatangan Andi Riztan yang tiba-tiba lalu meninggalkannya tiba-tiba juga, Figo kebingungan dengan moment beberapa detik itu...

"Tanpa lo beri tahu gue, gue akan kuat, Ka Riz! Gue gak pernah lelah memperjuangkan apa yang ingin gue miliki!", katanya dalam hati.

Tibalah Figo di dalam, senyum terasa punah disana... Tak ada aura positif selain amarah yang tertahan.

"Duduk!", seru Pak Kepsek.

Figo berjalan santai seakan tak ada masalah.

"Kamu tahu tadi perbuatan kamu bisa membuat siswa lain mencontohnya?", tanya Pak Kepsek.
"Itu adalah contoh yang buruk! Kau tahu itu! Kau masih ingin sekolah disini? Dulu kamu berprestasi, kenapa sekarang kamu jadi biang masalah!? Apa ada sesuatu yang terjadi!?", sambungnya.

Figo memasang ekspresi acuh... Ia memainkan kakinya dengan santai.

"Oh! Yang saya lakukan tadi tidak usah saya ulang lagi, Pak! Jelas-jelas anda ada disana tadi! Harusnya orang yang sudah berumur seperti anda tahu mana yang salah mana yang patut dibela!", ujar Figo.
"Kamu jelas-jelas salah!", balas Pak Kepsek.
"Salahnya dimana?", tanya sinis Figo.
"Salahmu kau tidak bisa mengontrol dirimu!", bentak Pak Kepsek.

Pandangan Figo teralihkan seketika,ia melihat Pak Yusuf masuk dan duduk tepat dihadapannya.

"Wow... Selamat pagi, PAK!", kata Figo sambil menekankan suaranya.
"Oh iyya, kalau mau bertanya tunggu dulu, pertanyaan Kepsek masih belum saya jawab!", ujar Figo.

Ekspresi Pak Yusuf berubah, ada gejolak yang memuncak dalam hatinya, namun Pak Kepsek memberi kode agar ia dapat menahannya dulu.

"Pak, jadi anda bilang saya lost control!? Wow... Wow... Wow... Saya kasih tepuk tangan! Bukannya tadi saya hanya berbicara? Terus tiba-tiba ada seorang guru dari belakang menarik saya. Pertanyaannya siapa yang lebih tidak ada pengontrolan! Saya atau nih orang!", sambung Figo.

Melihat tangan telunjuk Figo tepat dihadapannya emosi Pak Yusuf benar-benar tidak bisa tertahankan lagi, ia melayangkan kepalan tangannya lagi tepat di hidung Figo yang membuat darah berceceran di baju Figo.

Bangg!!!!!!

Suara tinju itu benar-benar membuat kaget Pak Kepsek yang sedang duduk di kursinya... Ia berlari dan berteriak karena melihat kondisi Figo yang lemas dan berlumuran darah membuat bajunya yang putih dengan sedikit merah karena darah tadi menjadi tambah merah.

saudara tak sedarahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang